Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
MUBK Februari 2023 MUBK Februari 2023

Hukum Shalat Sunnah Dua Raka’at Ihram

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
4 Mei 2019
Waktu Baca: 5 menit
0
1.1k
SHARES
6.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tentang shalat sunnah dua raka’at ihram, para ulama berselisih pendapat tentang disyariatkannya shalat tersebut. Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat dianjurkannya (baca: sunnah) shalat dua rakaat ihram sebelum memulai talbiyah sebagai tanda memulai rangkaian manasik haji atau umrah.

Di antara dalil yang dipakai oleh jumhur ulama adalah hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

َسَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَادِي العَقِيقِ يَقُولُ: أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتٍ مِنْ رَبِّي، فَقَالَ: صَلِّ فِي هَذَا الوَادِي المُبَارَكِ ، وَقُلْ: عُمْرَةً فِي حَجَّةٍ

“Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di lembah Al-‘Aqiq, beliau berkata, “Malaikat yag diutus oleh Rabbku datang kepadaku dan berkata, “Shalatlah di lembah yang penuh berkah ini dan katakanlah, “Aku berniat melaksanakan ‘umrah dalam ibadah haji ini.” (HR. Bukhari no. 1534)

Baca Juga: Inilah Ucapan Syarat Ketika Khawatir Tidak Bisa Menyempurnakan Haji Atau Umrah

Jumhur ulama mengatakan bahwa berdasarkan hadits ini, dianjurkan untuk shalat sunnah (khusus) dua raka’at sebelum memulai ihram. (Majmu’ Fataawa Ibnu Baaz, 17: 68-69)

Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa tidak terdapat dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat sunnah dua rakaat ihram, yaitu shalat sunnah khusus dua raka’at yang dikerjakan oleh jamaah haji atau umrah sebelum memasuki rangkaian manasik haji atau umrah.

Yang terdapat dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau memulai ihram setelah shalat fardhu (yaitu shalat dzuhur) di Dzul Hulaifah (sekarang disebut Bir ‘Ali), kemudian beliau mulai berihram. Dzul Hulaifah adalah miqat jamaah haji yang datang dari arah Madinah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memulai ihram setelah melaksanakan shalat fardhu, jika hal itu memungkinkan (mudah) baginya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala berkata,

َينلأمته صلاة للإحرام لا بقوله ولا بفعله ولا بإقربغي أن نعلم أن الإحرام ليس له صلاة فإنه لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلّم أنه شرع اره.

“Hendaknya diketahui bahwa ihram itu tidak memiliki shalat tertentu (yang dikerjakan sebelum ihram, pent.). Karena tidak terdapat dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mensyariatkan untuk umatnya shalat ihram, baik dengan perkataan, perbuatan, atau dengan persetujuannya.” (60 Su’aalan fi Ahkaamil Haidh wan Nifaas, hal. 43)

Baca Juga: Hadits Keutamaan Ibadah Haji Dan Umrah

Beliau rahimahullahu Ta’ala juga menjelaskan,

َوذهب شيخ الإسلام ابن تيمية ـ رحمه الله ـ إلى أن ركعتي الإحرام لا أصل لمشروعيتهما، وأنه ليس للإحرام صلاة تخصه لكن إن كان في الضحى، فيمكن أن يصلي صلاة الضحى ويحرم بعدها، وإن كان في وقت الظهر، نقول: الأفضل أن تمسك حتى تصلي الظهر، ثم تحرم بعد الصلاة، وكذلك صلاة العصر. وأما صلاة مستحبة بعينها للإحرام، فهذا لم يرد عن النبي صلّى الله عليه وسلّم وهذا هو الصحيح.

“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala berpendapat bahwa tidak terdapat dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat dua raka’at ihram. Ihram tidak memiliki shalat khusus sebelumnya. Akan tetapi, jika seseorang berada di waktu dhuha, dan memungkinkan baginya untuk shalat dhuha dan memulai ihram setelahnya, meskipun dia ihram di waktu dhuhur, maka kami katakan bahwa yang lebih baik adalah menunggu sampai tiba waktu dhuhur, kemudian memulai ihram setelah shalat dzuhur. Demikian pula untuk shalat ashar. Adapun shalat sunnah khusus untuk memulai ihram, maka tidak terdapat dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pendapat yang shahih.” (Asy-Syarhul Mumti’, 7: 69)

Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala berkata, “Adapun shalat sebelum ihram, maka pendapat yang benar adalah ihram itu tidak memiliki shalat khusus. Akan tetapi, jika bertepatan dengan waktu shalat fardhu, maka dia ihram setelah shalat fardhu tersebut. Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai talbiyah pertama setelah shalat fardhu (yaitu shalat dzuhur, pent.).” (Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, hal. 198)

Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta’ala berkata,

َولم ينقل عنه أنه صلى للإحرام ركعتين غير فرض الظهر.

“Tidaklah dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau shalat dua raka’at untuk ihram, kecuali shalat dzuhur.” (Zaadul Ma’aad, 2: 101)

Baca Juga: Fatwa Ulama: Bolehkah Pelemparan Jumrah Diwakilkan?

Adapun sebagai sanggahan terhadap hadits yang dipakai sebagai dalil oleh jumhur ulama, perkataan malaikat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalatlah di lembah yang penuh berkah ini” tidaklah menunjukkan diperintahkannya shalat sunnah dua raka’at ihram. Karena kalimat ini mengandung kemungkinan yang lain, yaitu melaksanakan shalat wajib (shalat fardhu) yang lima, dan bukan shalat sunnah dua raka’at ihram.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz rahimahullahu Ta’ala berkata,

َوكونه أحرم بعد الفريضة لا يدل على شرعية ركعتين خاصة بالإحرام وإنما يدل على أنه إذا أحرم بالعمرة أو بالحج بعد صلاة ، يكون أفضل إذا تيسر ذلك .

“Adapun yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berihram setelah shalat wajib, hal ini tidak menunjukkan disyariatkannya dua raka’at khusus sebelum ihram. Hal tersebut hanyalah menunjukkan bahwa jika seseorang berihram untuk umrah atau haji setelah shalat wajib, itulah yang lebih baik (lebih afdhal) ketika mudah (memungkinkan) baginya untuk mengerjakannya.” (Majmu’ Fataawa Ibnu Baaz, 17: 69)

Baca Juga: Meninggal Ketika Ibadah Haji dan Umrah

Bagaimana jika diniatkan sebagai shalat sunnah setelah wudhu’?

Terdapat pertanyaan yang ditujukkan kepada Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala, “Jika seseorang berwudhu dan kemudian shalat dua raka’at setelah wudhu, bukankah hal ini disyariatkan?”

Beliau rahimahullahu Ta’ala menjawab,

َنعم مشروعة، وعلى هذا فنقول: أنت إذا اغتسلت وتوضأت فصلِّ ركعتين سنة الوضوء، ولكن يبقى النظر إذا كان ليس من عادته في غير هذا المكان أن يصلي ركعتي الوضوء، فأراد أن يصلي هنا، أليس سوف يشعر في نفسه أن هذه الصلاة من أجل الإحرام؟ أو على الأقل من أجل الاشتراك بين الإحرام والوضوء؟
الجواب: هذا هو الظاهر، ولذلك نقول: إذا كان سيبقى الإنسان في الميقات حتى يأتي وقت الفريضة، فالأفضل أن يهل بعد الفريضة.

“Betul bahwa ini perkara yang disyariatkan. Oleh karena itu kami katakan, jika Engkau mandi dan berwudhu, shalatlah sunnah dua raka’at wudhu’. Akan tetapi, terdapat ganjalan bagi mereka yang tidak memiliki kebiasaan untuk shalat sunnah wudhu selain di tempat ini (yaitu miqat jama’ah haji dan umrah, pent.), kemudian ingin shalat sunnah wudhu di tempat (miqat) tersebut. Tidakkah akan muncul dalam dirinya bahwa shalat ini dia kerjakan dalam rangka ihram? Atau minimal karena adanya irisan (pertemuan) antara ihram dan wudhu’? Jawabannya, inilah yang lebih tampak (dzahir). Oleh karena itu kami katakan, jika seseorang berada di miqat sampai tiba waktu shalat wajib, maka yang lebih afdhal adalah memulai ihram setelah shalat fardhu.” (Asy-Syarhul Mumti’, 7: 69)

Baca Juga:

  • Hikmah Melempar Jumrah adalah Melempar Setan?
  • Lebih Utama Umrah Di Bulan Ramadhan Atau Dzulqa’dah?

[Selesai]

***

@Puri Gardenia, 26 Jumadil akhir 1440/ 3 Maret 2019

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

Tags: cara shalat sunnahfatwaFatwa Ulamafikih hajifikih shalatfikih umrahHajihaji dan umrahibadahibadah shalatihramkeutamaan shalatkeutamaan shalat sunnahmanasikmanasik hajipakaian ihramShalatshalat sunnahshalat sunnah ihramtata cara shalattuntunan hajituntunan shalattuntunan umrahumrah
kenali bahaya syiah kenali bahaya syiah kenali bahaya syiah
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta (2003-2005). Pendidikan Dokter FK UGM (2003-2009). S2 (MSc) dan S3 (PhD) Erasmus University Medical Center Rotterdam dalam bidang Virologi dan Imunologi (2011-2013 dan 2014-2018).

Artikel Terkait

salat taubat

Tata Cara Salat Tobat

oleh Muhammad Nur Faqih, S.Ag
30 Januari 2023
0

Setiap manusia berpotensi melakukan dosa baik kecil maupun besar. Akan tetapi, Allah 'Azza Wajalla menunjukkan rahmat-Nya kepada kita semua, yaitu...

Menguburkan mayit

Fikih Pengurusan Jenazah (5): Tata Cara Menguburkan Mayit

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
28 Januari 2023
0

Fikih Pengurusan Jenazah (5) : Persiapan Menguburkan Mayit

penguburan mayit

Fikih Pengurusan Jenazah (4): Persiapan Menguburkan Mayit

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
25 Januari 2023
0

“Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya” (QS. Al-Maidah:...

Artikel Selanjutnya
Aqidah Pertengahan Ahlus Sunnah di antara Berbagai Kelompok yang Menyimpang (Bag. 1)

Aqidah Pertengahan Ahlus Sunnah di antara Berbagai Kelompok yang Menyimpang (Bag. 1)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah