بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فإن أصدقَ الحديث كتاب الله وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم وشرَّ الأمور محدثاتها وكلَّ محدثة بدعة وكلَّ بدعة ضلالة وكلَّ ضلالة في النار، أما بعد ؛
Pertama dan utama sekali kita ucapkan puji syukur kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada kesempatan yang sangat berbahagia ini kita dapat berkumpul dalam rangka menambah wawasan keagamaan kita sebagai salah satu bentuk aktivitas ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Kemudian salawat beserta salam buat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah bersusah payah memperjuangkan agama yang kita cintai ini, untuk demi tegaknya kalimat tauhid di permukaan bumi ini, begitu pula untuk para keluarga dan sahabat beliau beserta orang-orang yang setia berpegang teguh dengan ajaran beliau sampai hari kemudian.
Selanjutnya tak lupa ucapan terima kasih kami aturkan untuk para panitia yang telah memberi kesempatan dan mempercayakan kepada kami untuk berbicara di hadapan para hadirin semua pada kesempatan ini, serta telah menggagas untuk terlaksananya acara tabliq akbar ini dengan segala daya dan upaya semoga Allah menjadikan amalan mereka tercatat sebagai amal saleh di hari kiamat kelak, amiin ya Rabbal ‘alamiin.
Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, panitia telah mempercayakan kepada kami untuk berbicara dengan topik: Apa Wahabi Itu?, semoga Allah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kami dalam mengulas topik tersebut.
Pertanyaan yang amat singkat di atas membutuhkan jawaban yang cukup panjang, jawaban tersebut akan tersimpul dalam beberapa poin berikut ini:
- Keadaan yang melatar belakangi munculnya tuduhan wahabi.
- Kepada siapa ditujukan tuduhan wahabi tersebut diarahkan?.
- Pokok-pokok landasan dakwah yang dicap sebagai wahabi.
- Bukti kebohongan tuduhan wahabi terhadap dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
- Ringkasan dan penutup.
Keadaan yang Melatar Belakangi Munculnya Tuduhan Wahabi
Para hadirin yang kami hormati, dengan melihat gambaran sekilas tentang keadaan Jazirah Arab serta negeri sekitarnya, kita akan tahu sebab munculnya tuduhan tersebut, sekaligus kita akan mengerti apa yang melatarbelakanginya. Yang ingin kita tinjau di sini adalah dari aspek politik dan keagamaan secara umum, aspek aqidah secara khusus.
Dari segi aspek politik Jazirah Arab berada di bawah kekuasaan yang terpecah-pecah, terlebih khusus daerah Nejd, perebutan kekuasaan selalu terjadi di sepanjang waktu, sehingga hal tersebut sangat berdampak negatif untuk kemajuan ekonomi dan pendidikan agama.
Para penguasa hidup dengan memungut upeti dari rakyat jelata, jadi mereka sangat marah bila ada kekuatan atau dakwah yang dapat akan menggoyang kekuasaan mereka, begitu pula dari kalangan para tokoh adat dan agama yang biasa memungut iuran dari pengikut mereka, akan kehilangan objek jika pengikut mereka mengerti tentang aqidah dan agama dengan benar, dari sini mereka sangat hati-hati bila ada seseorang yang mencoba memberi pengertian kepada umat tentang aqidah atau agama yang benar.
Dari segi aspek agama, pada abad (12 H / 17 M) keadaan beragama umat Islam sudah sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri, terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali di sana sini praktek-praktek syirik atau bid’ah, para ulama yang ada bukan berarti tidak mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh arus gelombang yang begitu kuat dari pihak yang menentang karena jumlah mereka yang begitu banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung praktek-praktek syirik dan bid’ah tersebut demi kelanggengan pengaruh mereka atau karena mencari kepentingan duniawi di belakang itu, sebagaimana keadaan seperti ini masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat Islam, barangkali negara kita masih dalam proses ini, di mana aliran-aliran sesat dijadikan segi batu loncatan untuk mencapai pengaruh politik.
Pada saat itu di Nejd sebagai tempat kelahiran sang pengibar bendera tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab sangat menonjol hal tersebut. Disebutkan oleh penulis sejarah dan penulis biografi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa di masa itu pengaruh keagamaan melemah di dalam tubuh kaum muslimin sehingga tersebarlah berbagai bentuk maksiat, khurafat, syirik, bid’ah, dan sebagainya. Karena ilmu agama mulai minim di kalangan kebanyakan kaum muslimin, sehingga praktek-praktek syirik terjadi di sana sini seperti meminta ke kuburan wali-wali, atau meminta ke batu-batu dan pepohonan dengan memberikan sesajian, atau mempercayai dukun, tukang tenung dan peramal. Salah satu daerah di Nejd, namanya kampung Jubailiyah di situ terdapat kuburan sahabat Zaid bin Khaththab (saudara Umar bin Khaththab) yang syahid dalam perperangan melawan Musailamah Al Kadzab, manusia berbondong-bondong ke sana untuk meminta berkah, untuk meminta berbagai hajat, begitu pula di kampung ‘Uyainah terdapat pula sebuah pohon yang diagungkan, para manusia juga mencari berkah ke situ, termasuk para kaum wanita yang belum juga mendapatkan pasangan hidup meminta ke sana.
Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di Jazirah Arab.
Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat bahaya.” Dalilnya firman Allah:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik.” (QS. al-Ankabut: 65)
Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada Allah dan melupakan berhala atau sesembahan mereka baik dari orang sholeh, batu dan pepohonan, namun saat mereka telah selamat sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik. Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik dalam setiap saat.
Dalam keadaan seperti di atas Allah membuka sebab untuk kembalinya kaum muslimin kepada Agama yang benar, bersih dari kesyirikan dan bid’ah.
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
« إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا »
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun orang yang memperbaharui untuk umat ini agamanya.” (HR. Abu Daud no. 4291, Al Hakim no. 8592)
Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.
Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal.” (HR. Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)
tepatnya tahun 1115 H di ‘Uyainah di salah satu perkampungan daerah Riyadh. Beliau lahir dalam lingkungan keluarga ulama, kakek dan bapak beliau merupakan ulama yang terkemuka di negeri Nejd, belum berumur sepuluh tahun beliau telah hafal al-Qur’an, ia memulai pertualangan ilmunya dari ayah kandungnya dan pamannya, dengan modal kecerdasan dan ditopang oleh semangat yang tinggi beliau berpetualang ke berbagai daerah tetangga untuk menuntut ilmu seperti daerah Basrah dan Hijaz, sebagaimana lazimnya kebiasaan para ulama dahulu yang mana mereka membekali diri mereka dengan ilmu yang matang sebelum turun ke medan dakwah.
Hal ini juga disebut oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya Ushul Tsalatsah: “Ketahuilah semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya wajib atas kita untuk mengenal empat masalah; pertama Ilmu yaitu mengenal Allah, mengenal nabinya, mengenal agama Islam dengan dalil-dalil”. Kemudian beliau sebutkan dalil tentang pentingnya ilmu sebelum beramal dan berdakwah, beliau sebutkan ungkapan Imam Bukhari: “Bab berilmu sebelum berbicara dan beramal, dalilnya firman Allah yang berbunyi:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Ketahuilah sesungguhnya tiada yang berhak disembah kecuali Allah dan minta ampunlah atas dosamu.” Maka dalam ayat ini Allah memulai dengan perintah ilmu sebelum berbicara dan beramal”.
Setelah beliau kembali dari pertualangan ilmu, beliau mulai berdakwah di kampung Huraimilak di mana ayah kandung beliau menjadi Qadhi (hakim). Selain berdakwah, beliau tetap menimba ilmu dari ayah beliau sendiri, setelah ayah beliau meninggal tahun 1153, beliau semakin gencar mendakwahkan tauhid, ternyata kondisi dan situasi di Huraimilak kurang menguntungkan untuk dakwah, selanjut beliau berpindah ke ‘Uyainah, ternyata penguasa ‘Uyainah saat itu memberikan dukungan dan bantuan untuk dakwah yang beliau bawa, namun akhirnya penguasa ‘Uyainah mendapat tekanan dari berbagai pihak, akhirnya beliau berpindah lagi dari ‘Uyainah ke Dir’iyah, ternyata masyarakat Dir’iyah telah banyak mendengar tentang dakwah beliau melalui murid-murid beliau, termasuk sebagian di antara murid beliau keluarga penguasa Dir’iyah, akhirnya timbul inisiatif dari sebagian dari murid beliau untuk memberi tahu pemimpin Dir’yah tentang kedatangan beliau, maka dengan rendah hati Muhammad bin Saud sebagai pemimpin Dir’iyah waktu itu mendatangi tempat di mana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang, maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja sama dalam menegakkan agama Allah. Dengan mendengar adanya perjanjian tersebut mulailah musuh-musuh Aqidah kebakaran jenggot, sehingga mereka berusaha dengan berbagai dalih untuk menjatuhkan kekuasaan Muhammad bin Saud, dan menyiksa orang-orang yang pro terhadap dakwah tauhid.
Kepada Siapa Dituduhkan Gelar Wahabi Tersebut
Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.
Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-‘am: 112)
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.
Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk Qashim: “Kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:
- Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang empat.
- Bahwa saya mengatakan bahwa manusia semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi memiliki ilmu.
- Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
- Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara ulama adalah bencana.
- Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
- Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas kuburan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu saya akan ganti pancuran ka’bah dengan pancuran kayu.
- Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
- Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah dengan selain Allah.
- Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah: sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan.” (QS. al-Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Mas’ud an-Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Da’awy Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab, 3. Sholeh Fauzan, Min A’laam Al Mujaddidiin, dan kitab lainnya)
Pokok-Pokok Landasan Dakwah yang Dicap Sebagai Wahabi
Pokok landasan dakwah yang utama sekali beliau tegakkan adalah pemurnian ajaran tauhid dari berbagai campuran syirik dan bid’ah, terutama dalam mengkultuskan para wali, dan kuburan mereka, hal ini akan nampak jelas bagi orang yang membaca kitab-kitab beliau, begitu pula surat-surat beliau (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kita Majmu’ Muallafaat Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3).
Dalam sebuah surat beliau kepada penduduk Qashim, beliau paparkan aqidah beliau dengan jelas dan gamblang, ringkasannya sebagaimana berikut: “Saya bersaksi kepada Allah dan kepada para malaikat yang hadir di sampingku serta kepada anda semua:
- Saya bersaksi bahwa saya berkeyakinan sesuai dengan keyakinan golongan yang selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dari beriman kepada Allah dan kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, kepada hari berbangkit setelah mati, kepada takdir baik dan buruk.
- Termasuk dalam beriman kepada Allah adalah beriman dengan sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya tanpa tahriif (mengubah pengertiannya) dan tidak pula ta’tiil (mengingkarinya). Saya berkeyakinan bahwa tiada satupun yang menyerupai-Nya. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk (Musabbihah atau Mujassimah))
- Saya berkeyakinan bahwa al-Qur’an itu adalah kalamullah yang diturunkan, ia bukan makhluk, datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
- Saya beriman bahwa Allah itu berbuat terhadap segala apa yang dikehendaki-Nya, tidak satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya, tiada satupun yang keluar dari kehendak-Nya.
- Saya beriman dengan segala perkara yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang akan terjadi setelah mati, saya beriman dengan azab dan nikmat kubur, tentang akan dipertemukannya kembali antara ruh dan jasad, kemudian manusia dibangkit menghadap Sang Pencipta sekalian alam, dalam keadaan tanpa sandal dan pakaian, serta dalam keadaan tidak bekhitan, matahari sangat dekat dengan mereka, lalu amalan manusia akan ditimbang, serta catatan amalan mereka akan diberikan kepada masing-masing mereka, sebagian mengambilnya dengan tangan kanan dan sebagian yang lain dengan tangan kiri.
- Saya beriman dengan telaga Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Saya beriman dengan shirat (jembatan) yang terbentang di atas neraka Jahanam, manusia melewatinya sesuai dengan amalan mereka masing-masing.
- Saya beriman dengan syafa’at Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Dia adalah orang pertama sekali memberi syafa’at, orang yang mengingkari syafa’at adalah termasuk pelaku bid’ah dan sesat. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
- Saya beriman dengan surga dan neraka, dan keduanya telah ada sekarang, serta keduanya tidak akan sirna.
- Saya beriman bahwa orang mukmin akan melihat Allah dalam surga kelak.
- Saya beriman bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup segala nabi dan rasul, tidak sah iman seseorang sampai ia beriman dengan kenabiannya dan kerasulannya. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengaku sebagai nabi atau tidak memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. bahkan beliau mengarang sebuah kitab tentang sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan judul Mukhtashar sirah Ar Rasul, bukankah ini suatu bukti tentang kecintaan beliau kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.)
- Saya mencintai para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula para keluarga beliau, saya memuji mereka, dan mendoakan semoga Allah meridhai mereka, saya menutup mulut dari membicarakan kejelekan dan perselisihan yang terjadi antara mereka.
- Saya mengakui karamah para wali Allah, tetapi apa yang menjadi hak Allah tidak boleh diberikan kepada mereka, tidak boleh meminta kepada mereka sesuatu yang tidak mampu melakukannya kecuali Allah. (Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang mengingkari karamah atau tidak menghormati para wali)
- Saya tidak mengkafirkan seorang pun dari kalangan muslim yang melakukan dosa, dan tidak pula menguarkan mereka dari lingkaran Islam. (dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau mengkafirkan kaum muslimin, atau berfaham khawarij, baca juga Manhaj syeikh Muhammad bin Abdul Wahab fi masalah at takfiir, karangan Ahmad Ar Rudhaiman)
- Saya berpandangan tentang wajibnya taat kepada para pemimpin kaum muslimin, baik yang berlaku adil maupun yang berbuat zalim, selama mereka tidak menyuruh kepada perbuatan maksiat. (dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang menganut faham khawarij (teroris))
- Saya berpandangan tentang wajibnya menjauhi para pelaku bid’ah, sampai ia bertaubat kepada Allah, saya menilai mereka secara lahir, adapun amalan hati mereka saya serahkan kepada Allah.
- Saya berkeyakinan bahwa iman itu terdiri dari perkataan dengan lidah, perbuatan dengan anggota tubuh dan pengakuan dengan hati, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Bukti Kebohongan Tuduhan Wahabi Tehadap Dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah
Dengan membandingkan antara tuduhan-tuduhan sebelumnya dengan aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kita sebutkan di atas, tentu dengan sendirinya kita akan mengetahui kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut.
Tuduhan-tuduhan bohong tersebut disebar luaskan oleh musuh dakwah Ahluss sunnah ke berbagai negeri Islam, sampai pada masa sekarang ini, masih banyak orang tertipu dengan kebohongan tersebut. sekalipun telah terbukti kebohongannya, bahkan seluruh karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membantah tuduhan tersebut.
Kita ambil contoh kecil saja dalam kitab beliau “Ushul Tsalatsah” kitab yang kecil sekali, tapi penuh dengan mutiara ilmu, beliau mulai dengan menyebutkan perkataan Imam Syafi’i, kemudian di pertengahannya beliau sebutkan perkataan Ibnu Katsir yang bermazhab syafi’i jika beliau tidak mencintai para imam mazhab yang empat atau hanya berpegang dengan mazhab Hambali saja, mana mungkin beliau akan menyebutkan perkataan mereka tersebut.
Bahkan beliau dalam salah satu surat beliau kepada salah seorang kepala suku di daerah Syam berkata: “Saya katakan kepada orang yang menentangku, sesungguhnya yang wajib atas manusia adalah mengikuti apa yang diwasiatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bacalah buku-buku yang terdapat pada kalian, jangan kalian ambil dari ucapanku sedikitpun, tetapi apabila kalian telah mengetahui perkataan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam kitab kalian tersebut maka ikutilah, sekalipun kebanyakan manusia menentangnya.” (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kitab Majmu’ Muallafaat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3)
Dalam ungkapan beliau di atas jelas sekali bahwa beliau tidak mengajak manusia kepada pendapat beliau, tetapi mengajak untuk mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Para ulama dari berbagai negeri Islam pun membantah tuduhan-tuduhan bohong tersebut setelah mereka melihat secara nyata dakwah yang beliau tegakkan, seperti dari daerah Yaman Imam Asy Syaukani dan Imam As Shan’any, dari India Syekh Mas’ud An-Nadawy, dari Irak Syaikh Muahmmad Syukri Al Alusy.
Syaikh Muhammad Syukri Al Alusy berkata setelah beliau menyebutkan berbagai tuduhan bohong yang disebar oleh musuh-musuh terhadap dakwah tauhid dan pengikutnya: “Seluruh tuduhan tersebut adalah kebohongan, fitnah dan dusta semata dari musuh-musuh mereka, dari golongan pelaku bid’ah dan kesesatan, bahkan kenyataannya seluruh perkataan dan perbuatan serta buku-buku mereka menyanggah tuduhan itu semua.” (al Alusy, Tarikh Nejd, hal: 40)
Begitu pula Syaikh Mas’ud An-Nadawy dari India berkata: “Sesungguhnya kebohongan yang amat nyata yang dituduhkan terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdu Wahhab adalah penamaannya dengan wahabi, tetapi orang-orang yang rakus berusaha mempolitisir nama tersebut sebagai agama di luar Islam, lalu Inggris dan turki serta Mesir bersatu untuk menjadikannya sebagai lambang yang menakutkan, yang mana setiap muncul kebangkitan Islam di berbagai negeri, lalu orang-orang Eropa melihat akan membahayakan mereka, mereka lalu menghubungkannya dengan wahabi, sekalipun keduanya saling bertentangan.” (Muhammad bin Abdul Wahab Mushlih Mazhluum, hal: 165)
Begitu pula Raja Abdul Aziz dalam sebuah pidato yang beliau sampaikan di kota Makkah di hadapan jamaah haji tgl 11 Mei 1929 M dengan judul “Inilah Aqidah Kami”: “Mereka menamakan kami sebagai orang-orang wahabi, mereka menamakan mazhab kami wahabi, dengan anggapan sebagai mazhab khusus, ini adalah kesalahan yang amat keji, muncul dari isu-isu bohong yang disebarkan oleh orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, dan kami bukanlah pengikut mazhab dan aqidah baru, Muhammad bin Abdul Wahab tidak membawa sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah salafus sholeh, yaitu yang terdapat dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang menjadi pegangan salafus sholeh. Kami memuliakan imam-imam yang empat, kami tidak membeda-bedakan antara imam-imam; Malik, Syafi’i , Ahmad dan Abu Hanifah, seluruh mereka adalah orang-orang yang dihormati dalam pandangan kami, sekalipun kami dalam masalah fikih berpegang dengan mazhab hambaly.” (al Wajiz fi Sirah Malik Abdul Aziz, hal: 216)
Dari sini terbukti lagi kebohongan dan propaganda yang dibuat oleh musuh Islam dan musuh dakwah Ahlussunnah bahwa teroris diciptakan oleh wahabi. Karena seluruh buku-buku aqidah yang menjadi pegangan di kampus-kampus tidak pernah luput dari membongkar kesesatan teroris (Khawarij dan Mu’tazilah). Begitu pula tuduhan bahwa Mereka tidak menghormati para wali Allah atau dianggap membikin mazhab yang kelima. Pada kenyataannya semua buku-buku yang dipelajari dalam seluruh jenjang pendidikan adalah buku-buku para wali Allah dari berbagai mazhab. Pembicara sebutkan di sini buku-buku yang menjadi panduan di Universitas Islam Madinah.
- Untuk mata kuliah Aqidah: kitab “Syarah Aqidah Thawiyah” karangan Ibnu Abdil ‘iz Al Hanafi, “Fathul Majiid” karangan Abdurahman bin Hasan Al hambaly. Ditambah sebagai penunjang, “Al Ibaanah“ karangan Imam Abu Hasan Al Asy’ari, “Al Hujjah” karangan Al Ashfahany Asy Syafi’i, “Asy Syari’ah” karangan Al Ajurry, Kitab “At Tauhid” karangan Ibnu Khuzaimah, Kitab “At Tauhid” karangan Ibnu Mandah, dll.
- Untuk mata kuliyah Tafsir: Tafsir Ibnu Katsir Asy Syafi’i, Tafsir Asy Syaukany. Ditambah sebagai penunjang: Tafsir At Thobary, Tafsir Al Qurtuby Al Maliky, Tafsir Al Baghawy As Syafi’i, dan lainnya.
- Untuk mata kuliyah Hadits: Kutub As Sittah beserta Syarahnya seperti: “Fathul Bary” karangan Ibnu Hajar Asy Syafi’i, “Syarah Shahih Muslim” karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, dll.
- Untuk mata kuliyah fikih: “Bidayatul Mujtahid” karangan Ibnu Rusy Al maliky, “Subulus Salam” karangan Ash Shan’any. Ditambah sebagai penunjang: “al Majmu'” karangan Imam An Nawawy Asy Syafi”i, kitab “Al Mughny” karangan Ibnu Qudamah Al Hambali, dll. Kalau ingin untuk melihat lebih dekat lagi tentang kitab-kitab yang menjadi panduan mahasiswa di Arab Saudi silakan berkunjung ke perpustakaan Universitas Islam Madinah atau perpustakaan mesjid Nabawi, di sana akan terbukti segala kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh musuh Islam dan kelompok yang berseberangan dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah seperti tuduhan teroris dan wahabi.
Selanjutnya kami mengajak para hadirin semua apabila mendengar tuduhan jelek tentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, atau membaca buku yang menyebarkan tuduhan jelek tersebut, maka sebaiknya ia meneliti langsung dari buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau buku-buku ulama yang seaqidah dengannya, supaya ia mengetahui tentang kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut, sebagaimana perintah Allah kepada kita:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang fasik datang kepadamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kamu tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan, sehingga kamu menjadi menyesal terhadap apa yang kamu lakukan.”
Karena buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bisa didapatkan dengan sangat mudah terlebih-lebih pada musim haji dibagikan secara gratis, di situ akan terbukti bahwa beliau tidak mengajak kepada mazhab baru atau kepercayaan baru yang menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah, namun semata-mata ia mengajak untuk beramal sesuai dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, meneladani Rasulullah dan para sahabatnya serta generasi terkemuka umat ini, serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat.
Ringkasan Dan Penutup
Ringkasan
- Seorang da’i hendaklah membekali dirinya dengan ilmu yang cukup sebelum terjun ke medan dakwah.
- Seorang da’i hendaklah memulai dakwah dari tauhid, bukan kepada politik, selama umat tidak beraqidah benar selama itu pula politik tidak akan stabil.
- Seorang da’i hendaklah sabar dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantang dalam menegakkan dakwah.
- Seorang da’i yang ikhlas dalam dakwahnya harus yakin dengan pertolongan Allah, bahwa Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya.
- Tuduhan wahabi adalah tuduhan yang datang dari musuh dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dengan tujuan untuk menghalangi orang dari mengikuti dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
- Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah sebagai pembawa aliran baru atau ajaran baru, tetapi seorang yang berpegang teguh dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
- Perlunya ketelitian dalam membaca atau mendengar sebuah isu atau tuduhan jelek terhadap seseorang atau suatu kelompok, terutama merujuk pemikiran seseorang tersebut melalui tulisan atau karangannya sendiri untuk pembuktian berbagai tuduhan dan isu yang tersebar tersebut.
Penutup
Sebagai penutup kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kekeliruan dalam penyampaian materi ini, semua itu adalah karena keterbatasan ilmu yang kami miliki, semoga apa yang kami sampaikan ini bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi hadirin semua, semoga Allah memperlihatkan kepada kita yang benar itu adalah benar, kemudian menuntun kita untuk mengikuti kebenaran itu, dan memperlihatkan kepada kita yang salah itu adalah salah, dan menjauhkan kita dari mengikuti yang salah itu.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت وأستغفرك وأتوب إليك.
Baca juga: Pujian dalam Hujatan bagi Wahabi
—
Disampaikan dalam tabligh Akbar 21 Juli 2005 di kota Jeddah, Saudi Arabia
Oleh: Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra, Lc., M.A. *
Artikel: Muslim.or.id
*) Penulis adalah Rektor Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafii, Jember, Jawa Timur
katanya wahabi itu dalam salah ajarannya ada yang mentajsim pada Allah. apakah itu benar?, dan katanya lagi ada yg suka memusyrikan orang lain yang tidak sepaham dengan ajaran mereka. apakah itu benar?
Bismillah..
@ Akhi munawwir
Coba antum perhatikan perkataan beliau -rahimahullah- di bawah ini :
Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah Ta’ala dalam risalahnya kepada penduduk Qoshim ketika beliau ditanya tentang aqidahnya.
“Saya bersaksi dengan menyebut nama Allah dan dengan sesuatu yang hadir bersamaku dari malaikat serta aku bersaksi dengan diri kalian bahwa saya berkeyakinan sebagaimana aqidah Firqatun Najiyah (=golongan yang selamat, pent) Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari berbangkit setelah kematian, serta qodar yang baik maupun yang buruk.”
“Dan bagian dari keyakinan kita kepada Allah Ta’ala adalah kita menyakini sifat-sifat-Nya sebagaimana yang Ia sifatkan pada diri-Nya dalam kitab-Nya serta apa-apa yang diterangkan oleh Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam tanpa tahrif dan ta’thil.
Bahkan aku berkeyakinan bahwasannya Allah Ta’ala:
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
“Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”
(QS. Asy-Syu’ara: 11).”
“Aku tidak meniadakan apa-apa yang Dia sifatkan pada diri-Nya, tidak menambah/mengubah kalam-Nya dari maknanya, tidak berbuat ilhad dalam asma’ dan ayat-ayat-Nya, tidak mempertanyakan serta tidak menyamakan sifat-sifat Allah Ta’ala dengan sifat makhluk-Nya karena Ia Maha Tinggi.
Tidak ada yang serupa dan yang menyamai-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya karena Allah Ta’ala paling mengetahui akan diri-Nya dan selain-Nya. Perkataan-Nya adalah yang paling benar dan beritanya adalah yang terbaik.
Ia selamat dari apa-apa yang disifatkan dari golongan yang menyimpang dari ahli takyif dan ahli tamtsil,
serta Ia selamat dari golongan yang meniadakan sifat-sifat-Nya dari golongan Ahli Tahrif dan Ahli Ta’thil.
Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakana. Dan kesejahterakan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb alam semesta”
(QS. Ash Shofat: 180-182).”
Kemudian coba antum bandingkan dengan aqidah Imam Empat Mazhab
IMAM ABU HANIFAH
Imam Abu Hanifah ditanya tentang seseorang yang berkata,
“Aku tidak mengetahui Tuhanku, apakah Dia di langit atau di bumi?”
Imam Abu Hanifah menjawab,
“Dia kafir, karena Allah berfirman, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.’(Thaha: 5), dan ArsyNya di atas langitNya.”
Imam Abu Hanifah ditanya lagi, dia berkata,
“Aku berkata, Allah bersemayam di atas Arsy, tetapi aku tidak mengetahui apakah Arsy di langit atau di bumi?”
Imam Abu Hanifah menjawab,
“Jika dia mengingkari bahwa ia di langit maka dia kafir.”
(Kitab Mukhtashar al-Uluw, adz-Dzahabi)
Kita melihat di sini Imam Abu Hanifah menetapkan sifat istiwa` bagi Allah, bahwa Allah bersemayam di atas ArsyNya, di atas langitNya, beliau menetapkan kekufuran orang yang mengingkari hal ini.
Menetapkan sifat istiwa` bagi Allah sesuai dengan keagunganNya tanpa takyif, tanpa tamtsil dan tanpa tahrif merupakan akidah salaf shalih di bidang Asma` dan Sifat Allah.
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, bahwa Allah di langit sesuai dengan kebesaranNya.
IMAM MALIK BIN ANAS
Disebutkan bahwa Imam Malik ditanya tentang firman Allah, “Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.” (Thaha: 5), bagaimana Allah bersemayam?” Imam Malik menjawab,
“Bersemayam diketahui (maknanya), bagaimananya tidak masuk akal, beriman kepadanya wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”
Lalu Imam meminta orang tersebut agar diusir.
(Kitab Lum’ah al-I’tiqad, Ibnu Qudamah)
Ucapan ini diriwayatkan secara shahih dari Imam Malik, ia menetapkan akidah salaf di bidang Asma`wa Sifat, bahwa apa yang Allah tetapkan untuk diriNya diketahui maknanya dari sisi bahasa, tidak dijangkau oleh akal dari sisi bagaimananya, karena ia termasuk perkara ghaib, dan beriman kepadanya adalah wajib karena ia ditetapkan oleh Allah, serta bertanya tentang bagaimananya adalah bid’ah karena para sahabat tidak mempersoalkannya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam
Inilah akidah salaf shalih Ahlus Sunnah wal Jamaah di bidang Asma` wa Sifat, yaitu mengimani apa yang Allah dan RasulNya tetapkan tanpa bertanya bagaiamana karena hal itu tidak terjangkau oleh akal.
IMAM SYAFI”I
Disebutkan bahwa Imam asy-Syafi’i berkata,
“ Allah Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang dihadirkan oleh kitabNya, diberitakan oleh Nabi saw kepada umatnya, tidak seorang pun makhluk Allah di mana hujjah telah tegak atasnya patut untuk menolaknya karena al-Qur`an turun dengannya) , dan pengucapannya dari Rasulullah adalah shahih melalui periwayatan rawi-rawi yang adil, jika dia menyelisihi setelah itu, setelah tegaknya hujjah atasnya maka dia kafir.
Adapun sebelum tegaknya hujjah atasnya maka dia dimaklumi karena tidak tahu, sebab ilmu tentang hal ini bukan melalui akal, bukan pula melalui perenungan, hati dan pemikiran. Kami tidak mengkafirkan seseorang dengannya karena dia tidak tahu kecuali setelah sampainya berita kepadanya. Dan kami menetapkan sifat-sifat ini) , kami menafikan tasybih darinya sebagaimana kami menafikan tasybih dariNya firmanNya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syura: 11).
(Kitab Itsbat Shifat al-Uluw, Ibnu Qudamah)
Kita bisa membaca dari ucapan Imam asy-Syafi’i bahwa beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah sebagaimana yang ditetapkan oleh al-Qur`an dan sunnah yang shahih.
IMAM AHMAD BIN HAMBAL
Akidah Imam yang satu ini tidak ada keraguan dan kesamaran padanya, beliau adalah imam sunnah dan pemegang panji Ahlus Sunnah wal Jamaah di masanya,
salah satu pengakuan datang dari Imam Abul Hasan al-Asy’ari, beliau ini berkata dalam al-Ibanah an Ushul ad-Diyanah,
“Pendapat yang kami katakan dan keyakinan yang kami pegang teguh adalah berpegang kepada kitab Tuhan kami Azza wa Jalla dan sunnah nabi kami saw, serta apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabiin dan para imam hadits, kami berpegang kepada semua itu, dan kami berkata seperti apa yang dikatakan oleh Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, semoga Allah memuliakan wajahnya, mengangkat derajatya dan memberinya balasan besar, kami menyelisihi apa yang menyelisihi perkataannya, karena beliau adalah seorang imam yang mulia dan pemimpin yang sempurna, dengannya Allah menjelaskan kebenaran dan dengannya Allah menolak kesesatan orang-orang yang ragu, semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada seorang imam mulia, besar, agung, dihormati, dihargai dan terdepan.”
…Alhamdulillah
Barakallahu fiikum
izin u/ meng-cofy untuk disampaikan pada forum lain (insya Allah saya sertakan sumbernya),
jazakumullah,
semoga Allah SWT membenarkan yang hak dan menyalahkan yang bathil, amin
Jazakumullah..
ngofy ya
Assalamualaikum,
terima kasih atas artikel yg ditulis, tapi sy kurang jelas tentang definisi wahhabi. memang ada latarbelakang kemunculan gerakan ni, siapa yang dituduh wahhabi, tapi definisinya masih tiada. mohon penjelasan
Bagus banget artikelnya..boleh dishare..
Wahabiyin (kaum Wahabi) adalah istilah yg diberikan musuh2nya kepada jama’ah yg mengikuti anjuran Imam Abdul Wahab. Di salah satu ensiklopedi di eropa, disebutkan Wahabiyin adalah golongan yg bermadzhab Wahabi, ini keliru atau sengaja dikelirukan.
saya dengan adanya artikel ini malah bingung. yang saya tahu orang2 salafi tidak sepakat dengan berpegang pada imam madzhab yang empat, mengharamkan tawassul dengan orang2 sholeh/waliyulloh, mengharamkan ziarah kubur,mengharamkan bangunan di atas kubur (kebetulan di atas kubur Rosululloh saw terdapat kubah hijau) tapi dengan pernyataan diatas ko malah sebaliknya (dengan pernyataan syeikh Abdul Wahhab bahwa dia mengingkari tuduhan Sulaiman bin Suhaim yang menyatakan bahwa hal tersebut kebohongan belaka). jadi manhaj yang dipake kaya’nya manhaj Taqiyyah sebagaimana orang syi’ah, ketika mereka sudah dituduh sesat akhirnya terpaksa “membenarkan” manhaj yang berlaku secara umum. apakah kemudian kalian orang salafi akan mengatakan syeikh Abdul Wahhab sesat menurut salifiyyin?? ataukah kalian tetap terpaksa membenarkannya walaupun sudah kalian tulis sendiri diartikel ini dia berbeda dengan salafiyin secara umum. tolong antum semua jelaskan.
ana juga mau tanya tentang artikel ini didapat dari kitab apa?terus dari mana pernyataan (kitab dan terbitannya) bahwa syeikh Bin Abdul Wahhab adalah bani Tamim, semoga ana bisa tabayyun dengan antum.
@ jet li
Silahkan baca artikael selanjutnya buku putih Muhammad bin Abdul Wahab,.
1. Kita sepakat dan menghargai atas mahdzab yang empat tapi kita tidak taqlid pada salah satu mahdzab, kita selalu mengkaji pendapat yang paling tepat diantara perselisihan antar mahdzab,
2. tawasul yang diingkari adalah tawasul kepada orang yg sudah mati,
3. Ziarah kubur yang diingkari adalah ziarah kubur untuk minta berkah dari ahli kubur dan menyengajakan ziarah kubur pada satu tempat.
Silahkan tunjukan kepada kita di buku mana Muhammad bin Abdul Wahab berpendapat ziarah kubur hukumnya mutlak haram, tawasul mutlak haram, dan merendahkan salah satu mahdzab? biar adil?
Ana juga pernah dengar bahwa wahabi ini sengaja dibentuk oleh salah satu negara kafir dengan tujuan untuk lebih meramaikan perselisihan dikalangan umat islam, sehingganya nanti umat islam ini tidak sempat berfikir untuk bersatu & maju.
Pertanyaan ana.. ini wahabi yang mana lagi ini (yang dibentuk oleh negara kafir)..?
Mohon penjelasannya akhi… karena ana sedang dalam proses mencari kebenaran…
Semoga ALLAH mambalas kebaikan kepada akhi muslim yang memberikan encerahan kepada ana….
Jazakallahu Khairan….
#Aba Abdurrahman
.قل هاتوا برهانكم ان كنتم صادقين
“Katakanlah: Datangkanlah bukti yang engkau miliki jika memang engkau benar”
Tuduhan tanpa bukti, semua orang tentu bisa melakukannya. Dan sampaikan pula, bahwa tuduhan tersebut akan dimintai pertanggug-jawaban kelak:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Jangan engkau katakan yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, perkataan semua akan dimintai pertanggung-jawabannya kelak”
Anda ingin tahu kebenaran? Bersemangatlah terus dalam menuntut ilmu dari Al Qur’an, As Sunnah dengan pemahaman para sahabat.
Semoga Allah memberi taufik.
Untuk akhi aba abdurrahman dan saudara2ku yg sedang mencari kebenaran, mungkin artikel2 berikut ini bisa dibaca untuk fakta sesungguhnya mengenai wahabi :
– Wahabisme Versus Terorisme
– Meluruskan Tuduhan Miring Tentang Wahhabi
Setelah dibaca, silahkan dibandingkan dengan tuduhan2 miring dan keji yg selama ini beredar di masyarakat mengenai wahabi.
Saran saya untuk anda, jika ingin mencari kebenaran, carilah dari Al Qur’an dan hadits2 shohihah. Bersemangatlah dalam mencari ilmu dan mohon petunjuk kepada Allah Ta’ala.
@ Akhi Yulian & Tommi
Terima kasih atas informasi yang disampaikan berikut link nya.
Jazakallahu Khairan….
assalamu’alaykum
izin share yaa ustadz
izin copas yaa ustadz…
Subhaanallooh… mari kita semua sblm menkaji jernihkan hati & fikir, jangan kita cepat mengambil kesimpulan dan memutuskan sblm mendapati ilmunya (dr beberapa ulama yg terbukti kesholehannya). sesungguhnya Alloh Azza Wa Jalla akan memberikan petunjuknya pd org yng benar2 mau mencari kebenaran akan ilmuNya. Ambilah yng baik2 dari perkataan para ulama soal Agama(sesunguhnya manusia tdk luput dr kesalahan)
Kembalikan semua pada Yang Maha Mengetahui (Allah Suhanahu Wa Ta’ala)
Hendaklah kita selalu BERBAIK SANGKA kepada SESAMA MUSLIM…
Ketahuilah sudara-suadaraku apabila anda medapati celaan untuk wahabi, maka lihatlah celaan itu pasti dantang dari kelompok atau orang yang ada pada dirinya amalan Bid’a, senag bertwassul di kuburan, senag berslawatan berjamah,dengan syair-syair yang tidak pernah ditemukam pada zaman nabi dan para sahabat,senang Maulitad, bersnajian, yasinan, tahlilan,,,, ini sangat mudah dideteksi mereka semua ini antri wahabi..MANGAPA ????? karena Syeik Abdul Bin Wahab, Semoga Allah membalas Aqidahnya dan ilmunya dengan kebaikan di akhirat, sangat dan sangat menetang semua amalan tersebut, maka tidak heran kalau ada celaan pasti datang dari Ahlul Bid’ah atau Ahlul Syirik
Semoga kita semua mendapat pentunjuk jalan yang benar dalam memahami agama ini.
Memang banyak saudara-saudara sesama muslim yg belum memahami wahhabi,mereka hanya mendengar dariinformasi yg tidak lengkap dan kadang menyudutkan saudara-saudara kita yg sudah memahami wahhabi. Sudah seharusnya sebagi Muslim kita terus belajar (ta’lim) agar sampai kepada pemahaman yg benar yaitu Al Quran dan Sunnah,pendapat poara shahabat serta pemahaman salafussholih. Pesan saya : Jika menemui hal-hal yang “baru” dalam aqidah maka segeralah mencari sumber (dalil) dan bertanyalah kepada nara sumber (ulama) yg memahami masalahnya. Billahittaufiq.
Ada juga orang-orang yg pernah menduduki jabtan strategis di negeri ini mencoba menjelaskan masalah Wahhabi, tapi lebih banyak hal-hal negatif yg disampaikan sesuai misinya. Padahal mereka adalah muslim juga. Semoga Alloh ‘Azza Wajalla membuka hatinya, dan memberikan taufiq kepada beliau. Amin
subhanallah…ana juga baru tahu..semoga allah swt selalu melimpahkan rahmatnya amiin.
Ijin Share ya akhi… Insya Allah saya cantumkan sumbernya..
ijin copas ustadz..
masya Alloh,…sudah lama sya ingin mencari tau soal wahabi ini, krn selama yg sya baca dari komenan2an di sebuah artikel, rata2 mereka menghujat kaum Wahabi ini…
memang sudah seharusnya sesam umat muslim kita harus berbaik sangka shingga tdk akan ada pertikain di antara sesama umat muslim,..aamiin
Membaca surat beliau mengenai ‘bantahan beberapa tuduhan’ terhadap beliau, ada dua point yang masih mengganjal benak saya, pertama, beliau membantah kalau beliau mengkafirkan orang yang bertawasul terhadap orang masih hidup. Kedua, beliau membantah mengkafirkan orang yang bersumpah terhadap selain Allah. Berarti sesunguhnya ajaran beliau itu menghalalkan orang bertawasul terhadap orang yang masih hidup ? dan beliau membolehkan orang yang bersumpah terhadap selain Allah ? mohon penjelasan Pak Ustadz..Jazakallah..
Tidak mengkafirkan bukan berarti membolehkan. Kedua hal tersebut terlarang, pelakunya berdosa, namun pada asalnya tidak membuat orang menjadi keluar dari Islam.
bertawasul dg orang yg masih hidup bukannya boleh ya?
Kalau yg Anda maksud Tawassul dengan minta dido’a kan oleh orang shalih yang masih hidup dan hadir di dekat kita, maka boleh,asal tidak mengakibatkan org sholih itu tertipu dan kagum/’ujub dg dirinya sndiri, lihat penjelasannya disini:
http://almanhaj.or.id/content/3856/slash/0/hukum-wasilah-tawassul/
Dan sebaiknya niatnya ketika sseorang minta dido’akan adalah agar orang sholeh itu mdapatakan kebaikan juga , lihat :
http://rumaysho.com/amalan/minta-didoakan-orang-lain-1630
Iya, syukron akhii
Baarakallaahu fiik
Beda lah menghukumi satu perbuatan itu kufur
dan mem vonis satu orang kafir
Maaf admin ana mau izi copas buat status ane di blog pribadi ane
kembalikan ke Qur’an dan Assunah bila kita melihat suatu aliran bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah jangan diikuti karena sesat, bila tidak bertentangan itu Saudara kita (sesama Muslim bersaudara)
yg mentasjim kan allah itu sufi
Bismillah…
Afwan bagian kedua nya ada ga ?
Bismillah
sebagaimana perintah Allah kepada kita:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang fasik datang kepadamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kamu tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan, sehingga kamu menjadi menyesal terhadap apa yang kamu lakukan.”
Dengan ayat dia atas sudah jelas untuk menerima suatu berita/Informasi perintahnya telitilah atau analisa banyak da’i – da’i yang mengatasnamakan Wahabi tapi tidak sesuai dengan ajaran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang jadi perdebatan dan perpecahan dan tugas da’i dan pendakwah adalah menyampaikan dengan jelas sejelasnya menerima atau tidak jangan menjadikan perdebatan yang menjadikan hawa nafsu yang berperan
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28 : 56]