Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi muslim.or.id Donasi muslim.or.id

Mengenal Imam Bukhari

Ari Wahyudi, S.Si. oleh Ari Wahyudi, S.Si.
25 Desember 2021
Waktu Baca: 5 menit
28
Biografi Imam Bukhari
1.5k
SHARES
8.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Apakah Anda sudah tahu biografi Imam Bukhari? Jika belum, mari kita bahas biografi Imam Bukhari secara singkat.

Daftar Isi sembunyikan
1. Nama dan Nasabnya
2. Sanjungan Para Ulama Kepadanya
3. Kekuatan Hafalan Imam Bukhari dan Kecerdasannya

Muhammad bin Hatim Warraq Al-Bukhari rahimahullah menceritakan, “Aku bermimpi melihat Bukhari berjalan di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap kali Nabi mengangkat telapak kakinya maka Abu Abdillah (Bukhari) pun meletakkan telapak kakinya di situ.” (Hadyu Sari, hal. 656)

Nama dan Nasabnya

Beliau bernama Muhammad, putra dari Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi, biasa dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdillah. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at 13 Syawwal 194 H di Bukhara (Bukarest). Ketika masih kecil, ayahnya yaitu Isma’il sudah meninggal sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu. Ghinjar dan Al-Lalika’i menceritakan bahwa ketika kecil kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Pagi harinya dia dapati penglihatan anaknya telah sembuh (lihat Hadyu Sari, hal. 640)

Sanjungan Para Ulama Kepadanya

Abu Mush’ab rahimahullah (di dalam cetakan tertulis Abu Mu’shab, sepertinya ini salah tulis karena dalam kalimat sesudahya ditulis Abu Mush’ab, pent) Ahmad bin Abi Bakr Az Zuhri mengatakan, “Muhammad bin Isma’il (Bukhari) lebih fakih dan lebih mengerti hadits dalam pandangan kami daripada Imam Ahmad bin Hambal.” Salah seorang teman duduknya berkata kepadanya, “Kamu terlalu berlebihan.” Kemudian Abu Mush’ab justru mengatakan, “Seandainya aku bertemu dengan Malik (lebih senior daripada Imam Ahmad, pent) dan aku pandang wajahnya dengan wajah Muhammad bin Isma’il niscaya aku akan mengatakan: Kedua orang ini sama dalam hal hadits dan fiqih.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Qutaibah bin Sa’id rahimahullah mengatakan, “Aku telah duduk bersama para ahli fikih, ahli zuhud, dan ahli ibadah. Aku belum pernah melihat semenjak aku bisa berpikir ada seorang manusia yang seperti Muhammad bin Isma’il. Dia di masanya seperti halnya Umar di kalangan para sahabat.” (Hadyu Sari, hal. 646)

Muhammad bin Yusuf Al Hamdani rahimahullah menceritakan: Suatu saat Qutaibah ditanya tentang kasus “perceraian dalam keadaan mabuk”, lalu masuklah Muhammad bin Isma’il ke ruangan tersebut. Seketika itu pula Qutaibah mengatakan kepada si penanya, “Inilah Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan Ali bin Madini yang telah dihadirkan oleh Allah untuk menjawab pertanyaanmu.” Seraya mengisyaratkan kepada Bukhari (Hadyu Sari, hal. 646)

Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Negeri Khurasan belum pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma’il.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Bundar Muhammad bin Basyar rahimahullah mengatakan tentang Bukhari, “Dia adalah makhluk Allah yang paling fakih di zaman kami.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Hasyid bin Isma’il rahimahullah menceritakan: Ketika aku berada di Bashrah aku mendengar kedatangan Muhammad bin Isma’il. Ketika dia datang, Muhammad bin Basyar pun mengatakan, “Hari ini telah datang seorang pemimpin para fuqoha’.” (Hadyu Sari, hal. 647)

Muslim bin Hajjaj rahimahullah -penulis Shahih Muslim, murid Imam Bukhari- mengatakan, “Aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang yang seperti dirimu (yaitu seperti Bukhari).” (Hadyu Sari, hal. 650)

Baca Juga: Pelajaran Berharga Dari Imam Bukhari

Kekuatan Hafalan Imam Bukhari dan Kecerdasannya

Muhammad bin Abi Hatim Warraq Al Bukhari menceritakan: Aku mendengar Bukhari mengatakan, “Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca tulis (kuttab).” Aku berkata kepadanya, “Berapakah umurmu ketika itu?” Dia menjawab, “Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah lulus dari Kuttab, aku pun bolak-balik menghadiri majelis haditsnya Ad-Dakhili dan ulama hadits lainnya. Suatu hari tatkala membacakan hadits di hadapan orang-orang dia (Ad-Dakhili) mengatakan, ‘Sufyan meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.’ Maka aku katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.’ Maka dia pun menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, ‘Rujuklah kepada sumber aslinya, jika kamu punya.’ Kemudian dia pun masuk dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, ‘Bagaimana kamu bisa tahu wahai anak muda?’ Aku menjawab, ‘Dia adalah Az Zubair (bukan Abu Zubair, pen). Nama aslinya Ibnu Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.’ Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, ‘Kamu benar’. Menanggapi cerita tersebut, Bukhari ini Warraq berkata, “Biasa, itulah sifat manusia. Ketika membantahnya umurmu berapa?” Bukhari menjawab, “Sebelas tahun.” (Hadyu Sari, hal. 640)

Hasyid bin Isma’il menceritakan: Dahulu Bukhari biasa ikut bersama kami bolak-balik menghadiri pelajaran para masayikh (para ulama) di Bashrah, pada saat itu dia masih kecil. Dia tidak pernah mencatat, sampai-sampai berlalu beberapa hari lamanya. Setelah 6 hari berlalu kami pun mencela kelakuannya. Menanggapi hal itu dia mengatakan, “Kalian merasa memiliki lebih banyak hadits daripada aku. Cobalah kalian tunjukkan kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis.” Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits tersebut. Lalu ternyata dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dia membacakan hadits-hadits itu semua dengan ingatan (di luar kepala), sampai-sampai kami pun akhirnya harus membetulkan catatan-catatan kami yang salah dengan berpedoman kepada hafalannya (Hadyu Sari, hal. 641)

Muhammad bin Al Azhar As Sijistani rahimahullah menceritakan: Dahulu aku ikut hadir dalam majelis Sulaiman bin Harb sedangkan Bukhari juga ikut bersama kami. Dia hanya mendengarkan dan tidak mencatat. Ada orang yang bertanya kepada sebagian orang yang hadir ketika itu, “Mengapa dia tidak mencatat?” Maka orang itu pun menjawab, “Dia akan kembali ke Bukhara dan menulisnya berdasarkan hafalannya.” (Hadyu Sari, hal. 641)

Suatu ketika Bukhari rahimahullah datang ke Baghdad. Para ulama hadits yang ada di sana mendengar kedatangannya dan ingin menguji kekuatan hafalannya. Mereka pun mempersiapkan seratus buah hadits yang telah dibolak-balikkan isi hadits dan sanadnya, matan yang satu ditukar dengan matan yang lain, sanad yang satu ditukar dengan sanad yang lain. Kemudian seratus hadits ini dibagi kepada 10 orang yang masing-masing bertugas menanyakan 10 hadits yang berbeda kepada Bukhari. Setiap kali salah seorang di antara mereka menanyakan kepadanya tentang hadits yang mereka bawakan, maka Bukhari menjawab dengan jawaban yang sama, “Aku tidak mengetahuinya.” Setelah sepuluh orang ini selesai, maka gantian Bukhari yang berkata kepada 10 orang tersebut satu persatu, “Adapun hadits yang kamu bawakan bunyinya demikian. Namun hadits yang benar adalah demikian.” Hal itu beliau lakukan kepada sepuluh orang tersebut. Semua sanad dan matan hadits beliau kembalikan kepada tempatnya masing-masing dan beliau mampu mengulangi hadits yang telah dibolak-balikkan itu hanya dengan sekali dengar. Sehingga para ulama pun mengakui kehebatan hafalan Bukhari dan tingginya kedudukan beliau (lihat Hadyu Sari, hal. 652)

Muhammad bin Hamdawaih rahimahullah menceritakan: Aku pernah mendengar Bukhari mengatakan, “Aku hafal seratus ribu hadits sahih.” (Hadyu Sari, hal. 654). Bukhari rahimahullah mengatakan, “Aku menyusun kitab Al-Jami’ (Shahih Bukhari, pent) ini dari enam ratus ribu hadits yang telah aku dapatkan dalam waktu enam belas tahun dan aku akan menjadikannya sebagai hujjah antara diriku dengan Allah.” (Hadyu Sari, hal. 656)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menuturkan bahwa apabila Bukhari membaca Al-Qur’an maka hati, pandangan, dan pendengarannya sibuk menikmati bacaannya, dia memikirkan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalamnya, dan mengetahui hukum halal dan haramnya (lihat Hadyu Sari, hal. 650)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas jasa-jasa beliau dengan sebaik-baik balasan dan memasukkannya ke dalam Surga Firdaus yang tinggi. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dapat melanjutkan perjuangannya dalam membela Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyebarkannya kepada umat manusia.

Itulah sedikit biografi Imam Bukhari. Semoga pembahasan biografi Imam Bukhari ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Baca Juga: Biografi Imam Muslim

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel muslim.or.id

Tags: biografi ulamabukhoriImam Bukharishahih bukhariulama
kenali bahaya syiah kenali bahaya syiah kenali bahaya syiah
Ari Wahyudi, S.Si.

Ari Wahyudi, S.Si.

Alumni S1 Biologi UGM, Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, penulis kitab "At Tashil Fi Ma'rifati Qawa'id Lughatit Tanzil".

Artikel Terkait

mengenal ulama hadits

Mengenal Beberapa Ulama Hadis Mutaqaddimin (Bag. 1)

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
3 Desember 2022
0

“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no....

syaikh al albani

Syekh Al-Albani di Mata Syekh Yusuf Qardhawi

oleh Ahmad Anshori, Lc
7 Oktober 2022
0

Ada satu pesan yang dititipkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk umat ini. Yaitu, pesan untuk membela kehormatan

Syaikh Abdul Wahhab

Fikih Dakwah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (Bag. 5)

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
17 Juni 2022
0

Di dalam risalahnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah juga menunjukkan sifat dan sikap yang begitu bijaksana di dalam berdakwah....

Artikel Selanjutnya

Pengajian Umum Bersama Ustadz Abu Ihsan & Ummu Ihsan Al-Atsari di Surabaya (30 - 31 Mei 2009)

Komentar 28

  1. farhan says:
    14 tahun yang lalu

    aslkm. mhn info dimana sy bs download mp3 kajian2?

    Balas
  2. Muslim.or.id says:
    14 tahun yang lalu

    Silakan buka http://www.kajian.net

    Balas
  3. M Abduh T says:
    14 tahun yang lalu

    Iya betul. di kajian http://www.kajian.net banyak sekali kajian bermanfaat yang bisa didownload secara gratis. Di sana ada beberapa kajian dari Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari yang bisa didownload secara gratis. Semoga bermanfaat.

    Balas
  4. muhamad rivaldi says:
    14 tahun yang lalu

    bagus sekali makalah ini untuka penambah pengetahuan

    Balas
  5. Yusuf umar says:
    14 tahun yang lalu

    Bismillah. Barakallahu fiik,semoga ALLAH ta’ala mengganti jasa beliau rahimahullah dg JANNAHNYA serta kita dipermudah&dijaga mengikuti sunnah nabiNYA sampai dg hari kiamat nanti.insya’allah.

    Balas
  6. iya abdillah says:
    14 tahun yang lalu

    masya Allah

    Balas
  7. Imran says:
    13 tahun yang lalu

    Syukran ats iLmu Nya akhi wa ukhti moga b’mNfaat bgi ana,. Amiin

    Balas
  8. tarkim says:
    13 tahun yang lalu

    mohon izin copas ya…nuhun

    Balas
  9. rita setiawati says:
    13 tahun yang lalu

    subhanallah,artikel ini bagus untk memompa semangat kita dalam menuntut ilmu syar’i

    Balas
  10. Erna gafur says:
    13 tahun yang lalu

    Allah berkehendak menjadikan beliau bgt tajam ingatanx..subhanallah!

    Balas
  11. abu faadhilah says:
    13 tahun yang lalu

    assalamu’alaikum. mohon izin utk share di media lain. syukron.

    Balas
  12. dewi asriani says:
    13 tahun yang lalu

    mohon izin untk copy lg ya. baarokallohu fik

    Balas
  13. ahmad says:
    13 tahun yang lalu

    jazakallah, artikelnya bermanfaat sekali. saya ingin copas, tapi mau konfirmasi dulu, di bagian awal disebutkan Bukhara = Bukarest? Bukarest itu ibukotanya Rumania kan ya? Apa bukan Bukhara yang sekarang jadi bagian Uzbekistan? http://en.wikipedia.org/wiki/Bukhara

    Balas
  14. khfdl khfidi says:
    13 tahun yang lalu

    assalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh.
    pak, punten sy ijin share ya. jazakallohu khoiro.
    wassalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh.

    Balas
  15. Ihin says:
    13 tahun yang lalu

    Mohon Izin, copy Ustadz. WWW

    Balas
  16. ridlo says:
    12 tahun yang lalu

    iya, aku pernah baca : bukhara itu di uzbekistan, bukan di rumania (budapest)

    Balas
  17. asep kumara dewa says:
    12 tahun yang lalu

    ga ada lagi yg bisa nyaingin imam bukhari

    Balas
  18. anggayudhi says:
    12 tahun yang lalu

    wah, bagus sekali tulisan ini.. semoga yang menulisnya mendapat pahala dari Allah azza wa jalla..

    Balas
  19. harry says:
    12 tahun yang lalu

    asalamualaikum
    ijin copy

    Balas
  20. ampundumeh says:
    11 tahun yang lalu

    mantab pak… copy sedikit ya…

    Balas
  21. Ade Malsasa Akbar says:
    11 tahun yang lalu

    Alhamdulillah, maju terus, Ustaz Muslim.or.id! Teruskan dakwah ahlus sunnah! Semoga Allah merahmatimu.

    Balas
  22. Arlinda says:
    10 tahun yang lalu

    Subhanallah… :)

    Balas
  23. @luluthfiandi says:
    10 tahun yang lalu

    subhanalloh ….

    Balas
  24. Fauzul says:
    3 tahun yang lalu

    Bismillah.
    Izin copy tulisannya.

    Balas
  25. Hamba Allah says:
    3 tahun yang lalu

    Suka sedih (nyaris) lihat kuburan Imam bukhari ga sesuai sunnah :'(

    Balas
  26. Indahdiansari says:
    3 tahun yang lalu

    Bismillah
    Izin simpan ya pak
    Syukron,halaman web ini sangat bermanfaat dan semoga semangkin bermanfaat #aamiin.

    Balas
  27. dprins says:
    3 tahun yang lalu

    izin copy untuk di share ya pak

    Balas
  28. Firson says:
    3 tahun yang lalu

    Bismillah. Afwan, izin copy artikelnya, barrokallahufikum

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah