Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Macam-macam Doa Iftitah

Yulian Purnama, S.Kom. oleh Yulian Purnama, S.Kom.
18 Agustus 2022
Waktu Baca: 8 menit
59
doa iftitah
12.2k
SHARES
67.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Doa iftitah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram dan ta’awudz sebelum membaca surat Al Fatihah. Berikut penjelasan macam-macam doa iftitah.

Daftar Isi sembunyikan
1. Hukum Membaca Doa Iftitah
2. Macam-macam Doa Iftitah
2.1. Pertama
2.2. Kedua
2.3. Ketiga
2.4. Keempat
2.5. Kelima
2.6. Keenam
2.7. Ketujuh
2.8. Kedelapan
2.9. Kesembilan
2.10. Kesepuluh
2.11. Kesebelas
2.12. Kedua Belas
3. Adab Membaca Doa Iftitah

Hukum Membaca Doa Iftitah

Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist dari Abu Hurairah:

كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa iftitah)” (Muttafaqun ‘alaih)

Setelah menyebut beberapa doa iftitah dalam kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi berkata: “Ketahuilah bahwa semua doa-doa ini hukumnya mustahabbah (sunnah) dalam shalat wajib maupun shalat sunnah” (Al Adzkar, 1/107).

Demikianlah pendapat jumhur ulama, kecuali Imam Malik rahimahullah. Beliau berpendapat, yang dibaca setelah takbiratul ihram adalah الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ yaitu surat Al Fatihah. Tentu saja pendapat beliau ini tidak tepat karena bertentangan dengan banyak dalil.

Baca Juga: Rahasia Keindahan Doa Istiftah

Macam-macam Doa Iftitah

Ada beberapa macam jenis doa iftitah yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.

Berikut ini macam-macam doa iftitah yang shahih, berdasarkan penelitian Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa iftitah, yang tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

Pertama

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa iftitah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).

Kedua

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)

Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu dan shalat sunnah.

Baca Juga: Kapan Membaca Do’a Iftitah pada Shalat Idul Fitri dan Idul Adha?

Ketiga

اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/251)

Keempat

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku kepadanya kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141, Ad Daruquthni 112)

Kelima

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari ‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir  Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam Muslim membawakan riwayat :

أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك

“Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut doa di atas)” (HR. Muslim no.399)

Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat. Selain itu doa ini cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.

Baca Juga: Fatwa Ulama: Menggabung Beberapa Dzikir

Keenam

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ

3x  لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

3x  اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا

“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)

Ketujuh

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:

بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها! فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك

“Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada seorang lelaki yang berdoa iiftitah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa ini sejak beliau berkata demikian’”.

Kedelapan

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada seorang lelaki yang membaca doa iftitah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها

“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”

Baca Juga: Shalat, Sebab Penggugur Dosa

Kesembilan

اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99, 13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)

Doa iftitah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.

Kesepuluh

اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)

Doa iftitah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.

Baca Juga: Shalat Menjadi Kesenangan Hati

Kesebelas

10x الله اكبر

10x الحمد لله

10x لا اله الا الله

10x استغفر الله

10x اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي

10x اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ

“Allah Maha Besar” 10x

“Segala pujian bagi Allah” 10x

“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x

“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x

“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku kesehatan” 10x

“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x

(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267)

Kedua Belas

اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

“Allah Maha Besar” 3x

“Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)

Baca Juga: Menuju Kesempurnaan Ibadah Shalat

Adab Membaca Doa Iftitah

Beberapa adab membaca doa iftitah dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al Adzkar (1/107) :

  1. Disunnahkan menggabung beberapa doa iftitah, dalam shalat yang sendirian. Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika makmum tidak mengizinkan, maka jangan membaca doa yang terlalu panjang. Bahkan sebaiknya membaca yang singkat. Imam An Nawawi nampaknya mengisyaratkan hadits:

    إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم الصغير والكبير والضعيف والمريض . فإذا صلى وحده فليصل كيف شاء

    “Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan shalatnya. Karena di barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua, orang lemah, orang sakit. Adapun jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai keinginannya” (HR.Muslim 467)

  2. Jika datang sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa iftitah. Kecuali jika sudah akan segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah. Jika demikian keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca iftitah, namun berusaha menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena membaca Al Fatihah itu rukun shalat.
  3. Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang rukuk, atau duduk di antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum langsung mengikuti posisi imam dan membaca sebagaimana yang dibaca imam. Tidak perlu membaca doa iftitah ketika itu.
  4. Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran membaca doa iftitah ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih tepat adalah tidak perlu membacanya, karena shalat jenazah itu sudah selayaknya ringan.
  5. Membaca doa iftitah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika seseorang meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
  6. Yang sesuai sunnah, doa iftitah dibaca dengan sirr (lirih). Jika dibaca dengan jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak membatalkan shalat.

Demikian tulisan ringkas ini. Semoga bermanfaat.

والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Baca Juga: Rukun-Rukun Shalat

—

Majelis ilmu di bulan ramadan

Penulis: Yulian Purnama
Artikel:
Muslim.or.id

Tags: doa iftitahdoa istiftahtata cara shalat
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Yulian Purnama, S.Kom.

Yulian Purnama, S.Kom.

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web Muslim.or.id dan Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Sengaja safar agar tidak berpuasa

Fatwa Ulama: Hukum Sengaja Melakukan Safar agar Tidak Berpuasa

oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
25 Maret 2023
0

Fadhilatusy syaikh, bagaimanakah hukum orang yang sengaja safar (melakukan perjalanan jauh) di bulan Ramadan agar bisa tidak berpuasa? Bagaimanakah hukumnya?

Khiyar rukyah

Serial Fikih Muamalah (Bag. 17): Mengenal Khiyar Rukyah dan Pengaruhnya terhadap Akad Jual Beli

oleh Muhammad Idris, Lc.
14 Maret 2023
0

Pada kesempatan kali ini, insyaAllah akan kita bahas lebih mendalam hak khiyar rukyah dari sisi syariat Islam.

hukum haji anak kecil

Hukum Umrah atau Haji Anak Kecil

oleh Ahmad Anshori, Lc
14 Maret 2023
0

Ada perbedaan perndapat ahli fikih tentang keabsahan umrah atau haji anak kecil.

Artikel Selanjutnya

Soal-219: Dalam Bertasyabbuh (Meniru Orang Kafir) Harus Dengan Niat?

Komentar 59

  1. Muhammad Nashiruddin Hasan says:
    11 tahun yang lalu

    pas zaman TK dan SD nama yang dikenalkan malah bukan “istiftah”, tapi “iftitah”, lha kalau penamaannya “iftitah” apakah itu salah ya?

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      11 tahun yang lalu

      #Muhammad Nashiruddin Hasan
      Istilah tersebut bukan istilah syar’i dan sebagian ulama memang menggunakan istilah iftitah.

      Balas
      • Syaefurrahman albanjary says:
        3 tahun yang lalu

        ass. maaf ikut nanya, kalau iftitah kita tahu asal katanya pembuka, ada doa pembuka yakni iftitah dari kata fataha.
        Lha kalau istiftah itu asal katanya apa darimana. coba saya ingin lihat, makasih

        Balas
  2. danang cipto says:
    11 tahun yang lalu

    Assalaamu’alaykum ustadz, menukil pendapat imam namawi rahimahullahu mengenai menggabungkan do’a iftitah tersebut, apakah pendapat ini juga dapat digunakan pada ruku’, sujud, duduk diantara dua sujud, yaitu menggabungkan doa doa yang shahih dengan maksud memperpanjang bacaan, terutama dalam sholat sendiri. syukron wa jazakumullahu khoir

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      11 tahun yang lalu

      #danang cipto
      Wa’alaikumussalam, ya benar.

      Balas
  3. yandi says:
    11 tahun yang lalu

    ssslmkm izin copy Ustadz.jazakallah

    Balas
  4. Ummu Almas says:
    11 tahun yang lalu

    izin share ustadz..syukron

    Balas
  5. Muhammad RenaLdy Borman says:
    11 tahun yang lalu

    Bismillah, afwan ustadz.
    Apakah kita harus membaca Al fatihah ketika imam sudah pada bacaan ayat terakhir saat hendak ruku (rentan waktunya sedikit) ?
    Bagaimana jika bacaan Al fatihah tersebut tidak selesai sampai imam bangkit kembali ??
    mohon penjelasan singkatnya

    Jazakumullah khayran,

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      11 tahun yang lalu

      #Muhammad RenaLdy Borman
      Memang itu pendapat sebagian ulama yang mewajibkan membaca al fatihah bagi makmum pada shalat jahr.

      Balas
  6. Mustofa says:
    10 tahun yang lalu

    akhy Yulian,,#
    apakah harus membaca Alfatihah hingga selesai baru dikatakan 1 rokaat dalam sholat zahr, syiir, bila menjadi ma’mum.
    adakah arikel yg membahas tuntas permasalahan membaca Alfatihah bagi makmum dan makmum masbuk sholat zahr dan sholat syiir.
    karna sangat banyak sekali yg masih menjadi syubhat bagi ana.
    syukron.

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      10 tahun yang lalu

      #Mustofa
      1. Shalat yang jahr (suara imam dikeraskan) ulama beda pendapat apakah makmum diam atau membaca Al Fatihah.
      2. Shalat yang sirr (suara imam tidak dikeraskan), makmum wajib membaca Al Fatihah.
      Kedua kondisi di atas, berlaku bagi makmum yang tidak masbuq. Adapun bagi yang masbuq, cukup mendapatkan ruku maka sudah mendapatkan 1 rakaat.

      Balas
      • Hamba says:
        4 tahun yang lalu

        mengenai sudah mendapat 1 rakaat hanya cukup mendapat ruku’ tolong ada riwayatnya nggak?

        Balas
        • Yulian Purnama says:
          4 tahun yang lalu

          Dalam hadits Abu Bakrah Nafi’ bin Al Harits radhiallahu’anhu:

          أنَّهُ انْتَهَى إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وهو رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ أنْ يَصِلَ إلى الصَّفِّ، فَذَكَرَ ذلكَ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقالَ: زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا ولَا تَعُدْ

          “Ia mendapati Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam keadaan rukuk, maka ia pun rukuk sebelum ia berjalan masuk ke shaf. Maka hal ini pun disampaikan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda: semoga Allah menambahkan semangat kepadamu wahai Abu Bakrah, namun shalatmu tidak perlu diulang” (HR. Bukhari no.783).

          Ini adalah pendapat jumhur ulama.

          Balas
  7. Nur Asiyah says:
    10 tahun yang lalu

    Saya minta izin copas buat di facebook, , , , ,

    Balas
  8. cichi says:
    10 tahun yang lalu

    afwan ustadz, ana membaca dari artikel lain bahwa doa-doa istiftah di atas tidak digabungkan saat dibaca, karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu tentang bacaan istiftah beliau, beliau menjawab dengan bacaan:

    اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ….

    Beliau tidaklah menyebut doa istiftah yang lain setelah itu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak menggabungkan doa-doa istiftah yang ada. (Asy-Syarhul Mumti’, 3/52)

    Mana yang lebih rajih ustadz?

    Balas
    • Yulian Purnama, S.Kom. says:
      10 tahun yang lalu

      #cichi
      Wallahu’alam

      Balas
  9. haris says:
    10 tahun yang lalu

    bismillah untuk cara yg ke tujuh apakah pengucapan allahu akbar tersebut berbeda dari takbir ? bagaimana kalau setelah takbir langsung membaca kabiiro.. ?

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      10 tahun yang lalu

      #haris
      Itu tidak benar.

      Balas
  10. Ahmad Mustaqim says:
    10 tahun yang lalu

    ijin bookmak.. hehe

    Balas
  11. Abu zahra says:
    10 tahun yang lalu

    Syukron katsira atas materinya. moga Alloh menerimanya sebagai amal shollih. amiin

    Balas
  12. chaerunnisaaChaerunnisaa says:
    9 tahun yang lalu

    izin share ustad

    Balas
  13. Hendri says:
    9 tahun yang lalu

    Guru agama Dan buku-buku pelajaran sekolah banyak mengajarkan doa iftitah seperti: : “Allahu Akbar kabiro walhamdulillahi…… Dst.” Kemudian digabung dengan “inni wajjahtu wajhiya lillazi,………..waanaminal muslimin,”(disingkat). Apakah boleh menggabungkan doa Dan diantaranya Ada yang disingkat seperti ini? Pada doa yang kedua hanya Sampai. ” waanaminal muslimin ” tidak membaca lanjutannya,

    Balas
  14. Muhammad Abduh Tuasikal says:
    9 tahun yang lalu

    Ada dua riwayat dalam masalah ini.

    Balas
  15. Fery Fajar Syarif says:
    8 tahun yang lalu

    Assalamualaikum ustadz..
    Menurut hadits rasulullah shallallahu alaihi wassalam membaca Al Fatihah merupakan rukun shalat, namun bgmna hukumnya bila dlm shalat maghrib ataupun isya’ pd raka’at ketiga dan keempat seblm saya selesai membaca al Fatihah, imam sudah rukuk dan jika kita teruskan membaca al Fatihah sampai selesai, dikhawatirkan imam i’tidal..
    Maka saya tdk melanjutkan membaca al Fatihah dan langsung mengikuti imam rukuk..
    Mhn penjelasannya ustadz..

    Balas
    • Muhammad Abduh Tuasikal says:
      8 tahun yang lalu

      Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh

      Bacaan imam saat itu menjadi bacaan makmum.

      Balas
  16. Ito Clp says:
    8 tahun yang lalu

    Assalamu alaikum ustadz
    Untuk doa iftitah ke2 disitu didepanya ngga ada kata ‘inni’ dan diakhir surat al anam 163 di alquran ‘wa ana awalul muslimin’ disitu tertulis wa ana minal muslimin. Mohon penjelasanya karna sya pernah mendengar ga boleh mengurangi atau menambah bacaan Al quran karena do iftitah tersebut diambil dari Al quran.mksh

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      8 tahun yang lalu

      Wa’alaikumussalam, saya belum tahu kalau doa iftitah diambil dari Al Qur’an. Sangat baik sekali jika anda bisa memberi referensinya. Pada asalnya doa iftitah itu kita lihat dari praktek bagaimana iftitah Nabi Shallallahu’alaihi Sasallam ketika shalat.

      Balas
  17. Yulian Purnama says:
    8 tahun yang lalu

    Saya tahu ayat-ayat tersebut, namun mana dalilnya ayat-ayat ini digunakan untuk doa istiftah? Terus terang saya belum tahu.

    Balas
  18. Pak Nur says:
    8 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikun, ustadz doa istiftah yg ke1, diakhirnya itu bil mai watsalji atau bi-tsalji wal mai, karena di hisnul muslim kalo ga salah itu bitsalji dulu… jadi dua-duanya bisa dipake?

    Balas
    • Sa'id Abu Ukkasyah says:
      8 tahun yang lalu

      Wa’alaikumus salam, keduanya benar dan bisa dibaca.

      Balas
      • Pak Nur says:
        8 tahun yang lalu

        syukron jazakallahu khairan

        Balas
        • Sa'id Abu Ukkasyah says:
          8 tahun yang lalu

          Wa iyyaakum

          Balas
  19. Muhammad Imam Hanafi Pramono says:
    8 tahun yang lalu

    Maaf ustadz, mau bertanya yang do’a istiftah no.1, yang bacaan للَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَ . apakah pakai ‘min’ seperti ini “Allahummag silNI MIN khotoyaya bilmaa i …” D TUNGGU PA USTADZ, TERIMA KASIH …

    Balas
    • Muhammad Abduh Tuasikal says:
      8 tahun yang lalu

      Boleh jg pakai min sbgmn terdapat dlm riwayat lain.

      Balas
      • Hisar Adhyatma says:
        4 tahun yang lalu

        Izin copas jazakallahu Khair.

        Balas
  20. Dimas Bagus says:
    8 tahun yang lalu

    assalamu’alaikum,

    bagaimana dengan do’a iftitah berikut :

    اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

    “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

    Balas
    • Sa'id Abu Ukkasyah says:
      8 tahun yang lalu

      Wa’alaikumus salam, maksudnya Anda bagaimana? Kalau penjelasan Hadits itu, nantikan di “Rahasia Keindahan Doa Istiftah (2)”, di web ini.

      Balas
      • Dimas Bagus says:
        8 tahun yang lalu

        syukron, maksud saya, apakah haditsnya shahih?

        Balas
        • Sa'id Abu Ukkasyah says:
          8 tahun yang lalu

          Kalo sudah ada dalam Shohih Muslim, berarti shohih (tidak dho’if ) menurut Imam Muslim. Begitulah cara mengetahui derajat Hadits bagi orang semisal kita ini, yg tidak menguasai ilmu penilaian derajat Hadits seperti ulama Ahlul Hadits. Baca https://muslim.or.id/hadits/bolehkah-menyampaikan-atau-mengamalkan-Hadits-yang-tidak-diketahui-derajatnya-3.html

          Balas
          • Dimas Bagus says:
            8 tahun yang lalu

            jazakallahu khair

  21. Hjr says:
    8 tahun yang lalu

    Izin copy stad buat hafalan jazakallah.. hehe

    Balas
    • Sa'id Abu Ukkasyah says:
      8 tahun yang lalu

      Silahkan, wa iyyakum

      Balas
  22. Galih Gasendra says:
    8 tahun yang lalu

    Salam ustaz. Mana yang lebih baik menggabungkan antara dua istiftah ato tidak. Karena saya pernah mendengar agar tidak menggabungkan do’a-do’a Istiftah, tapi sebaiknya kadang mengucapkan do’a satu dan kadang mengucapkan do’a yang lain supaya bisa melaksanakan sunnah dalam berbagai bentuknya. Mohon jawabannya ustaz. Terimakasih.

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      8 tahun yang lalu

      Silakan simak:
      https://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-menggabung-beberapa-dzikir.html

      Balas
  23. Moii says:
    4 tahun yang lalu

    Asallamu’alaikum ustad,apakah sah memakai bacaan iftitah yg biasa diajarkan saat sekolah dulu

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      4 tahun yang lalu

      Wa’alaikumussalam, tergantung bagaimana dulu bacaannya

      Balas
  24. didi says:
    4 tahun yang lalu

    assalamualaikum

    disunnahkan menggabungkan doa iftitah,
    apa kah ada hadist sahih yang memperkuat nya ??

    Balas
  25. Ainul says:
    4 tahun yang lalu

    Mending jangan digabung, nabi tidak mengajarkan bgtu,

    Balas
  26. HENDRIAN says:
    4 tahun yang lalu

    izin copas + amal in Syaa ALLAH
    JAZAKALLAH

    Balas
  27. Muslimah says:
    3 tahun yang lalu

    Assalamu’alaykum ustadz

    حَنِيفًامسلما

    Doa istiftah yg ke-2 kurang kata ” musliman” setelah haniifan..
    Di gambar artikel ini menggunakan “musliman”

    Balas
  28. Sukaryadi says:
    3 tahun yang lalu

    Trimakasih Ustadz ikut mengambil ilmunya

    Balas
  29. Angga says:
    3 tahun yang lalu

    Ijin save dan share ,juga untuk belajar

    Balas
  30. Ari says:
    3 tahun yang lalu

    Izin save dan share

    Balas
  31. Deny says:
    2 tahun yang lalu

    Bismillah, izin copy dan share ustadz.

    Balas
  32. Alima says:
    1 tahun yang lalu

    Bismillah, izin copy dan share ustadz. utk belajar

    Balas
  33. 3xploit says:
    1 tahun yang lalu

    pak referensi nomor hadis yang di pakai bersumber darimana?

    kalau saya lihat di hadits.id itu tidak tepat semua nomor sumber hadisnya

    Balas
    • Yulian Purnama, S.Kom. says:
      1 tahun yang lalu

      Simak: https://muslim.or.id/66123-beberapa-fawaid-seputar-ilmu-hadits.html

      Balas
  34. fahusapro says:
    12 bulan yang lalu

    Izin copy ustadz

    Balas
  35. Anwar Rais says:
    4 minggu yang lalu

    Pada do’a iftitah yg ketiga dibaca mulai kalimat ALLAHU AKBAR atau WAJJAHTU❔
    Seandainya dimulai dari ALLAHU AKBAR mengapa kalimat itu tidak diterjemahkan❔

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Donasi Muslim.or.id