Wahai suami, jangan sampai terjadi KDRT!
Sangat sangat tidak layak seorang laki-laki memukul wanita sampai terluka berdarah, apalagi di wajahnya.
Memukul dan menempeleng di wajah itu dilarang oleh agama baik untuk laki-laki, perempuan, anak-anak, dan siapa saja. Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
إذَا قاتَلَ أحَدُكُمْ فلْيَجْتَنِبِ الوَجْهَ.
“Jika salah seorang dari kalian berperang (memukul), maka hendaklah ia menghindari bagian wajah.” (HR. Bukhari no. 2372)
Jika memang jantan, seharusnya engkau berhadapan dengan sesama laki-laki.
Engkau beradu otot dengan sesama laki-laki, terlebih di medan jihad.
Tetapi engkau berhadapan dengan wanita yang disifati dalam hadis sebagai kaca yang mudah pecah.
اِرْفَقْ بِالْقَوارِيْرِ
“Lembutlah kepada gelas-gelas kaca (maksudnya para wanita).” (HR. Bukhari)
Diketuk kasar saja, pecahlah kaca. Apalagi dipukul sekuat tenaga bersama kebencian dan cacian. Istrimu adalah partner bersama membangun rumah tangga, bukan rumah duka.
Memang benar, boleh memukul istri, tetapi itu sebagai langkah terakhir. Sekali lagi, sebagai langkah terakhir setelah langkah-langkah berikut:
Pertama: suami instrospeksi diri karena pembangkangan istri dan anak-anak, bisa jadi karena maksiat yang dilakukan oleh si suami sendiri.
Kedua: setelah menasihati istri secara baik-baik.
Ketiga: setelah menjauhi tempat tidurnya.
Memukulnya pun menurut penjelasan ulama itu hanya memakai siwak dan bantal yang tujuannya sekedar untuk menunjukkan puncak ketidaksukaan suami pada istri. Bukan dipukul, dibogem, atau dipukul dengan kayu, apalagi cambuk.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: مَا الضَّرْبُ غَيْرُ الْمُبَرِّحِ؟ قَالَ: السِّوَاكُ وَشِبْهُهُ، يَضْرِبُهَا بِهِ
Dari ‘Atha, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Apa maksud pemukulan yang tidak menyakitkan?’”
Dia menjawab, ‘Memukul dengan siwak atau yang serupa dengannya.’” (Tafsir Ibnu Jarir, 8: 314)
Cukuplah teladan bagi kita bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul istri-istrinya, pembantu, dan budaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah memukul dengan tangannya, tidak pernah memukul istri, dan tidak pernah memukul pembantu, kecuali ketika berjihad fii sabilillah.” (HR. Muslim)
Semoga Allah Ta’ala menjaga rumah tangga kaum muslimin
Baca Juga:
- Waktu yang Ideal Berhubungan Badan Suami-Istri
- Fatwa Ulama: Bagaimana Agar Suami Lebih Perhatian kepada Anak dan Istri?
***
Penulis: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
Artikel: www.muslim.or.id
Ustad saya ingin bertanya mengenai sifat ibu saya yang suka mengadu domba anak-anak nya ibu jg jarang sholat, tdk dkt dgn majelis, kehidupan nya sehari2 hanya jalan2, belanja jauh sebagai seorang muslimah yg baik. Bagaimaba saya menyikapi, sementara dari kedua kk saya hanya sy yg menanggung ibu?ingin rasanya kk2 sy membantu saya?tp ibu sll membela kk2 sy berbeda perlakuannya dgn sy seperti diperah tenaga sy, mohon jawaban ustad bagaimana saya bersikap ke ibu dan ke kk krn slm ini sy menuruti semua mau mereka krn ayah sy sdh meninggal
Ustad, saya ingin bertanya, suami saya sering sekali melakukan KDRT, pdhal sya adl tipe wanita yg sllu memaafkan kesalahan yg prnah suami buat, tapi ketika saya melakukan kesalahan kecil yg tidak sebanding dengan kesalahan yg dia buat, dia selalu melakukan kekerasan thd saya, wajah saya dihantam, mata saya ditonjok dan pipinya, lengan kiri saya sampai memar, leher saya sampai tidak bisa buat menoleh, dan dicekik, muka saya diinjek injek pakai kaki dia. Sebenarnya saya ingin mengakhiri hubungan ini, karena sudah dari awal nikah saya sering di KDRT, tapi saya takut karena suami ngancam kalau saya memilih utk pulang ke ortu saya, dia akan trlebih dahulu akan membunuh saya, saya takut dibunuh karena dosa saya yg masih banyak. Jadi saya cuma berdoa sama Allah tiap harinya, kalau begini terus tolong pisahkanlah kami dengan cara yg Engkau Ridhoi ya Allah, karena hamba takut.. tapi jika memang di takdirkan berjodoh, tolong rubah sikapnya, karena hamba juga punya hak kenyamanan untuk tubuh hamba. Jadi tolong saya ustad, kalau begini terus saya ingin pisah saja, tapi saya tidak tau harus meminta tolong kepada siapa dulu, agar kelak tidak jadi bahan ghibahan. Saya ingin sekali pisah ustad tapi saya takut dengan ancaman suami saya. Tolong ustad..