Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA

Hakikat Tauhid adalah Kalimat Laa ilaaha illallah (Bag. 2)

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
13 Agustus 2019
Waktu Baca: 6 menit
0
45
SHARES
250
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Baca pembahasan sebelumnya Hakikat Tauhid adalah Kalimat Laa ilaaha illallah (Bag. 1)

Daftar Isi

  • Mendefinisikan tauhid dengan tauhid uluhiyyah?
  • Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan beberapa tinjauan berikut ini [1]

Mendefinisikan tauhid dengan tauhid uluhiyyah?

Karena hakikat tauhid adalah mengikhlaskan atau memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, maka kita jumpai beberapa ulama yang mendefinisikan tauhid dengan pengertian tauhid uluhiyyah. 

Di antaranya adalah Syaikh Muhammad At-Tamimy rahimahullah, ketika beliau mendefinisikan tauhid dengan,

اعلم رحمك الله . . أن التوحيد هو إفراد الله سبحانه بالعبادة

“Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya tauhid adalah meng-esakan Allah Ta’ala dalam ibadah.” (At-Taudhihaat Al-Kaasyifaat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 47)

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan hafidzahullah berkata,

أما معناه شرعاً: فهو إفراد الله- تعالى- بالعبادة. هذا هو التّوحيد شرعاً

“Adapun makna (tauhid) dalam istilah syar’i adalah meng-esakan Allah Ta’ala dalam ibadah. Inilah tauhid dalam istilah syari’at.” (I’aanatul Mustafiid, 1: 19)

Setelah mengetahui bahwa hakikat tauhid adalah meng-esakan Allah dalam ibadah, sehingga di antara ulama pun mendefinisikan tauhid dengan pengertian tauhid uluhiyyah, maka mungkin kemudian timbul tanda tanya dalam benak kita. Mengapa para ulama mendefiniskan tauhid dengan tauhid uluhiyyah? Bukankah masih ada dua tauhid lagi, yaitu tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat? Mengapa dua macam tauhid ini tidak dimasukkan dalam definisi tauhid? Bukankah kedua jenis tauhid ini juga penting?

Baca Juga: Mendatangkan Arwah Orang Mati, Mungkinkah?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan beberapa tinjauan berikut ini [1]

Pertama, tujuan para ulama mendefinisikan tauhid dengan tauhid uluhiyyah adalah dalam rangka menekankan betapa pentingnya tauhid uluhiyyah tersebut. Karena tauhid uluhiyyah adalah inti ajaran dakwah yang dibawa oleh seluruh Rasul, mulai dari Nabi Nuh hingga nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl [16]: 36) 

Bukti lain tentang betapa pentingnya tauhid uluhiyyah adalah bahwa tujuan utama penciptaan jin dan manusia adalah untuk menegakkan tauhid uluhiyyah ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Mendefinisikan sesuatu dengan menyebutkan salah satu bagian dari sesuatu tersebut yang paling penting juga sering dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara contohnya adalah beliau mendefinisikan haji dengan wukuf di Arafah, padahal masih terdapat bagian dari ibadah haji yang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَجُّ عَرَفَةُ

“Haji adalah (wukuf di) Arafah.” (HR. Ahmad no. 18796. Syaikh Syu’aib Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)

Baca Juga: Ketika Benda Mati dan Binatang Buas Berbicara

Maksud Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling agung.

Ke dua, sesungguhnya penyelewengan yang sangat banyak terjadi pada manusia sejak zaman dahulu dan akan terus berlanjut hingga sekarang ini adalah kesyirikan dalam masalah uluhiyyah. Kesyirikan yang pertama kali terjadi di muka bumi ini adalah kesyirikan umat Nuh ‘alaihis salaam dalam masalah uluhiyyah. Dan demikianlah kesyirikan tersebut terus berlanjut pada umat-umat yang lain sehingga Allah pun mengutus para Rasul-Nya dengan misi pokok menegakkan tauhid uluhiyyah. Sehingga tauhid inilah yang merupakan titik perseteruan dan permusuhan antara para Rasul dengan umatnya masing-masing dan merupakan titik persimpangan yang memisahkan antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Dan tema perseteruan ini akan terus berlanjut hingga sekarang dan mungkin akan terus berlanjut hingga hari kiamat. 

Ke tiga, pada hakikatnya, tauhid uluhiyyah telah mencakup tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat. Oleh karena itu, apabila kita mendefiniskan tauhid dengan tauhid uluhiyyah, maka sebenarnya tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat telah tercakup dalam definisi tersebut.

Baca Juga: Beberapa Jenis Mati Syahid Di Jalan Allah

Orang yang beribadah kepada Allah Ta’ala saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun (tauhid uluhiyyah), maka tentu saja dia telah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur alam semesta (tauhid rububiyyah). Karena tidak mungkin dan tidak dapat dibayangkan bahwa seseorang beribadah kepada Allah Ta’ala semata, namun dia tidak meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur alam semesta. Di sisi lain, seseorang juga tidak mungkin beribadah kepada Allah, kecuali karena dia meyakini bahwa Allah Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna (tauhid asma’ wa shifat).

Dengan penjelasan tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa tauhid uluhiyyah telah mencakup tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat. Sehingga definisi yang dibuat oleh para ulama tersebut telah mencakup tauhid rububiyyah dan tauhid asma’ wa shifat.

Baca Juga:

  • Andai Orang Mati Bisa Mendengar, Ia Tidak Bisa Memberi Manfaat
  • Mengapa Ada Yang Mati Kelaparan Padahal Rezeki Sudah Dijamin?

[Bersambung]

***

@Rumah Lendah, 22 Dzulqa’dah 1440/19 Juli 2019

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

[1] Penjelasan ini kami sarikan dari kitab Manhajul Anbiya’ fi Ad-Da’wati Ilallah, hal. 41-44; At-Taudhihat Al-Kasyifat ‘ala Kasyfi Asy-Syubuhat , hal. 51-52; dan buku Imam Syafi’i Menggugat Syirik, hal. 52-55.

Tags: adab berinteraksiAqidahaqidah ahlussunnahaqidah islambelajar tauhidIndonesia bertauhidkalimat tauhidkeutamaan tauhidLaa Ilaaha Illallahmakna tauhidmanhaj salafTauhidtentang tauhid
Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta (2003-2005). Pendidikan Dokter FK UGM (2003-2009). S2 (MSc) dan S3 (PhD) Erasmus University Medical Center Rotterdam dalam bidang Virologi dan Imunologi (2011-2013 dan 2014-2018).

Artikel Terkait

Sampai Kapan Belajar Akidah

Sampai Kapan Belajar Akidah?

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
22 Mei 2023
0

Bismillah (dengan menyebut nama Allah). Hanya kepada-Nya kita bertawakal. Saudaraku yang dirahmati Allah, di antara perkara paling mendasar yang wajib...

Berhala pertama di muka bumi

Berhala Pertama di Muka Bumi

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
15 Mei 2023
1

Berhala adalah suatu patung atau benda yang disakralkan, disucikan dan disembah. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata berhala bermakna...

Bi abi wa ummi

Makna dan Hukum Perkataan “Bi Abi wa Ummi”

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
8 Mei 2023
0

Perkataan “bi abi wa ummi” jika banyak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan “demi ayahku dan ibuku”. Sehingga sekilas nampak seperti...

Artikel Selanjutnya
Setan Menakut-Nakuti dengan Kemiskinan

Setan Menakut-Nakuti dengan Kemiskinan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah