Baca pembahasan sebelumnya Adab Ziarah ke Masjid Nabawi agar Sesuai dengan Tuntunan (Bag. 1)
Berziarah ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Setelah beribadah di raudhah, jika seseorang ingin berziarah ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hendaknya dia berdiri di depan makam beliau dengan penuh adab dan tenang, lalu mengucapkan doa,
َالسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاته، اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صَلَّيْت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما َباركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد. أشهدُ أَنَّكَ رَسُوْلُ الله حَقاً، وأَنَّكَ قَدْ بَلَغْت َالرسالةَ، وأَدَّيْتَ الْأَمَانَةَ، ونَصَحْتَ الْأُمَّةَ، وجَاهَدْتَ في اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ، فجزاك اللهُ عنْ أُمَّتِك أَفضلُ ما جزى نَبِيُّنَا عن أمته
“Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shalayta ‘ala aali Ibrahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhamamd kamaa baarakta ‘ala aali Ibrahim, innaka hamiidum majid. Asyhadu annaka Rasulullahi haqgan, wa annaka qad ballaghtar risaalata, wa addaital amaanata, wa nashahtal ummata, wa jaahadta fil laahi haqqa jihaadihi, fajazaakallahu ‘ala ummatika afdhalu ma jaza nabiyyuna ‘an ummatihi.”
Baca Juga: Jangan Jadikan Kubur Nabi Sebagai Sesembahan
(Ya Allah semoga shalawat terlimpah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana shalawat terlimpah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah semoga keberkahan terlimpah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Aku bersaksi bahwa Engkau (Muhammad) adalah Rasulullah yang haq. [Aku bersaksi bahwa Engkau] (Muhammad) telah menyampaikan risalah kenabian, telah menunaikan amanah, telah menasihati umat ini, dan berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh. Semoga Allah membalasmu atas apa yang telah Engkau perbuat untuk umatmu, lebih dari balasan para Nabi atas apa yang telah mereka perbuat untuk umatnya.).”
Setelah itu, dia bergeser ke arah kanan sedikit, dan mengucapkan salam kepada sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu. Kemudian bergeser lagi ke kanan sedikit dan mengucapkan salam kepada sahabat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Jika setelah itu dilanjutkan dengan mendoakan keduanya, itu juga baik.
Selain itu, disunnahkan pula bagi peziarah kubur untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal, berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Buraidah bin Al-Hushaib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabat pada saat hendak masuk ke pemakaman, yaitu mengucapkan:
السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين, وإنا إن شاء الله بكم للاحقون؛ أسأل الله لنا ولكم العافية
“Assalaamu ‘alaikum ahlad diyaar minal mu’miniin wal muslimiina, wa innaa insyaa Allah bikum lalaahiquun. As’alullaaha lanaa wa lakum al-‘aafiyata.”
Baca Juga: Ziarah Kubur, antara Sunnah dan Bid’ah
“Semoga keselamatan atas kalian wahai para penghuni kubur yang mukmin dan muslim. Kami insyaa Allah akan menyusul kalian. Saya memohon ‘afiyah (keselamatan) kepada Allah untuk kami dan kalian.” (HR. Muslim no. 2257)
Berkaitan dengan ziarah ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak boleh bagi seseorang untuk:
- Berdoa meminta langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kebutuhannya dipenuhi atau agar dihilangkan kesusahan dari dirinya, atau doa-doa lainnya yang tidak selayaknya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala. Karena semua penghuni kubur (mayit) itu didoakan dengan doa kebaikan, bukan berdoa meminta kepada mereka.
- Meletakkan kedua tangannya di dada ketika menghadap kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana keadaan ketika shalat. Hal ini juga tidak diperbolehkan karena menunjukkan ketundukan dan perendahan diri kepada selain Allah Ta’ala.
- Mengusap-usap dinding dan jendela makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau mencium dinding makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa. Perbuatan semacam ini merupakan perantara menuju kemusyrikan.
An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullahu Ta’ala berkata, “Siapa saja yang beranggapan bahwa mengusap (dinding kubur Nabi) dengan tangan dapat mendatangkan keberkahan, maka hal ini merupakan kebodohan dan kelalaiannya. Karena keberkahan itu terdapat dalam hal yang sesuai (cocok) dengan syari’at. Bagaimana keutamaan bisa didapatkan dengan menyelisihi kebenaran?” (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 8: 206)
Baca Juga: Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi? (Antara Dalil Dan Perasaan)
- Thawaf mengelilingi makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara thawaf mengelilingi masjid Nabawi. Karena ibadah thawaf hanya dilakukan terhadap ka’bah di Masjidil Haram.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Kaum muslimin sepakat bahwa thawaf tidak boleh dilakukan kecuali di sekitar Al-Baitul Ma’mur (Ka’bah). Tidak boleh thawaf mengelilingi Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha, pent.), tidak boleh juga mengelilingi kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga tidak boleh mengelilingi kubah di atas bukit ‘Arafah, dan lain-lain.” (Majmu’ Al-Fataawa, 4: 521)
- Meninggikan (mengeraskan) suara ketika berada di sisi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini tidak diperbolehkan karena Allah Ta’ala telah mengajarkan adab kepada orang-orang beriman ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tengah-tengah mereka dengan mengatakan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ؛ إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Hujurat [49]: 2-3)
Baca Juga:
Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dihormati dan dimuliakan, baik ketika beliau masih hidup atau ketika sudah meninggal dunia.” (Fadhlul Madiinah, hal. 45)
- Bersengaja menghadap makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat yang jauh, baik ketika di dalam Masjid Nabawi atau di luar masjid, dan mengucapkan salam kepada beliau.
- Terlalu lama berdiri di sisi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau memperbanyak ziarah ke kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (bolak-balik berziarah). Karena perbuatan ini dikhawatirkan akan menjerumuskan ke dalam ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama yang terlarang.
Semua ini adalah dalam rangka menjaga dan melindungi tauhid dari noda-noda kemusyrikan yang mengotorinya. Juga karena ibadah itu dilandasi dengan syariat Allah dan Rasul-Nya, dibangun di atas ittiba’ (mengikuti petunjuk Nabi), bukan di atas ibtida’ (berbuat bid’ah).
Baca Juga:
[Selesai]
***
@Puri Gardenia, 25 Jumadil akhir 1440/ 2 Maret 2019
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.Or.Id
Referensi:
Fadhlul Madiinah wa Adaabu Suknaaha wa Ziyaaratihaa, karya Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbaad Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala, cetakan ke-18 tahun 1439.
Al-Manhaj li Muriidil ‘Umrah wal Hajj, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala, cetakan pertama tahun 1429, penerbit Muassasah Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Al-Khairiyyah.