Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Fatwa Ulama: Apakah Allah Memiliki Sifat Al Julus (Duduk) ?

Yulian Purnama, S.Kom. oleh Yulian Purnama, S.Kom.
19 Februari 2018
Waktu Baca: 3 menit
2
ucapan subhanallah

Fatwa Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak

Soal:

Apakah benar penafsiran al istiwa’ dengan al julus / الجلوس (duduk)? Apakah Allah disifati dengan al julus (duduk)?

Jawab:

Alhamdulillah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan tentang diri-Nya bahwa Ia ber-istiwa di atas Arsy dalam 7 tempat dalam Al Qur’an. Dan terdapat juga dalam As Sunnah yang menetapkan bahwa Allah berada di atas Arsy. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Ar Rahman ber-istiwa di atas Arsy” (QS. Thaha: 5)

Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

والعرش فوق الماء والله فوق العرش، ويعلم ما أنتم عليه

“dan Arsy itu di atas air, sedangkan Allah di atas Arsy, namun Ia mengetahui apa yang kalian lakukan”.

Dan terdapat riwayat dari para salaf bahwa mereka menafsirkan al istiwa dengan 4 makna:

  1. علا (paling tinggi)
  2. ارتفع (tinggi)
  3. استقر (menetap)
  4. صعد (naik)

Sebagaimana diisyaratkan Ibnul Qayyim dalam Al Kafiyah Asy Syafiyah (1/440, dengan Syarah Ibnu ‘Isa), yaitu dalam perkataan beliau:

فلهم عبارات عليها أربع … قد حصلت للفارس الطعان
وهي “استقر”، وقد “علا”، وكذلك “ار … تفع” الذي ما فيه من نكران
وكذاك قد “صعد” الذي هو رابع … وأبو عبيدة صاحب الشيباني
يختار هذا القول في تفسيره … أدرى من الجهمي بالقرآن

Mereka (salaf) memiliki empat makna dalam menafsirkannya, yang disampaikan Al Faris Al Tha’an

Yaitu استقر (menetap), dan علا (paling tinggi) demikian juga ارتفع (tinggi) yang tidak ada penolakan di dalamnya

Demikian juga صعد (naik) yang merupakan yang ke empat. Dan ini juga disampaikan Abu Ubaidah murid Asy Syaibani

Dan ia memilih pendapat ini dalam tafsirnya, yang ia lebih mengetahui Al Qur’an daripada Jahmiyah

Dalam syair ini Ibnul Qayyim tidak menyebutkan lafadz الجلوس (duduk). Namun ahlussunnah tidak mengingkari sifat ini, adapun ahlul bid’ah yang mengingkarinya. Sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah At Tadmuriyyah (238, dengan Syarah Syaikh Al Barrak):

فيظن هذا المتوهم أنه تعالى إذا كان مستويا على العرش كان استواؤه مثل استواء المخلوق، فيريد أن ينفي ذلك الذي فهمه فيقول: إن استواءه ليس بقعود، ولا استقرار

“Maka orang yang bingung mengira bahwa Allah Ta’ala jika ber-istiwa di atas Arsy, maka istiwa Allah tersebut sama seperti istiwa makhluk. Sehingga ia ingin untuk menafikannya. Inilah yang ia pahami. Ia berkata: ‘istiwa Allah itu bukan dengan duduk dan bukan dengan menetap'” (demikian nukilan dari Syaikhul Islam, dengan sedikit perubahan dan peringkasan oleh Syaikh Al Barrak).

Dan terdapat atsar (dari para sahabat) yang menyebutkan sifat القعود (duduk) dan الجلوس (duduk). Dan para imam ahlussunnah telah menyebutkan sifat tersebut dalam kitab-kitab as sunnah (baca: aqidah), ketika memaparkan tentang orang-orang yang menafikan sifat al ‘uluw (Maha Tinggi) dan al istiwa. Sebagaimana atsar yang diriwayatkan oleh Muhajid dalam menafsirkan istilah al maqaam al mahmuud :

بإقعاد النبي صلى الله عليه وسلم على العرش

“maksudnya adalah ditempatkannya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan keadaan duduk di atas Arsy”

Walaupun (keshahihan) atsar ini tidak lepas dari kritikan, namun para imam ahlussunnah menyebutkannya untuk istisyhad (dalil pendukung), dan i’tidhad (dalil sekunder) bukan untuk i’timad (dalil utama). Dan lebih dari satu ulama ahlussunnah telah menukil ijma tentang shahihnya penafsirkan makna al maqaam al mahmuud bahwa maknanya adalah ditempatkannya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan keadaan duduk di atas Arsy.

Hal ini tidak ada yang mengingkarinya kecuali kaum Jahmiyah. Maka jelas bahwa lafadz القعود (duduk) dan الجلوس (duduk) tidak dinafikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun menetapkan sifat tersebut dan menyifati Allah dengan sifat tersebut, maka membutuhkan dalil yang shahih tentang hal ini. Wallahu a’lam.

***

Sumber: Liqa’at Multaqa Ahlil Hadits bil Ulama, 2/44, Asy Syamilah

Kesimpulan penerjemah:

Ahlussunnah tidak menetapkan sifat Julus dan juga tidak menafikan.

—

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.Or.Id

Tags: akidahasma' wa shifatbantahansifat Allahtakwil
Yulian Purnama, S.Kom.

Yulian Purnama, S.Kom.

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web Muslim.or.id dan Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Penetapan Hakikat Tauhid

Penetapan Hakikat Tauhid

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
26 September 2023
0

Syekh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata, “Barangsiapa mentadaburi Kitabullah serta membaca Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati...

Pengaruh Iman kepada Hari Akhir pada Akidah Seorang Muslim

Fatwa Ulama: Pengaruh Iman kepada Hari Akhir pada Akidah Seorang Muslim

oleh dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP
19 September 2023
0

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin   Pertanyaan: Jemaah bertanya, "Apakah pengaruh keimanan kepada hari akhir pada akidah seorang muslim?"...

Penghafal Al-Quran Tidak Akan Masuk Neraka

Fatwa Ulama: Apakah Benar Penghafal Al-Quran 30 Juz Tidak Akan Masuk Neraka?

oleh dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP
19 September 2023
0

Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin   Pertanyaan: Semoga Allah memperbaiki kondisi engkau. Seorang wanita bertanya, "Wahai Syekh, apakah benar...

Artikel Selanjutnya
Skala Prioritas Belajar Agama

Skala Prioritas dalam Belajar Agama Islam (1): Ilmu Fardhu 'Ain

Komentar 2

  1. Dadan Dj says:
    9 tahun yang lalu

    Ustadz yg budiman, apa yg dimasud kursi Alloh Meliputi langit dan bumi dlam ayat kursi, jazaakallohu khoiron

    Balas
    • Sa'id Abu Ukkasyah says:
      9 tahun yang lalu

      Bahwa Al-Kursi (= tempat kedua kaki Allah ) dalam Ayat tsb disebutkan meliputi langit dan bumi, maksudnya lebih besar dari langit dan bumi, sehingga meliputi keduanya.

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah