Pernahkah diri kita merasa hampa meskipun memiliki segalanya? Pernahkah diri kita melihat orang yang terlihat bahagia, tetapi jauh di dalam hatinya, ada kehampaan yang tak bisa diisi oleh harta, jabatan, atau kesenangan dunia? Itu karena kebahagiaan sejati bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari apa yang ada di dalam hati; dan itu adalah iman.
Bayangkan sejenak, apa yang akan terjadi jika seseorang hidup tanpa iman? Dunia mungkin terasa luas, tetapi hatinya terasa sempit. Harta bisa berlimpah, tetapi jiwanya tetap kosong. Ia mungkin terlihat bahagia di mata manusia, tetapi di dalam hatinya, ia tersiksa oleh kecemasan, kebingungan, dan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.
Lihatlah dunia di sekitar kita. Betapa banyak orang yang mengejar kesenangan duniawi tanpa arah, terombang-ambing dalam kebingungan, dan kehilangan makna hidup? Mereka memiliki segalanya, tetapi tetap merasa hampa. Itulah kehidupan tanpa iman. Iman adalah cahaya yang menerangi jalan seorang hamba, menghilangkan kesedihan, dan memberikan harapan di tengah gelapnya kehidupan.
Iman adalah hadiah terbesar dari Allah. Tidak semua orang mendapatkannya. Banyak orang yang diberi kekayaan, kecerdasan, bahkan kekuasaan, tetapi tidak semua diberi iman. Jika hari ini kita masih bisa bersujud, masih bisa berdoa dengan penuh harapan, dan masih bisa merasakan ketenangan saat mengingat Allah, itu tandanya Allah menyayangi kita. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ
“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cintai maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai.” [1]
Iman adalah nikmat dari Allah
Iman bukan sesuatu yang bisa kita peroleh dengan usaha semata. Ia adalah anugerah terbesar dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tanpa iman, manusia akan hidup dalam kegelapan, kehilangan arah, dan tak memiliki tujuan hidup yang sejati. Iman adalah cahaya yang menerangi hati, sumber ketenangan jiwa, dan kunci keselamatan di dunia serta akhirat. Allah menegaskan dalam Al-Quran bahwa iman adalah nikmat yang diberikan kepada manusia sebagai tanda kasih sayang-Nya, Allah berfirman,
يَمُنُّونَ عَلَيكَ اَن اَسلَمُوا قُلْ لَّا تَمُنُّوا عَلَىَّ اِسلَامَكُم بَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيكُم اَن هَداكُم لِلاِيمَانِ اِن كُنـتُم صٰدِقِينَ
“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” [2]
Ayat ini menunjukkan bahwa iman adalah karunia dari Allah, bukan semata-mata hasil usaha manusia. Allah menganugerahkan iman sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya.
Iman membawa kebahagiaan dan ketenangan
Seseorang yang memiliki iman tidak mudah gelisah dalam menghadapi ujian hidup. Ketika kehilangan sesuatu, ia yakin bahwa Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Ketika ditimpa musibah, ia percaya bahwa di balik itu ada pahala dan hikmah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya, apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” [3]
Hadis ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah kepada orang beriman itu tampak dalam setiap keadaan yang mereka hadapi, baik dalam kesenangan maupun kesulitan.
Orang yang memiliki iman akan merasakan ketenangan dalam hatinya, karena ia selalu bergantung kepada Allah dalam segala urusannya. Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً
“Akan merasakan kelezatan (manisnya) iman, orang yang rida kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” [4]
Manisnya iman adalah ketenangan, kebahagiaan, dan keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kasih sayang Allah. Orang yang beriman tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi cobaan karena ia yakin bahwa Allah selalu bersamanya.
Iman menjadi sebab dicintai Allah dan masuk surga
Allah mencintai hamba-hamba yang beriman dan menjanjikan surga bagi mereka.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَنَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالُوا يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا
Dari Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman kepada penghuni surga, ‘Wahai penghuni surga!’ Mereka pun menjawab, “Kami penuhi panggilan-Mu selalu dengan penuh suka cita.’ Lalu Allah berfirman, ‘Apakah kalian telah rida dan puas?’ Mereka menjawab, ’Mengapa pula kami tidak rida? Padahal Engkau telah memberikan kepada kami segala yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman, ‘Aku berikan kepada kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu semua.’ ‘Mereka menjawab, ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih utama dari itu semua?’ Allâh berfirman, ‘Aku tempatkan rida-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak akan pernah murka kepada kalian setelah itu selama-lamanya!’” [5]
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang paling besar. Bukan hanya memberikan surga, tetapi juga menjamin keridaan-Nya yang abadi bagi orang-orang yang beriman.
Iman adalah bukti cinta Allah kepada kita. Jika hari ini kita masih bisa beriman, masih bisa bersujud, dan masih bisa merasakan nikmatnya ibadah, itu adalah tanda bahwa Allah tidak meninggalkan kita. Tapi iman bukan sesuatu yang datang begitu saja; ia harus dijaga, dipupuk, dan diperkuat dengan amal saleh.
Jangan pernah menganggap remeh nikmat iman. Mintalah kepada Allah agar Dia selalu menjaga hati kita tetap teguh di atasnya. Sebab, hanya dengan iman kita bisa merasakan kebahagiaan sejati, ketenangan hidup, dan harapan yang tak pernah pudar. Semoga Allah selalu membimbing kita dan menutup hidup kita dalam keadaan beriman. آمين.
[Bersambung]
***
Ditulis di Jember, 3 Ramadan 1446/2 Maret 2025
Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan
Artikel Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 275 dan Imam Ahmad no. 3490.
[2] QS. Al-Hujurat: 17.
[3] HR. Muslim.
[4] HR. Muslim no. 34
[5] HR. Bukhari dan Muslim.