Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Shalawat Nariyah cukup populer di banyak kalangan dan ada yang meyakini bahwa orang yang bisa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat menghilangkan kesulitan-kesulitan atau demi menunaikan hajat maka kebutuhannya pasti akan terpenuhi. Ini merupakan persangkaan yang keliru dan tidak ada dalilnya sama sekali. Terlebih lagi apabila anda mengetahui isinya dan menyaksikan adanya kesyirikan secara terang-terangan di dalamnya. Berikut ini adalah bunyi shalawat tersebut:
اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك
Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah pujian yang sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang Engkau ketahui jumlahnya.”
Syaikh berkata:
“Sesungguhnya aqidah tauhid yang diserukan oleh Al-Qur’an Al Karim dan diajarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim untuk meyakini bahwa Allah semata yang berkuasa untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan kesusahan-kesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu, seorang muslim tidak boleh berdoa kepada selain Allah demi menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat utusan atau Nabi yang dekat (dengan Allah). Al-Qur’an ini telah mengingkari perbuatan berdoa kepada selain Allah baik kepada para rasul ataupun para wali. Allah berfirman yang artinya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Bahkan sesembahan yang mereka seru (selain Allah) itu justru mencari kedekatan diri kepada Rabb mereka dengan menempuh ketaatan supaya mereka semakin bertambah dekat kepada-Nya dan mereka pun berharap kepada rahmat-Nya serta merasa takut akan azab-Nya. Sesungguhnya siksa Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti.” (QS. Al-Israa’: 57).
Para ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berdoa kepada Isa Al-Masih atau memuja malaikat atau jin-jin yang saleh (sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir).”
Beliau melanjutkan penjelasannya:
“Bagaimana Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa merasa ridha kalau beliau dikatakan sebagai orang yang bisa melepaskan ikatan-ikatan hati dan bisa melenyapkan berbagai kesusahan padahal Al-Qur’an saja telah memerintahkan beliau untuk berkata tentang dirinya:
قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah: Aku tidak berkuasa atas manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali sebatas apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara ghaib maka aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan menimpaku. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raaf: 188)
Pada suatu saat ada seseorang yang datang menemui Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu wahai Rasul”, Maka beliau menghardiknya dengan mengatakan, “Apakah kamu ingin menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah? Katakan: Atas kehendak Allah semata.” Nidd atau sekutu artinya: matsiil wa syariik (yang serupa dan sejawat) (HR. Nasa’i dengan sanad hasan)
Beliau melanjutkan lagi penjelasannya:
“Seandainya kita ganti kata bihi (به) (dengan sebab beliau) dengan bihaa (بها) (dengan sebab shalawat) maka tentulah maknanya akan benar tanpa perlu memberikan batasan bilangan sebagaimana yang disebutkan tadi. Sehingga bacaannya menjadi seperti ini:
اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد التي تحل بها العقد
Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Allati tuhillu bihal ‘uqadu (artinya ikatan hati menjadi terlepas karena shalawat)
Hal itu karena membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah yang bisa dijadikan sarana untuk bertawassul memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan. Mengapa kita membaca bacaan shalawat bid’ah ini yang hanya berasal dari ucapan makhluk biasa sebagaimana kita dan justru meninggalkan kebiasaan membaca shalawat Ibrahimiyah (yaitu yang biasa kita baca dalam shalat, pent) yang berasal dari ucapan Rasul yang Ma’shum?”
Baca juga: Keutamaan Membaca Shalawat
—
Penulis: Muhammad Jamil Zainu
Diterjemahkan oleh Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel: Muslim.or.id
akh..saya alumnus salah satu MA negeri di jogja..saat masih smu dulu saya sering mengamalkan shalawat nariyah karena guru mengajak semua siswa kelas 3 untuk mujahadah..jujur saya waktu itu tidak tahu arti dari shalawat tersebut…saya baru tau artinya setelah lulus dari smu dan membaca buku yang dipinjamkan oleh teman saya.sayangnya shalawat tersebut masih diamalkan oleh sekolah saya.bagaiman mendakwahkan pada sekolah saya dulu,jika shalawat tersebut tidak benar?
Ahsan bagi ente untuk menempuh jalan terbaik.. diantarnya dgn menemui slh seorang guru yg ente kenal “agak” moderat dan terbuka untuk diajak diskusi untuk kemudian bliau yg ajan mnyampaikan ke pihak sekolah.. atau ente beri hadiah buku yg membahas mslh tersebut ke pihak sekolah.. gunakan cara2 yg lembut dan metoda ilmiyah yg sesuai sunnah..
Jazakumullah atas artikelnya yang memberi pencerahan. BTW, waktu sudah lulus kuliah ada seorang teman yang menyuruh saya membaca shalawat nuraniyyah dan falah-supaya saya bisa mencintai Allah dan Rasul katanya. Sempat terfikir bid’ah dll tapi saya percaya saja karena melihat latar belakang orang tersebut yang bermanhaj salaf, insyaAllah. saya tidak tahu arti dan hukumnya, tapi sempat saya amalkan. ada yang bisa memberi tahu arti dan hukumnya dari kedua shalawat tersebut? saya takut kalau salah..jazkmlh!
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)
“Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Sebagaimana dikatakan oleh Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah swt telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.
Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
jelas blom dasar & arti penting sholawat apa kurang kuat dari al-ahzab 56
Mf.mohon dibaca tulisannya sampai tuntas mz. Si penulis tdk brmaksud melarang membaca shalawat, hnya meluruskan tntang shalawat yg maknanya melampaui batas..
Shalawat adalah ibadah. Dan ibadah harus sesuai tuntunan. Maka ibadah yang tidak dikerjakan menurut tuntunan tertolak, Hal ini berdasarkan hadits riwayat Bukhari, ‘Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak’. Oleh sebab itu mengucapkan shalawat untuk Nabi adalah disyariatkan dan sangat utama, dengan catatan jika dikerjakan sesuai dengan tuntunan yaitu bacaan shalawat yang biasa kita ucapkan dalam shalat atau yang biasa kita ucapkan shallallahu ‘alaihi wa sallam dsb. Bukan dengan mengad-adakan bacaan shalawat baru yang tidak ada tuntunannya bahkan dibangun di atas hadits palsuatau lemah. Demikianlah ijma’ ulama 4 madzhab bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali apabila ikhlas dan mengikuti tuntunan. Wallahu a’lam.
sholawat ini adalah merupakan salah satu dari beberapa sholawat yang tidak asing bangi masyarakat dan senantiasa diamalkan oleh umumnya kalangan muslim tradisional. padahal sholawat ini merupakan sholawat yang syirik. Alhamdulillah di sini telah dijelaskan sehingga dapat mengingatkan umat Islam yang senantiasa mengamalkannya. Pada umumnya mereka mengamalkannya dengan maksud untuk menyelesaikan masalah dan memohon berbagaimacam keinginan. Semoga dakwah ini dapat mengingatkan umumnya orang yang mengamalkannya dan mau kembali menggunakan sholawat yang shohih, yang benar-benar dari Rosulullah Saw. Wassalamu’alaikum
asslmkm,wr,wb berhubung sudah memasyarakat sholawat nariyah ini,bagaimana kalau kita arahkan saja dari ‘alati tanhalu BIHIL ‘uqodu menjadi ‘alati tanhalu BIHAL ‘uqodu
jazakillah
Menurut ana yang awam ini, dicari dulu sumber dari sholawat ini : – asal kitab yang mengeluarkan pertama kali, – sanad-sanadnya, – arti yang sesungguhnya dari sholawat, – ada ga’ ulama-ulama (pakar/’alim) yang membolehkan solowat ini untuk ditanyakan kebenaran arti atau sumbernya.
Mungkin ada dari kalangan ulama (tabi’in, tabi’it tabi’in, salaf atau khalaf) yang mereka membolehkan sholawat ini. ?
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan bisa menjaga etika da’wah, agar perbedaan tetap terjaga ukhuwah, masih banyak PR umat ini.
Pendidikan yg rendah, kemiskinan, dsb.
Insya Allah sudah jelas sekali Bid’ah & Kesyirikannya Solawat tsb. Dari bacaannya mengandung kesyirikan, dari hitungannya yg 4444, alat hitungnya pakai batu, pelaksanaannya setiap malam Jum’at, dan berjamaah pula.
Mudah mudahan Allah mengampuni dosa Ana yg pernah menjadi jama’ahnya dan juga memberi petunjuk kepada orang orang yg masih melakukannya.
Saya diberitahu teman bahwa dalam mencari rejeki baiknya dibarengi dg sholawat nariyah. Saya coba cari tau bacaanya di internet, malah dpt info ttg syirik + sesatnya sholawat nariyah. Makasih
liat komentar2 di bawah, emang kebanyakan orang terjebak dlm kesesatan krn bodoh (tidak berilmu). skrg masih banyak yg bertahan dlm mengamalkan shalawat bid’ah ini, dipastikan mereka kebanyakan org2 awam yg bodoh.
MAS JIKA DHOMIR “HU” GAK DIGANTI “HA”, TAPI RUJUKANNYA KE LAFADZ “SALAMAN” GIMANA TUH?. JUGA ADA DOA SETELAH ADZAN OLEH SHB BILAL” ….MUHAMMADANIL WASILATA WAL FADHILAH ….” GIMANA KOMENTAR ANDA TTG DOA INI, KOK SAHABAT BILAL JUGA PAKE WASILAH?
Kepada Akhi Hasan, semoga Allah senantiasa menjaga antum dalam kebaikan…
Jika dhomirnya tetap ‘hu’, maka tidak boleh merujuk kepada ‘salaman’. Karena kaidah dalam ilmu nahwu bahwa hukum asal dhomir harus merujuk pada yang mendahuluinya (sebelumnya) secara lafadz dengan syarat ia bersesuaian secara lafadz dan makna. Untuk memalingkannya kepada yang lain harus ada qorinah, misalnya tidak bersesuaian secara makna atau lafadz, atau tidak bersesuaian dalam ‘adad (jumlah).
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:
والأصل في المرجع أن يكون سابقا على الضمير لفظا ورتبه مطابقا له لفظا ومعنى
“Hukum asal dhomir merujuk pada yang mendahuluinya secara lafadz, dan ia bersesuaian secara makna dan lafadz” (Ushul Fit Tafsir, Bab Dhomir).
Dalam kitab Al Kafaf Qowa’idul Lughotil Arobiyyah juga disebutkan tentang kaidah ini:
فإذا صلح أن يكون للضمير أكثر من مرجع، تعيّن أن يكون المرجع هو أقرب مذكور في العبارة
“Jika dhomir memiliki banyak kemungkinan rujukan, maka jelaslah bahwa yang dijadikan rujukan adalah yang paling dekat dengannya dalam ungkapan tersebut” (Al Kafaf Qowa’idul Lughotil Arobiyyah, Bab Dhomir)
Maka jelas, jika dhomirnya tetap ‘hu’ harus merujuk pada ‘Muhammad’ sehingga lafadz tersebut memiliki makna yang syirik sebagaimana dijelaskan pada artikel di atas.
Tentang hadits:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من قال حين يسمع النداء اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته حلت له شفاعتي يوم القيامة
Ana menemukan hadits ini dalam shahih Bukhari, Sunan Nasa’i dan juga Sunan Abi Dawud. Sehingga bisa kita ketahui bahwa hadits ini shahih.
Pertama, hadits ini bukan perkataan Bilal radhiallahu’anhu. Hadits ini juga bukan diriwayatkan dari Bilal radhiallahu’anhu melainkan dari Jabir radhiallahu’anhu. Dan ini perkataan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Jadi, dari mana antum menyimpulkan Bilal bertawassul?
Kedua, akhi hasan, bersemangatlah belajar bahasa arab. Dan pembaca budiman yang memahami bahasa arab silakan mencermati, bahwa tidak ada dalam lafadz hadits ini yang mengisyaratkan bahwa hadits ini adalah lafadz untuk bertawassul. Lafadz ‘Aati Muhammadail wasiilata wal fadhiilah…’ jika kita terjemahkan menjadi:
“Datangkanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan”
Maka ini adalah doa untuk Rasulullah, bukan lafadz tawassul.
Sedangkan arti ‘wasilah’ dalam hadits ini, sebagaimana dijelaskan Imam Suyuthi dalam Syarah Sunan Nasa’i:
فُسِّرَتْ فِي حَدِيث عَبْد اللَّه بْن عَمْرو بِأَنَّهَا مَنْزِلَة فِي الْجَنَّة لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عَبِيد اللَّه
“Telah ditafsirkan dalam hadits Abdullah bin Umar bahwa yang dimaksud adalah ‘kedudukan di surga’ yang tidak diberikan kecuali pada salah satu hamba dari hamba-hamba Allah” (Syarah Sunan Nasa’i Imam Suyuthi, Bab Adzan)
Juga dalam kitab ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud:
هِيَ الْمَنْزِلَة الْعَلِيَّة وَقَدْ فَسَّرَهَا النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَوْلِهِ : ” فَإِنَّهَا مَنْزِلَة فِي الْجَنَّة ” كَمَا مَرَّ فِي الْحَدِيث السَّابِق , وَوَقَعَ هَذَا التَّفْسِير فِي رِوَايَة مُسْلِم أَيْضًا
“Yang dimaksud adalah ‘kedudukan yang tinggi’. Dan Rasulullah telah menjelaskannya dalam hadits: ‘Sesungguhnya (wasilah) itu adalah kedudukan di surga’ sebagaimana telah terdapat dalam hadits yang lalu. Dan terdapat juga penafsiran ini dalam hadits riwayat Muslim” (‘Aunul Ma’bud, Kitab Shalat)
Penjelasan yang sama juga terdapat dalam Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari.
Maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Ana hanyalah hamba yang faqir akan ampunan Rabb-Nya.
Tambahan, silakan cek kembali hadits beserta syarah haditsnya di http://hadith.al-islam.com
Teganya mengatakan sholawat nariyah sesat, syirik !
Published by Syafii on May 20, 2008 06:40 pm under Mencintai Rasullullah dan Ahlul Bait, Artikel Islam, Habib, Renungan
Banyak sekali artikel-artikel yang ditulis oleh segolongan kaum yang mengatakan sholawat nariyah itu sesat, syirik.
Padahal sholawat ini ditujukan untuk Rasulullah, tidak ada yang lain.
Berikut ini jawaban Habib Munzir Al Musawwa mengenai sholawat nariyah
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Rahmat dan Cahaya keridhoan Nya swt semoga selalu mengiringi hari hari anda,
saudaraku yg kumuliakan,
mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta”, adalah kiasan, bahwa beliau saw pembawa Alqur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yg dg itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,
ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030)
semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,
mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya,
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
wallahu a’lam
Saudaraku, Bertawasul dengan Nabi -padahal Nabi sudah meninggal- adalah perbuatan yang tidak benar. Dahulu para sahabat bertawasul dengan Nabi untuk meminta hujan, karena ketika itu Nabi masih hidup. Namun, ketika beliau sudah wafat maka Umar bin Khattab tidak lagi melakukannya, bahkan beliau meminta Abbas bin Abdul Muthallib untuk mendoakan agar turun hujan, bukan dengan bertawasul dengan Nabi. Demikian juga tentang keutamaan shalawat dan balasannya membutuhkan dalil, kalau setiap orang boleh menyatakan dan melakukan ibadah tanpa dalil niscaya agama ini akan rusak, mereka akan mengacaubalaukan agama ini dengan ungkapan2 yang tidak jelas dengan mengatasnamakan sastra dan seni, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh tokoh2 sufi. Padahal, kalau kita mau mencontoh Nabi dan para sahabat mereka tidak melakukan hal ini -shalawat nariyah dsb- nah kalau demikian untuk apa kita melakukan ibadah yang tidak mereka contohkan; apakah kita merasa lebih pandai daripada mereka, apakah kita merasa lebih mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada para sahabat? Saudaraku, hukum asal ibadah itu terlarang -sebagaimana dalam kaidah ushul- sampai ada dalilnya. Nabi bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak.” (HR. Muslim). Jadi kalau alasannya tidak ada dalil yang melarang, maka sekarang saya akan bertanya kepada anda; apakah tidak sebaiknya kita shalat subuh 5 rakaat saja, kan tidak ada dalil yang melarang? Kenapa kita tidak adzan di dalam hati saja -tidak perlu dijahrkan- kan tidak ada dalil yang melarang? Pahamilah saudaraku -semoga Allah menunjukimu- wallahul muwaffiq. Semoga Allah membimbing dirimu.
بسم االله الحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين,الصلاة والسلام على معلم الناس الخير، نبينا محمد، وعلى آله وصحبه وسلم
Akhi BoB, semoga Allah senantiasa menjaga anda dalam kebaikan. الله يهدك.
Akhi, ketahuilah, andaikan shalawat nariyah itu baik dan benar, tentu para ulama tidak akan mempermasalahkannya, dan tentu para sahabat telah mencontohkannya sejak dahulu.
Akhi, kalaulah shalawat nariyah tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits, tentu para ulama tidak akan membahas-bahas masalah ini, yang akan terasa pedas di hati para pengusungnya (seperti anda).
Justru, karena shalawat ini bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah, atau dengan kata lain bertentangan dengan ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, maka saya pun ingin berkata: “Teganya anda membela shalawat nariyah yang telah menghina ajaran Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam!!“.
Akhi, jika ada kesempatan, tolong sampaikan pada Pak Habib (mungkin anda sering ikut majlisnya), atau mudah-mudahan Pak Habib membaca tulisan ini. Sampaikan keheranan saya tentang manhaj sufiyyah atau falasifah yang gemar berkias-kiasan. Sampai-sampai segala hal dalam agama mereka kias-kiaskan sesuai hawa nafsu mereka. Mereka mengatakan Dajjal itu kiasan, turunnya Nabi Isa di akhir zaman itu kiasan, azab kubur itu kiasan, bahkan ada yang meyakini surga dan neraka itu kiasan!?!
Padahal dalam memahami dalil ada kaidahnya. Dan hukum asal lafadz adalah haqiqoh bukan majaz, kecuali ada qorinah (pertanda). Dan lafadz shalawat nariyah tersebut tidak ada pertanda untuk menyimpangkan dari makna bathilnya. Sehingga kita hukumi sebagaimana zhahirnya.
Oleh karena itulah, pada suatu saat ada seseorang yang datang menemui Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu wahai Rasul”, beliau malah menghardiknya.(HR Nasa’i) Padahal tentunya sahabat tersebut tidak meyakini Rasulullah memiliki masyi’ah (kekuasaan dalam kehendak) seperti masyi’ah Allah, namun hanya KIASAN yang menyatakan bahwa doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu sebab atas terjadinya hal yang dimaksud. Namun lafadz yang disebutkannya secara zhahir bermakna kekufuran, yaitu menyetarakan derajat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah Ta’ala.
Juga ketika seorang sahabat berkata: “sungguh kami menjadikan Alloh sebagai perantara kepadamu, dan kami menjadikanmu sebagai perantara kepada Alloh“. Namun Rasulullah marah sambil terus berkata ‘Subhanallah…Subhanallah’ sampai-sampai para sahabat merasa takut (HR. Abu Daud). Maka berhati-hatilah dalam berkias-kiasan!
Perhatikanlah wahai Pak Habib, jangan samakan hal ini dengan pujian Abbas Radhiallahu’anhu. Karena dalam lafadz hadits Abbas ini tidak ada kemusyrikan dalam zhahirnya. Memang benar bahwa pujian tersebut adalah KIASAN, namun kiasan yang memiliki qorinah. Maka ini kiasan yang benar. Allah Ta’ala sendiri mensifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cahaya, sebagaimana firman-Nya:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ
Artinya: “Telah datang kepada kalian cahaya dan sebuah kitab” [Al Ma’idah: 15]
Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini: “Allah Ta’ala mengabarkan dalam Al Qur’an Al Karim bahwa Ia mengutus Nabi-Nya yang mulia” [Tafsir Ibnu Katsir]
Al Qurthubi berkata “Allah Ta’ala telah menamai Al Qur’an sebagai cahaya dengan firman-Nya وأنزلنا إليكم نورا مبينا dan menamai Nabi-Nya sebagai cahaya dengan firman-Nya قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين. Hal ini dikarenakan Al Qur’an memberi petunjuk dan menjelaskan dien. Begitu juga Rasul-Nya” [Tafsir Al Qurthubi]. Maka pujian Abbas Radhiallahu’anhu shahih maknanya, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mengingkarinya!
Kalau begitu Pak Habib, jika anda berdalil dengan hadits Abbas tersebut maka tolong datangkan dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penghilang ikatan, pelenyap segala kesulitan, pemenuh segala kebutuhan!
Kemudian tentang ucapan Abu Hurairah, hadist yang anda sebutkan ada pada Shahih Ibnu Hibban memang benar adanya, namun hadits yang anda nukil dari mustadrak Al Hakim no.8030, ternyata setelah ana cek tidak ada disana, wallahu’alam. Namun ‘ala kulli hal, dua hadits ini tidak menunjukkan adanya lafadz kesyirikan atau pujian berlebihan. Contohnya hadits yang pertama, ini tentang keluhan Abu Hurairah dan para sahabat bahwa tatkala bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hati mereka lembut dan bersemangat menggapai akhirat. Namun tatkala tidak bersama beliau, mereka merasa mengagumi dunia, dan terlena pada istri dan anak2 mereka. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
لو تكونون على كل حال على الحال الذي أنتم عليه عندي لصافحتكم الملائكة بأكفكم ولو أنكم في بيوتكم
Artinya: “Andaikan kalian senantiasa dalam keadaan sebagaimana saat kalian bersamaku, sungguh para malaikat akan menyalami kalian dirumah-rumah kalian” [HR. Ahmad, Ibnu Hibban]
Maka jelaslah, bahwa yang dimaksud Abu Hurairah adalah saat ia bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia senantiasa mengingat akhirat, ia senantiasa khusyuk dan mengingat kepada Allah Ta’ala, bukan khusyuk kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam! Maka hadits ini menjelaskan tentang keutamaan berkumpul dengan orang shalih, karena dengannya kita akan senantiasa terpicu untuk mengingat Allah Ta’ala, juga menjelaskan bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Walhasil, perkataan Abu Hurairah ini bukanlah perkataan bathil atau pujian berlebihan.
Sebenarnya permasalahan ini sangat jelas dan terang bagi orang yang faham bahasa arab, sebagaimana syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu (penulis artikel di atas) yang merupakan ulama besar di saudi arabia yang tentu lebih fasih dalam bahasa arab, dari pada kita orang Indonesia, termasuk juga pak Habib.
Mengenai perkataan Pak Habib, “mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya”. Sebelumnya perlu dipertanyakan, yang memerintahkan atau menganjurkan membaca shalawat Nariyah itu siapa? Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah ada sahabat yang menganjurkannya? Ataukah ada tabi’in yang mencontohkannya? Jangan-jangan hanya anjuran Pak Habib dan guru2nya. Kalau demikian saya katakan “السنة افضل”, saya lebih memilih ajarannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada ajaran Pak Habib. Nah, kalau memang pembacaan shalawat nariyah ini tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau para sahabat, maka tidak perlu dipermasalahkan pembacaannya 11x atau berapa kali, justru yang lebih baik adalah TIDAK USAH DIAMALKAN! Cukuplah bagi kita amalan-amalan yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu saja sudah banyak sekali, sampai-sampai Ibnu Mas’ud berkata: “Janganlah kamu membuat perkara baru dalam agama, karena kalian telah dicukupi”. Dari bangun tidur hingga tidur kembali setiap detiknya ada amalan yang sesuai sunnah yang bisa kita amalkan, bahkan sampai-sampai kita tidak akan sanggup menerapkan semua amalan sunnah yang ada. Kalau begitu mengapa harus membuat-buat yang baru?
Kemudian jika tidak asalnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bagaimana mungkin diklaim bisa memenuhi hajat?!? Butuh dalil shahih untuk membenarkan klaim tersebut! Adapun untuk memohon suatu hajat, sungguh Allah Ta’ala itu dekat dan selalu bersama hamba-Nya. Sehingga Allah mendengar dan mengabulkan permintaan hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Artinya: “Jika hamba-Ku bertanya tentang Aku (Allah), maka Aku ini dekat. Aku kabulkan do’a orang yang berdo’a kepada-Ku” [Al Baqarah: 186]
Islam itu mudah bukan? Punya permohonan, berdoa saja kepada Allah! Kapan saja di mana saja. Bisa dengan doa-doa yang di ajarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun dengan kata-kata sendiri, bahkan dengan bahasa Indonesia pun Allah Maha Mengetahu apa yang yang diminta oleh Hamba-Nya. Jadi, mengapa mencari-cari cara lain untuk memohon hajat seperti dengan shalawat nariyah ini?
Mudah-mudahan Allah senantiasa menunjukki kita jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalannya orang yang dimurkai atau orang yang menyimpang.
والله أعلم بالصواب
عفوا على كل حال ,و انا الفقير الى عون ربه
assalamualaikum
apa yg ditulis oleh saudara BOB adalah kutipan dari blog saya
anda mengatakan sholawat nariyah itu sesat , bidah ?
pdhl Habib Munzir mengamalkan sholawat tersebut beliau bermimpi bertemu nabi
sy jg mengamalkan sholawat tersebut dan bermimpi bertemu nabi
kenapa kami seperti itu ? karena kami sangat mencintai dan merindukan nabi ?
kalau kami sesat tidak mungkin nabi datang ke mimpi orang yang merindukannya ?
anda mengatakan bidah tetapi apakah cinta itu bisa di batasi dengan bidah ?
bagaimana dengan bacaan sholawat yang diajarkan oleh nabi melalui lewat mimpi kepada umatnya ?
syekh ahmad tijani di ajari nabi baca sholawat fatih
apakah anda akan mengatakan ini bidah ? sedangkan mereka orang alim telah ebrjumpa dgn nabi
semua golongan setuju klo mimpi ketemu nabi adalah benar adanya .
kita baca sholawat, maulid addibai, maulid al habsyi karena kecintaan kepada nabi
anda cinta kepada seseorang bagaimana ? membuat puisi ? menulis diari ? memujanya ?
bagaimana anda mewujudkan cinta kepada nabi ? klo baca sholawat anda bilang bidah ?
klo cinta kepada nabi membawa sy ke neraka tidak masalah , sy tidak peduli…
@ syafii,
PERTAMA
Bagaimana anda tahu kalau yang anda temui dalam mimpi itu Nabi? Nabi-nya siapa? Siapa Nabi-nya?
KEDUA
Apakah maksud anda sholawat yang berasal dari hadits-hadits shohih TIDAK ADA APA-APANYA dibandingkan dengan sholawat nariyah yang anda amalkan, sehingga menjadikan anda bertemu dengan Nabi?!!
KETIGA
Dari pernyataan anda: “..bagaimana dengan bacaan sholawat yang diajarkan oleh nabi melalui mimpi kepada umatnya?”
Apakah maksud anda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam LUPA bahwa ada amalan yang ketinggalan dan belum diajarkan kepada umatnya, sehingga Beliau datang lagi melalui mimpi untuk mengajarkannya?!!!
mas BOB dan mas SYAFII,
anda suffiyun sejati, pengikut majlisnya habib munzir
saya pernah melihat majlis mereka, sungguh aneh mengaku paling mencintai Nabi sollallahu’alaihiwassallam, tetapi dengan waktu yang bersamaan menerjang rambu-rambu yang telah di tetapkan oleh Nabi sollallahu’alaihiwassallam. mengaku mencintai Nabi tetapi dengan bernyanyi-nyayi diiringi dengan berbagai tetabuhan sebagai alat musik, sungguh kontradiktif dengan perkataan kalian.
sunnguh kalian telah mencintai Nabi tapi sangat-sangat disayangkan kalian jahil, tidak berilmu yang benar bagaimana bentuk aplikasi yang benar dalam mencintai Nabi sollallahu’alaihiwassallam.
belajarlah dahulu, berilmu dahulu sebelum melakukan yang lainnya yaitu melaui manhaj salaf. itulah satu-satunya jalan yang haq dalam memahami al-quran dan as-sunnah.
kepada Akh BOB dan Akh Syafii
coba kalian simak kembali dengan baik artikel diatas, juga tanggapan dari Akh Ari dan Akh Aswad. simaklah dengan seksama apa yang telah mereka tuliskan itu niscaya sudah cukup jelas bagi yang hati dan fikirannya jernih. jangan-jangan kalian belum baca dengan tuntas tapi sudah komentar. waduh…
Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.
Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.
Pertanyaannya apakah benar shalawat ini disusun oleh syeh Nariyah Tsb.?
@ Abd Basir
Kisah yang anda ceritkan tsb ada di buku/kitab apa, terbitan mana, dan ditulis oleh siapa?
Seandainya itu sebuah haidts, tolong disebutkan sanad dan matan-nya. Biar kita semua juga tahu.. (bagi-bagi ilmu gitu loh).
Jadi kalau mau kasih komentar, ya ILMIAH dong alias bisa dipertanggung jawabkan sumber dan pemahamannya.
Saya yang masih awam dan bodoh ini jadi tambah bingung, gimana caranya berdzikir sampai sebanyak 4444 kali?
RALAT :
Tertulis :
“Saya yang masih awam dan bodoh ini jadi tambah bingung, gimana caranya berdzikir sampai sebanyak 4444 kali?”
Seharusnya :
“Saya yang masih awam dan bodoh ini jadi tambah bingung, gimana caranya bersholawat sampai sebanyak 4444 kali?”
@Abd. Basir
riwayat siapa ? shahih kah ?
padahal para shahabat bertanya / minta diajarkan bagaimana caranya bershalawat kpd Rasulullah ??
mas Syafii…
Tolong sampaikan kpd Habib Mundzir… Ahlusunnah tidak berdalil dengan mimpi.
Kalau seandainya Rasulullah mencintai umatnya dgn mendatangi dalam mimpi2 mreka dan memberikan amalan2 ini dan itu, tentu para Shahabat lebih berhak didatangi Rasulullah dlm mimpi mreka. Krn Para Shahabat adalah orang2 yg paling mencintai Rasulullah setelah sekian lama hidup berdampingan dengan Rasulullah.
Lantas apakah Shahabat berdalil dgn mimpi ???
oh iya. td malam saya juga bermimpi ketemu Rasulullah…
Kata beliau, Beliau (rasulullah) ngga pernah bertemu dgn orang shalih manapun di dalam mimpi2 mreka , sebelumnya, kecuali dgn saya.. (becanda ding.. he he)
Assalamu’alikum wr.wb..
Afwan sebelumnya…
ada yang bisa bantu saya menjelaskan secara detail mengenai do’a nurbuwat, seperti redaksi muslim.or.id memuat artikel mengenai shalawat nariyah… Coz, keluarga saya sering mengamalkan do’a tersebut,, Jazakallah khairan katsiroo…
for Abd. Basir
Mas, itu namanya bukan dalil/hujjah. Itu namanya “cerita rakyat” (rakyat sufi)…. Setiap orang bisa berbeda versi.
Dari mana sanad ceritanya? shohih ga?
حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا فَتَحَ حُنَيْنًا قَسَمَ الْغَنَائِمَ فَأَعْطَى الْمُؤَلَّفَةَ قُلُوبُهُمْ فَبَلَغَهُ أَنَّ الْأَنْصَارَ يُحِبُّونَ أَنْ يُصِيبُوا مَا أَصَابَ النَّاسُ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَبَهُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضُلَّالًا فَهَدَاكُمْ اللَّهُ بِي وَعَالَةً فَأَغْنَاكُمْ اللَّهُ بِي وَمُتَفَرِّقِينَ فَجَمَعَكُمْ اللَّهُ بِي وَيَقُولُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمَنُّ فَقَالَ أَلَا تُجِيبُونِي فَقَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمَنُّ فَقَالَ أَمَا إِنَّكُمْ لَوْ شِئْتُمْ أَنْ تَقُولُوا كَذَا وَكَذَا وَكَانَ مِنْ الْأَمْرِ كَذَا وَكَذَا لِأَشْيَاءَ عَدَّدَهَا زَعَمَ عَمْرٌو أَنْ لَا يَحْفَظُهَا فَقَالَ أَلَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالشَّاءِ وَالْإِبِلِ وَتَذْهَبُونَ بِرَسُولِ اللَّهِ إِلَى رِحَالِكُمْ الْأَنْصَارُ شِعَارٌ وَالنَّاسُ دِثَارٌ وَلَوْلَا الْهِجْرَةُ لَكُنْتُ امْرَأً مِنْ الْأَنْصَارِ وَلَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا وَشِعْبًا لَسَلَكْتُ وَادِيَ الْأَنْصَارِ وَشِعْبَهُمْ إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ .
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid : Bahwa Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan perang ketika memenangkan perang Hunain. Beliau memberi orang-orang yang hendak dibujuk hatinya (orang yang baru masuk Islam). Lalu sampai berita kepadanya bahwa orang-orang Ansar ingin mendapatkan seperti apa yang diperoleh oleh mereka. Maka Rasulullah saw. berdiri menyampaikan pidato kepada mereka. Setelah memuji dan menyanjung Allah, beliau bersabda: Hai orang-orang Ansar, bukankah aku temukan kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah menunjuki kalian dengan sebab kau? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah membuat kalian kaya dengan sebab aku? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan terpecah-belah, lalu Allah mempersatukan kalian dengan sebab aku? orang-orang Ansar menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mengungkit-ungkit.
Kemudian beliau bersabda: Mengapa kalian tidak menjawabku? Mereka berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mengungkit-ungkit. Beliau bersabda: Kalian boleh saja berkata begini dan begini pada masalah begini dan begini. (Beliau menyebutkan beberapa hal. Amru, perawi hadis mengira ia tidak dapat menghafalnya). Selanjutnya beliau bersabda: Tidakkah kalian rela jika orang lain pergi dengan membawa kambing-kambing dan unta dan kalian pergi bersama Rasulullah ke tempat kalian? Orang-orang Ansar itu bagaikan pakaian dalam dan orang lain seperti pakaian luar (maksudnya orang Ansarlah yang paling dekat di hati Nabi saw.)
Jika melihat hadits diatas, kira-kira semakna sholawat nariyah dengan hadits diatas. (…Yang melepaskan ikatan-ikatan adalah Alloh melalui Nabi dst …). Dan apabila ada orang membaca sholawat nariyah berkeyakinan meminta melepaskan ikatan dst pada nabi, hal tersebut jelas syirik. Jadi menurut ana, bukan sholawat nryh yang keliru, tapi faktor keyakinan orang yang membacanya. Bagaimana menurut antum? Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Sukron.
assalamu ‘alaikum…
ana yakin diantara kalian adalah seorang sufisme
catatan :
janganlah engkau ceritakan pengalaman mistis dalam pengembaraan spiritual antum yaa ikhwan….
catatan :
karena pemikiran ataupun kapasitas seseorang itu berbeda
tentu saja tidak akan masuk kedalam pemahaman seseorang.
” Ya Allah, Anugerahilah aku kepasrahan (total) Kepadamu “
lafadznya diperbesar
Ulama2 yg tetap mempertahankan ibadah yg tidak ada tuntunannya dari agama pasti sang ulama itu cari makannya dari undangan seperti tahlilan dll, bayangkan seandainya semua hal bid’ah itu berhasil dilenyapkan pasti para ulama tsb kelaparan tul gak kalo ada yg bilang malah ulamanya yg ngeluarin duit maka saran ana berpikirlah wahai saudaraku lebih banyak mana uang yg diterima dgn uang yg dikeluarkan oleh oknum ulama itu. Untuk jd renungan.
Tidak semua ahlu bid’ah itu mencapai derajat kekafiran (maksudnya banyak dari mereka yg tidak sampai dikategorikan keluar dari islam) sehingga mereka (alhu bid’ah yg blom sampe derajat kekafiran) tetep saudara semuslim kita yg mempunyai hak untuk tidak dibuka aib nya (kecuali untuk menjelaskan kebid’ahan mereka) dan kita tetep tidak boleh su’udzon thd mereka. Dakwah dengan ilmu jauh lebih bermanfaat daripada menghujat kesalahan mereka.
Assalamualaikum
Saudara2 ku hati-hati dengan inovasi ibadah yang tidak ada tuntunannya dari rosulullah klo kita sudah kterlaluan kita akan menganggap bahwa ibadah itu adalah ibadah yang sangat hebat di banding dgn ibadah2 yang justru sudah di anjurkan oleh rosul,sudah banyak orang yang sesat karena sudah terlalu jauh mengamalkan inovasi ibadah sehingga setan membuai nya dalam mimpi,dan banyak sekali orang2 mengaku nabi karena lantaran dia dapat wahyu dalam mimpinya seperti saudara kita di Ahmadiyah yang punya nabi baru
Assalamu’alaikum wr, wb.
Ana mohon para ustadz yang menguasai bahasa arab dapat memberikan dalil yang shahih mengenai shalawat ini. Sejak kapan shalawat ini diamalkan oleh umat Islam terdahulu ?
Tolong dikaji secara ilmiyah yang islamiyah untuk membuka ta’lim majlis dzikir shalawat nariyah.
Jazakallah khairan katsiroo…
Ana berserah diri kepada Allah smoga terlepas dari perbuatan syirik dan bid’ah. Hanya kepada Allah Hamba memohon. Smoga yang menyelisihi diberikan hidayah dan ampunan oleh Allah SWT. Amin
semangat,lumayan kompak ni,emang tidak ada yang perlu di perdebatkan udah jelas mengada-ngada tu salawat nariyah, ana kasian ama mas bob dam mas syafii, hidayah milik Allah SWT, kita doain bareng2 ya supaya orang yang suka berdalil melalui akal apalagi mimpi di berikan hidayah oleh Allah SWT.
Orang yang jauh dan menjauhi pengajaran sunnah, memang lebih suka mempelajari hal-hal yang di luar sunnah. Kalaupun benar-benar ingin mencari kebenaran, di dalam sunnah sarat dengan yang benar. Hanya saja, (wallohu a’lam) hatinya dipalingkan oleh Alloh.
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Robb Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. Az-Zukhruf [43] : 36)
السلام علكم و رحمة لله و كاته
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad, ahli bait, sahabat, dan pengikut setia Beliau…
Ane minta ijin copy artikel antum.
Jazakalloh.
astaghfirlah sumpah demi allah saya jadi bingung banget setelah membaca komentar2 di Blog ini…!saya mungkin salah satu orang lebih dari 2 tahun yang selalu mengamalkan solawat NARIYAH sehabis sholat fardu!B I N G U N G B A N G E T…..!HILANG ARAH NE JADINYA…!
Assalamu’alaikum yaa ikhwah ..cukuplah kita beribadah dgn apa ya diajarkan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Assalamu’alaikum Wr Wb,
ayo saudara saudaraku kita tingkatlagi bacaan AL-QUR’AN kita, dan teruslah belajar tentang agama kita ini (Islam) Insya ALLAH kita akan menjadi umat pilihan, mari jaga ukhuwah. wasalam.
mantab terimakasih atas informasinya…tapi pak kyai saya minta asal usul shalawat nariyah itu, mohon diberitahukan di kotak komentar blog kami
Tugas MUI..Buku2 yg menganjurkan membaca shalawat nariyah tolong dilarang terbit
Kata “Nariyah”, artinya pengikut api (Penganut Agama Majusi). Jelasnya, nilai sholawat yang ada di dalam sholawat Nariyah mengandung unsur paganisme yang melecehkan aqidah yang benar, Muhammad Nabi diartikan sebagai penyebab segala galanya. Ini Talbis Iblis. Tidak ada seorang shahabat, tabi’in yang mengarang ngarang tentang sholawat, karena sighot sholawat dari nabi itu berangkat dari pertanyaan shahabat, dan kata Kaifa, potongan dari pertanyaan shahabat itu berarti sighat yang tidak boleh dirobah bentuknya.
Apakah benar sholawat nariyah itu yang pertamakali menyusun adalah syekh Nariyah yang termasuk sahabat Nabi, mohon dijelaskan!
Saya minta ijin untuk menyebarkan tulisan ini melalui blog saya, dengan tetap menyebutkan sumber aslinya. terima kasih
Ass.
Minta ijin untuk coppy shalawat nariyahnya
Ass.
Artikel yang sangat bermanfaat khususnya bagi saya, dan selanjutnya saya mohon azin untuk copy artikelnya untuk saya tempatkan di Blog saya yang kebetulan TEMANYA SHALAWAT&DOA
terimakasih memberitahukan hal yang belum saya mengerti.. sering2lah mengingatkan agar tidak sesat terlalu jauh..
sy mau tanya,jadi bacaan shalawat nariyah itu salah apa benar? karena selama ini saya selalu membaca amalan tersebut. mohon diberi petunjuk dan jawaban yg benar? terimakasih.Wassalam
@Denny
Kami rasa sudah dijelaskan kekeliruannya di atas dengan lapang dada dan hati yang bersih.
assalamualaykum,
syukron atas penjelasanya,sangat berarti sekali buat saya,karena memang masih dalam proses belajar,jadi memang ada yang tidak saya mengerti,tolong bisa lebih di jelaskan lagi,kira kira sholawat apa saja yang tidak termasuk bid’ah,biar saya juga tidak terlalu jauh memahami hal hal yang menyesatkan,jazakumullah khoir.
@saudaraku asri yg dirahmati Allah Ta’ala
sholawat yg tidak bid’ah alias yg shohih adalah sholawat Ibrahimiyyah yg diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pada para sahabatnya -ridhwanullahi ‘alaihi ajma’in- dengan kata lain itulah lafadz sholawat yg biasa kita baca pada saat duduk tahiyat dalam sholat :)
Asalamu’alaikum Wr Wb
Apakah penjelasan artinya memang benar seperti diatas atau cuman menterjemahkan saja. selama ini nga ada perdebadatan. yg pnting niat kita bershalawat….kita harus mencermati semuanya.
@ Sunu
Wa’alaikumus salam.
Kami harap mas Sunu bisa sebutkan arti sebenarnya jika bisa bahasa Arab. Yg penting bukan niat bershalawat saja, namun lihatlah sesuai tuntunan ajaran Islam ataukah tidak! Jika shalawat trdpt kesyirikan, bagaimana mungkin dikatakan shalawat yg syar’i?
Hanya Allah yg beri taufik.
Semoga apa yang Anda sampaikan benar..dan semoga kita termasuk orang2 yang dirahmati oleh Allah SWT..Amien!!
Buat tambahan, semua shalawat yang shahih dari Rasulullah, diajarkan oleh Rasulullah, semuanya bisa dibaca dalam shalat sewaktus tasyahud, nah apakah Shalawat seperti shalawat nariyah ini bisa dipakai dalam shalat waktu tasyahud?
Timbul pertanyaan “Kalau memang shalawat tersebut diajarkan oleh Rasulullah, tentu shalawat tersebut bisa dibaca didalam shalat”,
Nah apakah shalawat nariyah benar dari Nabi?
Silahkan pembaca renungkan dan jawab sendiri,
Mudah-mudahan bagi para pencari kebenaran bisa mengetahui tentang sesatnya shalawat nariyah ini…
sebagai warga NU saya akan selalu membaca sholawat nariyah, walaupun dikatakan salah……qt semua umat muslim adalah saudara, ALLAHU AKBAR…….
@ Ahmad
Inilah sikap orang yang taklid buta. Sudah tahu keliru, tp tetap aja diamalkan.
Hanya ALlah yang beri taufik.
Mari kita brtanya kmbli tntg amalan kita jk nabi tdk memernthkn jgpr shbt tdk mengamalkn mk kita jg jgn mengamalkan krn pr shbt adlh yg paling smgt dlm beramal
sungguh benar apa yg dikatakan oleh Sufyan ats-tsauri:
“al-bid’atu ahabbu ila iblis minal ma’syiyah, al-ma’syiyah yutabu minha wal bid’ah la yutabu minha”
bid’ah itu lebih dicintai iblis ketimbang ma’syiyat, sebab pelaku ma’syiyat akan gampang untuk bertaubat, sedangkan orang yg doyan bid’ah sulit bertaubat dari bid’ahnya, krn merasa benar dgn amalan bid’ahnya,
walau seribu dalil disampaikan tetap saja ngeyel dgn perbuatan bid’ahnya,
kecuali org-org yg dirahmati Allah dan menginkan kebenaran,
wahai saudaraku “ahmad” maukah anda membuka hati dan mengikhlaskan niat untuk mengetahui kebenaran,
insya’Allah anda akan memperoleh hidayah.
saya meu bertanya, kalo “Bihi” nya diganti “Biha” berarti artinya benar dan boleh dibaca (tidak mengandung kemusyrikan lagi) mohon penjelasannya
@mas ahmad,
Ya memang benar mas, kita semua muslim bersaudara tp walaupun begitu saya tidak akan bersepakat dengan anda untuk mengamalkan sholawat yg tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
Sesungguhnya apa yg kita amalkan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala nanti.
Ijin share y akh..soalnya banyak temen2 ana yang sering baca shalawat ini…
Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh.
Ustadz, bolehkah ana copy artikel ini kedalam catatan facebook ana, sebagai bahan renungan bagi yang baca..?
artikel yang bagus dan yaqin bermanfaat, semoga… Amien!
Terima ksih ats sarannya
اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك
Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka
pendapat saya :
jikalau saja shalawat ini pernah beliau (rasulullah saw) ajarkan kepada salah seorang sahabat, atau kelauarga beliau tentulah orang sekaliber Imam Bukhari, Imam Muslim atau Imam Abu Dawud dan para ahli hadist lainna akan meriwayatkan shalawat ini. ataukah ini hanya buatan orang-orang yang merasa “allahuma shalli ‘ala Muhammad, wa’ala ali Muhamad” (HR Muslim) kurang sempurna ???
alhamdulillah dengan ini saya bisa menambah pengetahuan
Di dlm al quran ada mengatakan,klu tdk krna engkau ya muhammad,takan ku jadikan langit dan bumi.bukankah nabi kita brgelar rohmatan lil alamin?,di al-quran pun dikatakan bhwa akan dtg suatu nur atau petunjuk,bukankah oleh sebab nur petunjuk(muhamad) itu,kita skg trbebas dr sgla ksulitan dan kegelapan,menurut sy salawat nariah tdk sirik sbb smuanya brjalan mmg atas kehendak allah tp allahpun menjdikan sebab trhdp sgla akibat.sdgkan nabi di sebut sbgai kekasih allah,jgn trlalu cepat memvonis sesuatu hal.krna tdk baik bg keutuhan islam.yg mengamalkan salawat nariah bkn dr kalangan awam saja,bhkan para syaikh2pun mengamalkanya,sebaiknya d bicarakan dlu ke ahlinya baru mevonis.
@ Feliiskandar.
Syaikh pun bisa keliru. Yang jadi patokan itu dalil.
@abduh
berarti tidak tertutup kemungkinan,syaikh yg mengatakan salawat nariyah sesat pun salah,bukan syaikh tsb diatas saja yg memekai dalil,tapi yang mengamal kan salawat nariyah pun pakai dalil.jadi bagaimana dgn dalil yg saya ajukan diatas
#Feli Iskandar
Semoga Allah merahmati anda, mohon baca artikel berikut:
https://muslim.or.id/tafsir/islam-rahmatan-lil-alamin.html
@ Feliiskandar
Kalimat antum ini jelas menunjukkan kejahilan antum lalu antum berani membantah keterangan Kibar ulama Syaikh Muhammad Zainu Jamil????…. di ayat mana di sebutkan kalimat antum tersebut? Sampai kiamatpun antum tidak akan temui. Maka jika ini saja antum sudah keliru besar bgmn bis antum tahu hal itu benar dan salah seangkan kesalahan sendiri antum tidak tahu?
Yang ada adalah petikan antum dari hadits palsu ttg nur muhammad yg berbunyi : ““Jika bukan karena kamu (Muhammad), Kami tidak (akan) menciptakan alam semesta”
Derajat hadits ini Palsu : sebagaimana yang dikatakan oleh Ash-Shaghani dalam Al Ahadits Al Maudhu’ah hal.7, As Suyuthi dalam Al-Laali(1/272); berkata Syaikh Al-Albani rohimahulloh : “Saya tidak ragu lagi bahwa hadits tersebut lemah.” Dan cukuplah sebagai dalil tentang kelemahananya karena Ad Dailami bersendirian dalam meriwayatkannya.” (Lihat Silsilatu Al Ahadits Ad Dha’ifah wa Al Maudhu’ah 1:282)
Selain itu matan (redaksi) dari pada hadits ini batil/sangat rusak, dikarenakan hadits ini bermakna bahwa Allah Azza Wa Jalla bergantung kepada makhluk-Nya (Rasulullah) padahal Allah azza wa Jalla tidak bergantung dan tidak membutuhkan pertolongan mahluk-Nya karena Allah adalah Dzat Yang Maha Sempurna dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebagaimana Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala yang artinya :
“Dan jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia Sendiri, dan Jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (Al An’am :17)
Allah menafikan (meniadakan) sifat-sifat seperti Jabbar (Yang Maha Kuasa) dari Rasulullah shollollohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana firman-Nya yg artinya:
“Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (QS. Al-Ghosyiyah:22)
.
Rasulullah shollollohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Janganlah kalian semua melebih-lebihkan aku seperti orang-orang Nasrani melebih-lebihkan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku ini adalah hamba-Nya maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya” (HR. Bukhari)
.
Makna hadits tersebut juga bertentangan pula dengan Firman Allah Tabaraka wa ta’ala bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan bukan karena Rasulullah shollollohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala yg artinya :
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.(QS. Adz Dzaariyat:56)
.
Lihat akhi… untuk membedakan itu hadits palsu saja antum tidak tahu bhk menyatakan sebagai ayat al qur’an.. Maka belajarlah dahulu akhi ttg Aqidah yang benar….
Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi.
@ Umai
Datangkan buktinya? Jangan asal berkata saja …
@mas Umai…
Benar mas, jgn asal berkata2 saja…coba mas datangkan buktinya kesini kalau syekh Nariyah itu hidup sezaman dengan Rasulullah. Coba mas Umai buka kitab2 tarikh dan kitab2 sirah Nabawiyyah, adakah nama syekh Nariyah disana yg menyebutkan bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi??? Kalau ia adalah salah satu sahabat Nabi, kenapa tidak ada namanya didalam shahih Bukhari, Muslim dan riwayat2 hadits yg lainnya? Kenapa kok sholawat Nariyyah yg digadang2 para pengikut sufi sebagai salah satu sholawat yg wajib dibaca, malah tidak ada didalam kitab2 shahih…?? Tanya kenapa??
Mohon dijawab ya mas, saya harap anda tidak lempar komen sembunyi tangan.
Semoga kita semua disatukan dalam aqidah yg murni dari nabi,dan truslah mencari kbenaran,walaupun hanya sedikit yg mau mencarinya,jika setiap orang yg dianggap menyelisihi tradisi itu wahabi,maka akulah wahabi
wahabi, agama baru…………..?
yang baru itu yang banyak bid`ah….kita mau islam kaffah. jangan takut mas andri meski kita asing dikampung Insya Alloh benar.
sholawat nariyah, tahlilan selamatan itukan barang dagangannya kyai kampung dan moden..
kasihan…jual agama. makanya banyak anaknya yang durhaka kepada Alloh.
Viva ahli Qur’an dan Sunnah, ahli bid’ah wal jama’ah semoga dapat hidayah Alloh, amin.
assalamualaykum
shalawat nariyah itu bukan dari Nabi Shalallahualaihiwasallam… isinya mengandung kesyirikan, jadi jgn diamalkan.
shalawat yg benar, “allahumma sholi ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad…dst.
silahkan baca sifat shalawat nabi shalallahualaihi wasallam.
Assalamu’alaikum ….,
Aku dah lama hidup di Brunei untuk kerja di sana, rupanya shalawat nariyah pun masyhur di amalkan di sana, ada juga shalawat tafrijiyah dan shalawat2 bid’ah lainnya. Amalan bid,ah lain juga ada yaitu tahlilan selamatan kematian. Tapi alhamdulillah ada sudah ku temukan segelintir orang yang mulai mengenal manhaj salaf dan breusaha mengamalkannya..
Aku rasa sedikit susah untuk menambah ilmu ngaji langsung dari ustadz2 yang bermanhaj salaf di sana karena sedikitnya mereka, alhamdulillah muslim.or.id selalu dapat menambah ilmu saya walaupun via internet..
Ada yang mempunyai website2 ahlus sunnah??
syukron..
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Wa Maulaana Muhammad
Sesungguhnya orang2 beriman itu bersaudara, mari benahi dan satukan barisan untuk menghadapi musuh2 Islam Allahu Akbar!!
Assalamu’alaikum.
Bgmn cara mngingatkan sdr2 kita,bahkan org tua,yg msh
Mengamalkan shalawat ini dmesjid tiap malam jumat?
#Cecep
Wa’alaikumussalam. Jelaskan kepada orang tua dengan bahasa yang mudah dipahami, lebih baik lagi jika bisa menyampaikan dalil dan perkataan para ulama. Sampaikan dengan lemah lembut dan tidak terkesan menggurui. Disamping itu perlahan-lahan kenalkan orang tua dengan amalan-amalan harian yang berasal dari dalil yang shahih. Semoga Allah memberi taufik.
Adab saat menasehati orang tua harus lebih baik dibandingkan menasehati orang lain krn sbgmn kitapun dahulu tdk mengenal manhaj ini mk mereka sejak kecil sampai tua telah tertanam kecintaan kpd suatu amalan yg mereka anggap itu baik tentu lebih sulit berubah kecuali atas hidayah Alloh. Ustadz Abdul Hakim pernah menasehati agar kita lebih beradab kpd mereka, penuh kelembutan dan kesabaran yg berlipat. Cari waktu yg luang dan saat mereka sedang senang. Sering bawakan mereka hadiah saat berkunjung atau ajak jalan2 dan belikan apa yg mereka sukai sesuai kemampuan kita. Ambil dahulu hati mereka. Perlihatkan bhw kalian anak yg berbakti dan sangat menghormati mereka saat telah mengenal manhaj salaf. Lalu sedikit demi sedikit jelaskan atau sering diajak membaca kitab2 para ulama sunnah. Jangan terburu-buru atau merasa kesal jk mereka sulit mengerti dan sulit menerima. Jangan pernah tinggalkan mereka krn putus asa. Selalu doakan mereka kpd Alloh dg kebaikan dan diberikan hidayah…
Memamng hal ini sangat sulit namun bukankah kita ingin manusia yg kita muliakan dan cintai itu selamat di dalam Islam dg mengamalkan amalan2 yg benar… Jadi sabar-sabar dan sabar
hanya allah lah kita menyembah dan kepadanya kita kembali, tiada daya dan upaya kecuali pertolongan darinya. semoga allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia kepada setiap mukmin di dunia. ALLAHUAKBAR……..
Sekali Lagi,, untuk membantu Ayahku !!! Apakah Aku tidak Bisa .. KALIAN MELARANGKU UNTUK MEMBACA TAHLIL !!! DIMANA DIDALAMNYA ADA DOA<< ALQURAN> ! KAlau kalaian mUSLIM<< TOLONG DIJAWAB AGAR AKU BISA TAHU APA YANG BISA AKU LAKUKAN UNTUK Alm. AYahku !!1
#I’rof Latif
Imam Asy Syafi’i melarang kumpul-kumpul di rumah keluarga jenazah setelah pemakaman. Bahkan para sahabat menggolongkan hal tersebut sebagai An Niyahah. Sedangkan An Niyahah dapat memperberat adzab si jenazah di alam kubur.
Hal yang bermanfaat bagi ayah anda:
– Lunasi hutang2nya
– Jadilah anda anak yang shalih, yang meninggalkan larangan agama dan menjalankan yang diperintahkan agama. Selama anda demikian, pahala terus mengalir kepada ayah anda
– Perbanyak mendoakan dia, tidak harus di makamnya, karena Allah Maha Mendengar doa anda.
– Hendaknya anda menyempatkan diri berziarah ke makamnya.
sy telah mengetahui bahaya An Nihayah. dan secara tersiratpun Org tua sy jg mengetahuinya. Tetapi adat kampung sy sangat kental dg tradisi kenduri arwah (kumpul2 bareng lalu membagi2 makanan pd H+3, H+7,40,100,1000,stelah kematian seseorg, dst) tsb.Apakah boleh misalnya pd saat hari2 tsb, sy ganti acaranya dg Majelis Ilmu, lalu sy berikan hadiah semisal buku2 agama pd org2 yg hadir ? Apakah itupun masih termsk An Nihayah jg ? dan apakah ustadz2 “web muslim” ini ada yg mau bersedia mengisi kajian di hr tsb & kontak personnya dg siapa? . Jika sy tinggalkan tradisi tsb, maka saudara2 & tetangga pasti menghukumi sy sbg anak yg tdk berbakti pd Orang Tua. Akan tetapi bila sy lakukan tradisi tsb, maka Orang Tua yg sy tujukan acara tsb akan diadzab di alam kubur. Mohon nasehatnya, krn sy dlm kebimbangan & rasa tdk tenang dlm hal ini.
Jazakumullah Khoiron. Yadi, Kudus.
#Yadi
Adat yang bertentangan dengan syariat agama, tidak diperbolehkan bagi kita untuk ikut. Kecuali keikutsertaan anda untuk menerangkan akan tidak bolehnya acara tersebut dalam agama kita, dengan catatan, tidak menimbulkan fitnah. Demikian juga tidak boleh mengganti pas acara kenduri tersebut dengan kajian atau majlis ilmu lainnya. Karena dikhawatirkan hal ini masuk dalam mengkhususkan waktu tertentu (yang tidak ada dalilnya) untuk ibadah (majlis ilmu), misal anggapan bahwa malam jum’at itu afdhal untuk pengajian, meskipun asalnya majlis ilmu itu boleh.
Maka hendaknya anda tidak ikut acara kenduri tersebut dan memberi penjelasan kepada keluarga dan tetangga anda dengan cara yang baik, bersabar diatasnya dan mendoakan mereka supaya mengetahui islam yang benar sebagaimana yang Nabi dan para sahabat ajarkan. Wallohua’lam
kalau kita lihat arti dari ayat Surat Al-Ahzab (33) ayat 56 (pasti sudah tau semua). pada ayat tersebut kita di minta sebagai orang – orang yang beriman untuk bershalawat kepada Nabi.
disebutkan orang-orang beriman. lalu siapa orang beriman tersebut apakah untuk orang yang pada saat nabi ada saja (manusia2 pada zaman Nabi SAW) atau untuk orang2 yang beriman pada dari zaman nabi sampai dengan sekarang dan sampai hari akhir..
kalau menurut pendapat saya ayat tersebut berlaku sampai hari akhir.
dan salahkah bila aku bershalawat kepada Nabiku yang Penyantun…
apakah tidak malu ke pada Allah Yang MAHA PERKASA lagi MAHA KUAT yang telah bershalawat kepada NABI MUHAMMAD SAW dan Juga Para MALAIKAT yang selalu berbuat kebaikan bershalawat kepada NABI SAW…
apakah anda Cinta kepada Nabi Muhammad SAW?? bila orang telah cinta kepada seseorang pasti menyebut2 nama yang di cintainya…
begitu juga dengan orang yang bershalawat kepada Nabi SAW..karena pada shalawat banyak disebutkan Nama – Nama Beliau….
mungkin anda tidak setuju dengan hal ini…
tapi bagaimana bila Nabi SAW pada AKhirat nanti menolak anda sebagai umatnya karena anda menolak untuk bershalawat padanya…
mohon maaf sebelumnya bila pendapat saya ini menyinggung perasaan saudara….
“Firsan Sufi Lubis”
#sufi
Bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah amalan mulia. Sedangkan shalawat nariyah adalah bid’ah.
alhamdulillah…. sblmnya aku jg sering mengcpkan shalawat nariyah…skrg udh tahu,jd g ragu2 lg utk tdk melafalkannya
izin share
syukron
aku org biasa bukan ulama or pinandito…cma bsa ngikut ulama yg arip bijaksana jauh dr iri dengki adu domba
@ Sufi
kenapa kita pelit mengucapkan sholawat kepada Nabi shg harus disingkat SAW yg tdk ada artinya? kenapa lengan ini malas menuliskan shollollohu ‘alaihi wa sallam???? padahal kalian mengkaliam mencintai Nabi dg sholawatnya????
Mengapa kita tdk melihat Nabi ketika menafsirkan ayat yg memerintahkan sholawat kpd beliau? Mengapa bukan perbuatan sahabat yg ahli bhs arab dan fasih serta ahli syair yg tiada duanya, ketika turun ayat ini mereka tdk jumawa membuat sholawat sendiri ttp bertanya kepada Nabi Muhammad Shollollohu ‘alaihi wa sallam? Lalu mengapa kita tinggalkan ajaran nabi ttg sholawat kpd beliau sbgmn yg biasa kita ucapkan di dalam sholat? Lalu kita buat sholawat yg maknanya berisi kesyirikan???
Masya Alloh. . mereka ingin meninggikan sesuatu namun tidak tahu caranya shg yg timbul adalah merendahkan Nabi krn menyamakan beliau dg Alloh dalam beberapa keadaan pdhl ini jelas suatu kedustaan yg beliau shollollohu ‘alaihi wa sallam megingkarinya. . .
Sebuah amalan yang dianggap ibadah, hukum asalnya, menurut ushul fiqih, adalah haram. Entah itu shalat, shalawat, dzikir, dsb. Setiap yang haram akan tetap haram kecuali ada dalil yang menghalalkannya.Setiap ritual ibadah, apapun bentuknya, adalah hak preogatif Pembuat Syari’at untuk membuatnya. Baik dari segi bentuk, waktu, tempat dan caranya. Tidak ada yang boleh mengambil hak ini, syahdan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sekalipun. Jadi kalau kita sebagai manusia (biasa)membuat dan melakukan satu bentuk ritual ibadah (atau satu jenis syari’at baru), maka samalah artinya kita mengangkangi hak Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai Pembuat Syari’at.
Kembali kepada shalawat Nariyah, Tafrijiyah atau apapun namanya, mari kita lihat apakah shalawat-shalawat ini ada suruhannya yang disampaikan oleh Pembuat syari’at kepada kita melalui Pesuruhnya (Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam)?. Kalau shahih dari Beliau, silakan lakukan; tetapi kalau tidak, segera tinggalkan. Apalagi kalau shalawat-shalawat dan ritual-ritual tersebut hanya buatan manusia biasa, tidak peduli mereka itu bergelar ulama, kyai, kyai haji, habib, syech, Profesor, Doktor Agama Islam, dsb. Tinggalkan!. Walaupun banyak yang melakukannya. Belum tentu perkara/ritual ibadah yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah benar. Melakukan yang sedikit, tetapi shahih datang dari Allah Subhana wa ta’ala, jauh lebih baik daripada melakukan yang banyak tetapi buatan manusia yang tidak ada suruhannya.
Wassalam,
Sesungguhnya yg benar telah nyata, dan yg sesat telah nyata pula…
melihat komen2 di atas, nampak mana yang berilmu dan mana yg jahil & taklid buta
Assalamu’alaikum.Numpang nanya nih.Bagaimana kalau kita mendengarkan/memutar musik/lagu sholawat dengan tujuan cuma sekedar hiburan tanpa ada tujuan yang lain(beribadah).Mohon pencerahannya. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Wa’alaikumus salam
@ Iqbal
Coba renungkan artikel berikut dg seksama:https://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/saatnya-meninggalkan-musik.html
Semoga Allah beri taufik.
ass… Kita umat muslim yg ingin mencari kebenaran sbaiknya berhati2, krn sedikit kemusyrikan di dalam hati disadari atw tdk, tidak ada ampun kec bertaubatan nasuha.. Jk memang sdh jelas dan nyata itu musyrik, lebih baik hindari, jika ragu, tinggalkan, apalagi rasulullah dalam riwayat tidak mengajarkan, kembalilah hanya kpd quran dan hadist.
Yg sy ketahui, shalawat yg diajarkan rasul ada shalawat ibrahimmiyah, lalu apa ada lagi selain itu? Untuk share dan menambah wawasan…
Lebih baik sedikit tapi benar dr Allah daripada bermacam2 jenis shalawat tp rasulullah tdk ajarkan, astaghfirullah…
to dennibtw, 9 June 2010 @5.54pm
Menyerahkan segalanya kepada Allah, tidak sebagaimana tradisi manusia ketika menyerahkan sesuatu kepada seseorang, lantas kita tidak bertanggung-jawab lagi kpd sesuatu itu,namun kita tetap bertanggung jawab thdp apa yg kita serahkan itu. Itulah perlunya ilmu. Allah tidak akan turun ke bumi menemui Anda untuk berserah-terima. Sebagaimana ayat QS41:30; Artinya: Sungguh orang-orang yg berkata (berdo’a): “Ya Allah, ya Tuhan kami”, kemudian mereka beristiqamah (berusaha keras berada pd pendiriannya), maka akan turun para malaikat (mengatakan):”Janganlah engkau takut dan bersedih hati, berbahagialah (kelak)dg kesenangan sebagaimana telah dijanjikan kpd-mu”. Pertanyaannya; Sudahkah/pernahkah Anda kedatangan malaikat yg mengatakan ungkapan seperti itu?. Selamat mengkaji.
cukuplah bagiku sholawat yang diajarkan Nabi sebagai wujud kecintaanku kepada beliau. . . bukankah bukti seseorang mencintai itu adalah dia menyukai dan mengikuti apa yg diucapkan dan dilakukan yg dia cintai tsb????
Ueleh-weleh2x sekarang sy baru tahu kalau syalawat nariyah itu bid’ah, kasihan amat sy, niatnya ingin beribadah dgn mengagungkan Rasululloh eh kenyataAnya mlh syirik. semoga Allah mengampuni dosa2sy dan menunjuki jln yg bnr didlm beragama..amiin. Kalaulah diriku ini merasa bth dgn kebodohan, manalah mungkin ku tahu kalau syalawat nariyah itu bid’ah, kalaulah hobyku tetap hanya mau ber taklid [tapi tdk mau ber i’tiba] mana mungkin ku bisa tahu hadis tersebut sohih atau tdk.
# Antum : Inikan forum bidang agama. Yg disini sesama muslim lg. Muslim dg nasrani aja bs saling menghormati masa sesama muslim gak bisa. Berbeda pendapat itu biasa, namanya juga forum. Mbok ya bahasanya jangan seperti bahasa di pasar kalau ada yang berbeda. Walaupun ini adl dunia maya, tetapi juga ada tata kramanya dalam berbahasa. Bukan begitu mas/akh/mbak/ukh pengelola situs ini ?
Asslm… Ustadz, Sebenarnya boleh tidah shalawat itu sambil dilagukan ?
#Mas Pam
Wa’alaikumussalaam warahmatullaah. Tidak ada tuntunannya melagukan shalawat. Shalawat itu adalah do’a. Ucapkanlah shalawat sebagaimana mengucapkan do’a. Semoga Allah menerima amal-amal shalih kita.
tolong jangan saling menyalahkan.
Memang kita di suruh bersolawat kepada nabi Muhamad, tapi adakah hadist yang jelas2 meriwayatkan bahwa sholawat nariyah itu pernah diajarkan Rosul ( nabi muhammad )untuk mendatangkan rejeki / menjauhkan dari bencana ???????? . semoga kita termasuk orang2 yang d beri petunjuk jalan yang benar (seperti jalannya nabi Muhammad SAW)
Saya ingin bertanya, kalau saya membaca shalawat Nariyah apakah saya berdosa? bagaimana status saya apakah syirik dan menjadi kafir, atau fasik, munafik?
menurut teman-teman, lebih salaf manakah antara Ibnu Taimiyah dengan salah satu dari Imam berikut ini: Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik, Imam Abu Hanifah?
Syukron
#Derajatm
Bershalawat dengan shalawat Nariyah adalah perbuatan bid’ah dan bid’ah itu terlarang, bahkan beresiko terjerumus dalam kemusyrikan. Namun pelakunya, belum tentu ahlul bid’ah, belum tentu musyrik apalagi kafir. Dalam Islam, vonis ahlul bid’ah, musyrik atau kafir itu tidak sembarang. Walau demikian bershalawat dengan shalawat Nariyah tetap terlarang.
Artikel di atas tidak menyinggung Ibnu Taimiyah, kenapa anda menanyakan demikian? Mereka semua ulama salafushalih. Dan perlu diketahui Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik, Imam Abu Hanifah tidak ada yang mengajarkan shalawat Nariyah.
assalamu’alaikum ustadz,
sy pnh membaca bbrapa kali tntang shalawat tsb,ya memang bid’ah..alhamdulillah sy tdk pnh mengamalkanya..
Yang sya minta sya pnh mmbaca hadist shohih disitu tdpt shalawat yg diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam namun rupanya saya lupa.mhon dtampilkan shalawat yang shohih menurut hadist..syukron jazakumullah khairan katsiro..
#hara
Wa’alaikumussalam,
Lafadz shalawat yang shahih adalah sebagaimana yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Ada beberapa lafadz, diantaranya dalam hadits berikut:
“Dari Abu Humaid As Sa’idi, bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?’. Rasulullah bersabda: ‘Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(HR. Bukhari 3369, Muslim 934)
sbenernya boleh ngmalkan sholawat nariyah Nggak sih. . . .
cz sholawat nariyah sering tak buat dzikir. . .
@ Iwan
Silakan baca dengan seksama dan merenungkan kembali tulisan di atas. Moga Allah beri taufik.
Benarkah Pengarang Shalawat Nariyah adalah seorang sahabat Nabi?
Dalam sebuah tulisan di internet, disebutkan:
Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.
Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.
Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat. (http://www.indospiritual.com)
Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau.
Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama.
Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas :
1. Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ?
2. Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ?
Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya’ karya al-Hafizh Abu Nu’aim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Isti’ab fi Ma’rifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn ‘Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani (773-852 H).
Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??
Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta ‘gelar’ syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan ‘gelar’ syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga.
Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya.
Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi !
Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian.
Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H) dalam al-Fishal (Lihat, al-Fishal fi Al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal (2/221).) dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).( Lihat, Majmu’ al-Fatawal (1/9).)
Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam mukadimah Shahihnya (1/15))
(Dinukil dari majalah As-Sunnah edisi 06/Thn. XIV/Dzulqa’dah 1431H/Oktober 2010)
Maka, barangsiapa yang menyatakan bahwa shalawat Nariyah berasal dari seorang sahabat Nabi yang bernama Syaikh Nariyah, maka hendaklah ia mendatangkan bukti yang bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan agama. Jika tidak, maka janganlah ia berkata tanpa dasar ilmu.
Betapa banyak kaum muslimin yang meyakini demikian, khususnya di kalangan Nahdhiyin. termasuk saia dulu. Akan tetapi kebenaran tetaplah kebenaran. Ia lebih berharga dibandingkan harus ta’ashub kepada NU. Allahua’lam.
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah,
Saya baru menemukan website dan artikel-artikel yang bagus menurut saya dan bisa memberikan pendalaman ilmu tentang Islam. Saya hanyalah moslem awam, meski sudah sejak lahir saya Islam, tp saya merasa masih dangkal pengetahuan tentang Islam dan akhir2 ini saya sedang tertarik untuk mendalaminya, sedikit demi sedikit.
Namun sungguh terenyuh hati ini melihat perdebatan2 yg sering muncul seperti hal-nya diatas. Entah menurut anda sekalian, tapi menurut saya hal2 seperti inilah yg mendasari perpecahan umat Islam.
Perlu kita ingat semua saudaraku,meski kita bukan sedarah, se-ayah atau se-ibu, tp selagi dalam hati kita di ikat oleh kalimat “la ilaaha illallahu”, maka kita adalah saudara.
Sebagai saudara, memang kita disunahkan (bahkan mendekati wajib) saling mendo’akan bila jauh, silaturahmi jika berdekatan, mengingatkan akan hal-hal yg buruk, dan saling mengajak pada kebaikan. tapi semua hal tsb tentunya haruslah menghindari adanya perpecahan. Karena melakukan hal yg sunnah tentu tak boleh melanggar hal yang wajib. Dan sudah kita ketahui bersama Allah mengharamkan surganya untuk orang yang memutus tali silaturahmi, dan tentunya lebih parah kalo kita menyebabkan adanya perpecahan umat yang artinya lebih banyak tali silaturahmi yang terputus.
Untuk itu saya hanya bisa ingatkan, sah-sah saja kita kasih pendapat, boleh saja kita kasih masukan. namun jangan terkesan menyalahkan apalagi memang berniat menyalahkan, jangan pernah merasa paling benar dan apalagi saling memojokkan pihak2 yang tidak sepaham. Sungguh saudaraku, Allah yang maha benar… Allah yang maha suci…
Tentunya didalam agama kita juga mengatur tatacara ber-ijtihad, bagaimana menghadapi perbedaan, bagaimana menyampaikan pendapat dan lain sebagainya tanpa menimbulkan perpecahan. Coba kita sampaikan dengan bahasa sebaik-baiknya dan selembut2nya, karena Islam adalah agama yang penuh kelembutan. Dan Nabi Muhammad sendiri menyebarkan Islam dengan kelembutan bukan peperangan. Dan jika pendapat kita tidak diterima… maka janganlah bersakit hati dan jangan pula memaksakan pendapat. Setiap orang berhak dengan keyakinannya masing2… karena itu adalah hubungan manusia dgn Rabb-nya.
Sungguh mohon maaf, saya tidak bermaksud menggurui, karena tentunya ilmu Islam saya masih dangkal. Meski saya memang meyakini salah satu pihak yang diperdebatkan diatas, tapi tetap saya coba untuk berada pada posisi netral. Saya hanya mencoba mengingatkan saja, mohon maaf jika ada salah kata2.
Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan dari pengajian2 yang saya ikuti. 6.5 milyar penduduk bumi dan masih 1 milyar yang mengenal Islam, tentunya adalah kewajiban kita untuk mengenalkan sisanya. Karena semua manusia berhak untuk mengenalnya. Sudah sering kita promosikan diri kita, teman kita, perusahaan, barang dagangan kita dan lain sebagainya lewat internet. Marilah kita promosikan juga Allah, Agama-Nya, Rosul-Nya, Kitab-Nya dan Aqidah-Nya. Mungkin hal ini lebih penting dari pada kita berdebat yang berujung pada perpecahan. Allahu akbar…
Wassalamu’alaikum
Nice comment,izin copas..
Hanya dari Allah SWT kebenaran itu datang nya…dan contoh yang baik adalah melihat, mendengar & membaca sunnah Rasulullah SAW
Assalaamu’alaykum.
Hukum asal ibadah adalah terlarang sebagaimana yang telah ma’ruf. Oleh karena itu kita membid’ahkan Yasinan, Tahlilan, dll karena salah satu sebabnya adalah ini termasuk bid’ah idhafiyyah. Begitu juga dengan maulid Nabi yang kita katakan sebagai bid’ah Haqiqiyyah walaupun para penggemar maulid berdalil dengan dalil2 umum semisal kecintaan kepada Rasulullah, dll maka diadakanlah maulid.
Nah, Lalu bagaimana dengan kita yang dicap Wahabi oleh mereka yang terus2an menulis lafazh shalawat seperti “shallallahu’alaihiwasallam” setelah penulisan nama Rasulullah dalam karya tulis kita misalnya. Apakah ini bid’ah? Apakah pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat mengenai hal ini? Apakah ada dalil khusus dalam hal ini? Bukankah yang diperintahkan adalah mengucapkan shalawat -bukan menulis- ketika nama Rasulullah disebut -misalnya-? Bukankah Rasulullah ketika mengirim surat ke Heraklius beliau tidak mencantumkan lafazh shalawat di belakang nama beliau?
Mohon dijawab. Ana sangat membutuhkan jawaban atas hal ini. Perlu anda ketahui -kalo anda kebetulan belum tahu- bahwa kalangan Mukhalif ‘berargumentasi’ dengan hal ini untuk melegalkan bid’ah mereka. Mereka berkata -yg intinya- bahwa Wahabi pun melakukan bid’ah semisal penulisan lafazh shalawat setelah nama Rasulullah dalam karya tulis mereka.
Jika antum mampu tolong hilangkan syubhat ini dari ana sebab sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz -yang kucintai/hormati- Abu ‘Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi bahwa menghilangkan syubhat dari seorang muslim sama dengan menghilangkan beban dari dirinya maka semoga Allah mengurangi beban anda di Hari Kiamat kelak.
#Ibnu Saleh
Wa’alaikumussalam. Silakan anda buka kitab-kitab hadits apa saja, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan At Timridzi, dll, anda akan senantiasa menemukan tulisan shalawat setelah penyebutan nama beliau.
Orang-orang yang membenci sunnah pun sebenarnya melakukan hal tersebut namun mereka sering menyingkatnya menjadi SAW, dan ini kurang beradab kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Virus taklid buta telah melanda ummat ini, ummat lebih percaya dengan perkataan kyai-nya meskipun telah datang dalil shohih kepadanya.
Na’udzublillah…
aku baru tau nih solawat nariyah ternyata enngak boleh yaa,.alhamdulillah aku dapt hidayah dari allah.,oh yaa sobat2 yang tau tentang murninya akidah tolong kirim apapun dech yang berisi topik2 aqidah murni.dan semoga allah memberi pahala buat kalian,dan melancarkan rizki buat kita.amin
@elmander: betul….betul….betul….
tanpa hadist-hadist yg shahih dan hasan dan tidak pernah di anjurkan Rasulullahn SWT dan di kerjakan oleh para sahabat, dan generasi setelahnya jgn d lakukan ….
Ya Allah…mohon bimbing kami memilih yang benar dan meninggalkan yang batil…amin
Ustadz Firanda menjawab :
@Ibnu Sholeh :Walaikumsalam
Berikut jawaban ana yang singkat (namun mohon maaf ana belum sempat melihat lebih lanjut perkataan para ulama tentang hal ini, mengingat waktu yang sempit) : Penulisan shallallahu ‘laihi wa sallam bukanlah bid’ah dari beberapa segi :
pertama : Surat yang ditujukan Nabi kepada Heraklius atau raja- raja yang lainnya adalah surat yang ditujukan Nabi kepada orang kafir. dan kita tahu bahwasanya orang kafir tidak disyari’atkan untuk bersholawat kepada Nabi. Nabi menulis surat kepada mereka agar mereka beriman. Oleh karenanya dalam perjanjian Hudaibiyyah bahkan Nabi menghapus kalimat Rasulullah atas permintaan kaum kafir Quraisy, sehingga Nabi hanya menulis Muhammad bin Abdillah.
Kedua : Kita mengikuti sunnah Nabi bisa dengan contoh perbuatan nabi atau dengan perkataan nabi meskipun tidak ada dalil yang shahih tentang praktek Nabi. sebagai contoh, Nabi menyunahkan seseorang untuk sholat isyrooq (yaitu setelah sholat subuh duduk menunggu hingga matahari terbit lalu sholat dua rakaat), hal ini datang dalam perkataan Nabi, namun sepanjang sepengetahuan ana (afwan ana belum sempat mengecek, siapa tahu ana keliru) yaitu tidak ada dalil yang shahih yang menunjukan praktek Nabi tersebut. dan saya rasa contoh untuk hal ini banyak. Nah ini juga cocok dengan pertanyaan antum, dimana taruhlah Nabi pernah menulis surat kepada seorang sahabat muslim, lalu Nabi menulis nama beliau tanpa ada sholawat (meskipun setahu ana inipun tidak pernah terjadi) maka kita katakan meskipun secara praktek tidak dilakukan Nabi akan tetapi dalil yang shorih menunjukan bahwa Nabi menjelaskan orang yang bakhiil (pelit) adalah orang yang tidak bershalawat tatkala disebutkan Namaku.
Ketiga : Demikian pula disyari’atkan untuk bersholawat kepada nabi tatkala berdoa (sebagaimana dalam hadits) akan tetapi tidak didapatkan nabi mempraktekan hal ini. Sebagaimana pula dalam hadits yang shahih nabi mensyari’atkan untuk bersahlawat tatkala dalam halaqoh, akan tetapi tidak ada dalil yang menunjukann praktek Nabi akan hal itu.
Keempat : Para ulama tatkala menulis sholawat maksudnya agar orang yang membaca bersholawat kepada nabi, sebagai pelaksanaan perintah nabi. oleh karenanya tidak mengapa seseorang menulis nama nabi tanpa menulis lafad sholawat jika kemudian sholawat tersebut ia ucapkan dengan lisannya mekipun tanpa ditulis
kelima : Para ulama telah ijmak tentang disunnahkan menuliskan shalawat setelah penulisan nama Nabi. dan ijmak merupakan salah satu sumber dalil, meskipun tidak penah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kesimpulan : Menuliskan sholawat bukanlah perkara bid’ah karena ada dalilnya dan itu adalah praktek para salaf, dan itu merupakan ijmak para ulama. adapun dalil bahwa nabi tidak pernah melakukannya dengan bukti bahwa nabi tatkala menulis surat ke heraklius tanpa bersholawat maka itu merupakan pendalilan yang kurang tepat karena surat tersebut ditujukan kepada orang kafir yang tidak disyariat’kan untuk bersholawat, bahkan mereka tidak tahu bahwasanya Muhammad adalah seorang nabi. Adapun bid’ah-bid’ah yang ada maka sama sekali tidak pernah dipraktekan oleh salaf, dan tidak ada dalil khusus yang menunjukan akan hal itu, dan tidak ada ijmak ulama akan hal itu. semoga bisa dipahami
http://www.firanda.com/index.php/artikel/31/93
Bismillah
Tertarik dg komentar saudaraku Wisnu (23 Januari 2011) saya ingin mengingatkan bahwa Alloh ‘Azza wa Jalla telah mensyariatkan adanya amar ma’ruf dan nahi munkar. Bahkan menjadi sebuah kezaliman bila seorang muslim mendiamkan kesalahan saudaranya semuslim. Maka hendaknya semua pihak bersikap bijak dan dewasa dalam proses saling menasihati ini.Dengan adanya dialog, diskusi, saling bertukar pengetahuan berupa dalil-dalil Al Qur’an dan As-Sunnah yang tentu saja harus dilandasi niat IKHLAS dan bertujuan demi mencari KEBENARAN yang paling sesuai/mendekati dalil-dalil dan praktek yang dicontohkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya.
Tak mungkin dipungkiri bahwa praktek beragamanya Rosululloh dan para sahabat layak kita teladani dan telah terbukti mendapat barokah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala berupa tersebarnya dakwah Islam hingga luar Jazirah Arab, berwibawanya bendera Islam di mata negeri-negeri non-muslim kala itu. Dan perlu diingat bahwa para sahabat dan Nabi sendiripun senantiasa meluruskan kesalahan-kesalahan yg terjadi di kalangan masyarakat muslim kala itu agar kaum muslimin belajar dan memahami mana yang HAQ dan mana yang BATHIL.Tentu saja timbangan yang dipakai adalah ALQUR’AN dan As-SUNNAH SEBAGAIMANA YANG DIPAHAMI DAN DIPRAKTEKKAN OLEH ROSULULLOH TELADAN TERBAIK DAN PARA SAHABAT BELIAU yang rela mengorbankan segalanya demi tegaknya kalimat ALLOH di muka bumi. Sedikit menyitir perkataan seorang ikhwan : “Jangan kita suka benar sendiri, tapi ajaklah saudaramu agar kita benar bersama-sama” Barokallohu fiikum.
حديث: ((من جلس بعد صلاة الصبح يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلّى ركعتين كان له كأجر حجة وعمرة تامة تامة))؟[1]
هذا الحديث له طرق لا بأس بها، فيعتبر بذلك من باب الحسن لغيره، وتستحب هذه الصلاة بعد طلوع الشمس وارتفاعها قيد رمح، أي بعد ثلث أو ربع ساعة تقريباً من طلوعها.
——————————————————————————–
[1] أخرجها الترمذي في كتاب الجمعة، باب ذكر ما يستحب من الجلوس في المسجد بعد صلاة الفجر، برقم 535.
Assalaamu’alaykum.
saya memberanikan diri untuk bertanya kepada saudara-saudara seiman sekaliayan,
tolong berikanlah kejelasan tentang benar tidaknya atau boleh tidaknya membaca shalawat nariyah sebab secara tidak langsung artikel ini mengusik iman saya
sebelumnya maaf, saya hanyalah seorang mualaf yang mencari kebenaran
terimakasih
@Bapak Andre
Waálaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
Betapa senang hati kami karena Allah telah memberi hidayah kepada bapak Andre untuk memeluk Islam. Semoga Allah meneguhkan kami dan bapak Andre di atas Islam.
Bapak Andre yang kami hormati, perlu diketahui bahwa salah satu karakteristik agama Islam adalah agama ini merupakan agama yang paripurna (telah sempurna), tidak butuh penambahan apalagi pengurangan [Silahkan lihat surat al Maidah: 3]. Betapa banyak amalan-amalan ibadah yang telah dituntunkan oleh rasulullah shallallahu álaihi wa sallam dalam berbagai hadits yang shahih dan kesemua itu dipraktekkan oleh para sahabat beliau ridwanullah álaihim jamián. Kita sebenarnya tinggal mempraktekkannya.
Berangkat dari hal tersebut, para ulama menegaskan bahwa ibadah dalam islam bersifat tauqifiyah, berdasarkan dalil, baik dalil yang memerintahkan atau menganjurkan ibadah tersebut untuk dilakukan dan juga dalil yang menerangkan bagaimana cara ibadah tersebut dilakukan. Jika suatu ibadah memiliki dalil, baik dalil yang menganjurkan berikut menerangkan tata cara pelaksanaannya, maka dapat diketahui bahwa ibadah tersebut dituntunkan oleh rasulullah. Sebaliknya, jika keadaannya tidak demikian, maka ibadah tersebut dapat kita ketahui tidak dituntunkan rasulullah shallallahu álaihi wa sallam.
Terkait dengan shalawat nariyah, maka sampai saat ini kami belum menemukan shalawat tersebut tercantum dalam kitab-kitab hadits nabi shallallahu álaihi wa sallam, tidakpula kami pernah menemukan riwayat yang menerangkan para sahabat beliau mempraktekkan dengan membaca shalawat tersebut sebagaimana kaum muslimin di negeri kita ini mempraktekkannya. Hal ini belum memperhitungkan makna dari shalawat tersebut.
Walhasil, mengapa kita harus mempraktekkannya sementara nabi dan para sahabat tidak pernah menuntunkannya?
Terkait permasalahan ini, bapak Andre bisa membaca terlebih dahulu dua artikel di bawah ini
Agar Ibadah Diterima di Sisi Alloh
Dua Syarat Diterimanya Ibadah
assalamualaikum..
Awalnya, saya senang sekali dgn shalawat ini… tapi skrg saya RAGU, dan berniat meninggalkannya..
Saudara2ku, marilah kita gunakan logika sedrhana ini dlm membahas masalah shalawat ini yg sudah simpang siur :
1. Yg dibahas adalah ISI/BACAAN dlm shalawat, bukan baik-buruknya bershalawat. kesimpulan sederhana: shalawat itu baik, krn Nabi Muhammad membolehkannya
2. Dari perawi hadist2 terkenal spt Bukhari dan Muslim saja, tdk pernah menyebutkan mereka kenal dgn Syeikh Nariyah. Masa sih, selevel Bukhari dan Muslim gk kenal sama seorang Syeikh yg hidup di zaman nabi ??? level Syeikh gitu loh !!?? Kesimpulan sederhana : Diragukan sekali pernah hidup seseorang bernama Nariyah, yg jg seorang syeikh, mewasiatkan Shalawat ini kpd kaum muslimin.
3. Kalaupun benar ada seorang syeikh, bernama Syeikh Nariyah, yg hidup di zaman nabi, tolong jgn disebut dia sahabat nabi ! karena hidup di zaman nabi belum tentu menjadi sahabat nabi!
4. Shalawat ini sudah menjadi bahan perdebatan, alias abu2. kesimpulan sedrhana : didalam islam tidak ada yg ditengah2/abu2.. yg ada adalah yg haq dan yg bathil.. jika sesuatu itu meragukan/tidak jelas benar salahnya, maka lebih baik ditinggalkan
5. Ini khusus utk org yg CINTA BUTA. Nabi saja bilang, kalau kita ingin bershalawat, cukuplah shalawat spt yg kita baca dlm sholat. Kesimpulan sederhana : Sudah jelas2 nabi menganjurkan kita dgn shalawat yg sedrhana itu.. apakah itu msh tidak cukup ??? klu memang mau beramal/bertasbih.. apakah ayat Alquran yg jumlahnya ribuan itu tdk cukup jg utk diamalkan ??? jelas2 itu firman Allah.. Lebih baik baca Alquran daripada baca shalawat yg tidak jls kan ?? masuk akal gk sih ???
6. hal2 yg tdk jls spt ini adalah pintu masuk bagi musuh2 islam utk semakin menyesatkan kita.. berhati2lah.. jgn ikuti sesuatu yg tdk jls riwayatnya.. Cukup Alquran dan Hadist pegangan kita..
mohon maaf, bukan maksud menggurui, saya org bodoh, bukan santri, bukan Dai, apalgi Ustadz..
wassalam..
Ingatlah:
“Katakanlah (Muhammad) : “Apakah mau Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya (amalnya) dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Q.S Al-Kahfi :103 – 104)
Allah berfirman:”Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”(QS.Al Hasr:7)
“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda
”Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan nya tertolak.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim)
Dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu’.” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i]
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
Semoga kita semua mendapatkan hidayah dan petunjuk agar kita tetap berada dlm al haq
yang namanya shalawat itu do’a, kita mendoakan nabi Muhammad saw hakekatnya do’a itu kembali kepada kita sendiri, apakah setiap amalan harus selalu ada haditsnya? cukuplah shalawat itu kita anggap sebagai amalan baik, apakah ada masih ada yang menganggap bahwa mendoakan keselamatan kepada nabinya disebutkan keburukan dan kekafiran? saya rasa perintah mengamalkan kebaikan sudah cukup jelas itu perintah dari Rasulullah
#nandang
Iya pak, setiap amalan ibadah harus ada hadist-nya. Karena agama kita bukan buatan dan reka-rekaan manusia.
#arifsyah
– Islam itu luas ilmunya, maka mari pelajari lebih dalam lagi. Jangan meluaskan Islam dengan membuat-buat ritual dan ajaran baru. Karena agama ini bukan produk akal manusia.
– Bedakan antara tabarruk dan tawassul, keduanya belum tentu merupakan kesyirikan, masing-masing ada rincian hukumnya. Simak:
https://muslim.or.id/aqidah/tawassul-ibadah-agung-yang-banyak-diselewengkan-1.html
https://muslim.or.id/aqidah/tawassul-ibadah-agung-yang-banyak-diselewengkan-2.html
https://muslim.or.id/aqidah/tawassul-ibadah-agung-yang-banyak-diselewengkan-3.html
https://muslim.or.id/aqidah/tawassul-ibadah-agung-yang-banyak-diselewengkan-4.html
https://muslim.or.id/aqidah/ngalap-berkah.html
https://muslim.or.id/aqidah/hukum-tabarruk-kepada-orang-sholih.html
https://muslim.or.id/aqidah/meraih-berkah.html
waduuhh,, padahal sya btu sbulan ini mengamalkan shalawat nariah…
Trus klo shalawat munjiyat gimana?? Apa boleh atau termasuk bid’ah juga??
#maya
iya
mohon izin share
astaghfirullah ternyata memang benar,terdapat logika perantara dalam shalawa nariyah.
Assalmualikum
I request u to send me doas pls with all updates. Thanking you.
WASSALAM
Assalammualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Astaghfirullahaladzim, saya telah mengamalkan sholawat nariyah sejak lama, bahkan ketika menina bobokan anak saya pun saya membisikkan sholawat nariyah untuknya, bukan apa-apa tapi saya hanya ingin ruh anak saya mendengar yang baik2 dari ibunya.
Kesalahan saya yang sering menelan mentah2 informasi dari orang yang saya anggap lebih tahu. Seharusnya saya harus mencari tahu apakah keshahihan amalan/ibadah yang saya lakukan. Jujur saat ini saya merasa sangat bersalah dan berdosa dengan amalan satu ini yang sudah istiqomah saya lakukan setiap hari.
Semoga Allah mengampuni dosa2 saya, dan Alhamdulillah saya menemukan hidayah di bulan mulia, bulan Ramadhan yang selalu saya rindukan kedatangannya.
Jazakumullah Khairan Katsira
memangnya ada yah kata2 bid’ah dalam al-quran dan hadist ? sudahlah jangan mengkotak2an umat dg perbedaan2 dari dulu banyak ulama2 yang berbeda pendapat dan tafsir tetapi mereka yang bijak tidak akan menyerang lainnya dengan mengatakan mereka salah dan pasti masuk neraka yang bisa menentukan amal dan perbuatan kita hanya allah swt. saya tidak pernah mengamalkan sholawat nariyah tsb saya hanya paham mengapa suatu golongan sesama muslim menyalahkan lainnya dengan dalih ini bid’ah itu bid’ah apakah mereka tuhan yg bisa menentukan amal perbuatan seseorang. marilah kita mencari persamaan dalam ber agama jangan mengkotak2an, selalu memaki dan menyalahkan perbedaan sesama kaum muslimin agar kita menjadi agama yang damai dan tidak bercerai berai. wassalam
#ridho
Kata-kata bid’ah sangat banyak dalam hadits-hadits Nabi, karena yang pertama kali melarang bid’ah adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Ini bukti bahwa anda tidak mengilmui apa yang anda bicarakan. Saudaraku, jangan berbicara masalah agama tanpa ilmu.
Silakan simak:
https://muslim.or.id/manhaj/mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html
https://muslim.or.id/manhaj/mengenal-seluk-beluk-bidah-2.html
https://muslim.or.id/manhaj/mengenal-seluk-beluk-bidah-3.html
https://muslim.or.id/manhaj/mengenal-seluk-beluk-bidah-4.html
Ya Alloh… berikanlah aku petunjuk untuk memilah dan memilih, mana yg benar dan mana yg bathil.
Kutip dari Aqil Azizi :
“Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah.”
Buat yang hobi dengan sholawat ini perhatikan kalimat di atas “Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali…..
buka pikiran anda!
hilangkan kebencian anda!
kedepankan kebenaran!
jika anda ingin dianggap sebagai orang cerdas! Perhatikan uraian berikut!
Kata-kata “suatu malam” = “pada satu malam”= “semalam”
dibacanya sholawat nariyah 4444 kali. Taruhlah satu kali baca memakan waktu 20 detik, terus kita kalikan 4444 kali, menjadi : 88880 detik, kita bagi menjadi menit 88880 : 60 = 1481,33 menit, terus kita jadikan jam 1481,33 : 60 = 24,68 jam, pertanyaannya, mungkinkah dalam satu malam bisa membaca 4444 buah sholawat nariyah kalau ini bukan kedustaan belaka?
seandainya satu kali sholawat saja dibaca memakan waktu 10 detik, itu saja kita harus meninggalkan sholat wajib maghrib, isa, subuh, waktu tidur, buang air kecil, dll. Gimana? masuk akal bukan?!!
Jangan bimbang dan ragu, kalau dirimu tak mau dianggap dungu, kaya kebo kabotan sungu (seperti kerbau keberatan tanduk).
tausiah yang sangat berguna
Apa susahnya sih tinggalkan yang tidak ada tuntunanya, yang jelas-jelas sunnah saja kenapa sih? Islam ini Agama miliknya Allah azza wa jalla , Diciptakanya manusia inikan untuk ibadah, ibadahnya juga sudah ditentukan oleh Allah Azza wa jalla, ini hak prerogativnya Allah SAmpai NAbi muhammad shollawahualaihiwasalampun tidak punya hak ini, contohnya banyak dalam hadist lihat salah satu contohnya isra wa miraj diwajibkanya sholat ketika sudah selesai isra miraj apa rosul terus melakukan sholat dengantata caranya sendiri ? tidak Rosulpun menunggu perintah Allah yang dicontohkan oleh jibril dan diikuti oleh rosul
Assalamualaikum ustad,
apakah ada hadist yang apabila orang mengucapkan “Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam” dan dijawab Allahumma sholliwasallim, apakah ini termasuk bid’ah?
terimakasih atas penjelasannya
semoga kita selalu dalam lindungan Allah subhanawa ta’ala.
Ustadz, bagaimana dengan sholawat munjiyat? apakah ada contoh dari Rasulullah?
Tidak ada contohnya dari Rasulullah
kesimpulan diskusi ilmiah dengan rekan dari Al Azhar… hanya bisa disebut sebagai Madih nariyah / taziyyah… karena untuk menyebutnya sebagai “sholawat”… butuh dalil… pun jika mengatakan amalan tsb sebagai sunnah… butuh dalil…
.
karena tidak bisa menyebutkan dalil maka sepakat disebut “Madih Nariyah / Taziyyah”
( yang pengamalannya belum /tidak bisa disebut sebagai “sunnah” )
.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10153239294998630&id=691428629&_rdr
Umumnya di negeri kita, yang membaca shalawat nariyah adalah orang awam yang tidak paham maknanya. Maka insya Allah mereka tidak berdosa karena belum sampai ilmu kepada mereka. Namun tetap kita berusaha untuk menyampaikan ilmu ini kepada mereka.
Maaf, kalau sholawat jibril berarti termasuk bid’ah ya? Lafaznya “Sholallahu ‘ala Muhammad”
Saya tidak berani mengamalkan krna ragu, meskipun orang2 banyak yg merutinkan karena bacaannya sangat singkat
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Sumber https://rumaysho.com/10479-mereka-yang-memegang-bara-api.html
“Tetaplah menasehati kebenaran meskipun semakin sedikit bahkan hilang orang” yang membersamaimu”
Maasyaa Allah, syukron ilmunya ustadz, baarakallaahu fiikum