Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Keistimewaan para Rasul (Bag. 2)

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
7 Januari 2021
Waktu Baca: 5 menit
0
Keistimewaan Para Rasul
336
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pada pembahasan sebelumnya telah kami jelaskan lima poin keistimewaan para Rasul; diantaranya mendapatkan wahyu, Al-‘Ishmah, matanya tertidur namun hatinya tetap terjaga, mereka dimakamkan di tempat mereka meninggal, dan diberikan pilihan antara dunia dan akhirat ketika sakit. Silahkan simak pembahasan tersebut pada artikel Keistimewaan para Rasul (Bag. 1).

Pada penjelasan selanjutnya, akan kami lanjutkan poin keenam sampai kedelapan; diantaranya, jasad para nabi tidak bisa dimakan tanah, setiap nabi memiliki haudh (telaga), dan para nabi tetap hidup di kubur mereka. Silahkan menyimak ketiga ulasan berikut.

Daftar Isi sembunyikan
1. Keenam, jasad para nabi tidak bisa dimakan tanah
2. Ketujuh, setiap nabi memiliki haudh (telaga)
3. Kedelapan, para nabi itu tetap hidup di kubur mereka

Keenam, jasad para nabi tidak bisa dimakan tanah

Dari sahabat Aus bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Majelis ilmu di bulan ramadan

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

“Sesungguhnya hari Jumat adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik. Maka perbanyaklah selawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya selawat kalian disampaikan kepadaku.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana selawat kami disampaikan kepadamu, sementara Anda telah meninggal?”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ

“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan jasad para nabi atas tanah” (HR. Abu Dawud no. 1531 dan An-Nasa’i no. 1374, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Ketujuh, setiap nabi memiliki haudh (telaga)

Dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

“Sesungguhnya tiap-tiap nabi itu memiliki telaga, dan sesungguhnya mereka saling membangga-banggakan telaga siapakah di antara mereka yang paling banyak pengunjungnya. Dan sesungguhnya aku berharap menjadi orang yang paling banyak pengunjungnya” (HR. Tirmidzi no. 2443).

Hadis ini diperselisihkan status sahihnya. Dan di antara ulama yang menilai hadis ini hasan adalah Syaikh Ibnu Baaz dan Syaikh Al-Albani Rahimahumullah. Sehingga kita katakan bahwa nabi-nabi yang lain juga memiliki telaga. Meskipun demikian, telaga yang paling istimewa adalah telaga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapatkan suplai air dari surga.

Baca Juga: Kedudukan Iman kepada Para Rasu

Kedelapan, para nabi itu tetap hidup di kubur mereka

Dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الأنبياء أحياء في قبورهم يصلون

“Para Nabi itu tetap hidup di kubur-kubur mereka, mereka shalat di dalamnya” (HR. Abu Ya’ala dalam Musnad no. 3425).

Dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

“Aku melewati Musa pada malam aku di isra’-kan, yaitu di samping bukit merah, beliau  sedang salat di dalam kuburnya” (HR. Muslim no. 2375).

Jika telah diketahui bahwa para nabi itu tetap hidup dalam kubur mereka berdasarkan dalil wahyu (dalil naql), hal itu pun bisa dikuatkan dari sisi logika. Hal ini karena para syuhada juga hidup (di dalam kuburnya) berdasarkan dalil dari Al Quran. Sedangkan kedudukan para nabi itu lebih tinggi daripada kedudukan para syuhada (Fathul Baari, 6: 488).

Meskipun demikian, tidak boleh bagi kita untuk meminta sesuatu dari mereka, meskipun mereka tetap hidup di kubur mereka. Karena hal ini tidak pernah dilakukan sama sekali oleh para salaf. Perbuatan itu termasuk sarana menuju kemusyrikan dan juga menujukan ibadah kepada mereka, selain kepada Allah Ta’ala.  Berbeda halnya meminta kepada para Nabi ketika mereka masih hidup di dunia, hal ini bukanlah sarana menuju kemusyrikan (Qa’idah Jalilah fi At-Tawassul wal Wasilah, hal. 289).

Kehidupan para nabi di alam kubur adalah kehidupan di alam barzakh, yang kita tidak mengetahui bagaimanakah hakikatnya. Hal itu termasuk perkara gaib yang tidak Allah Ta’ala kabarkan kepada kita. Sehingga, kehidupan mereka di alam kubur itu berbeda dengan kehidupan mereka di alam dunia.

Dalam masalah ini, terdapat sekelompok orang yang tersesat, karena mereka menyangka bahwa kehidupan para nabi di alam kubur itu sebagaimana kehidupan mereka di alam dunia. Hal ini bisa dibantah dari beberapa aspek:

Pertama, seandainya para nabi itu hidup di alam kubur sebagaimana hidupnya mereka di alam dunia, maka seharusnya mereka berada di atas bumi (di atas tanah), bukan di bawahnya. Ini adalah sunnatullah yang berlaku atas makhluknya, bahwa orang hidup di dunia itu berada di atas bumi, sedangkan orang yang sudah meninggal di bawah bumi.

Kedua, terjadi perselisihan pendapat di kalangan sahabat dalam beberapa masalah, demikian pula umat Islam setelah generasi sahabat. Demikian pula, berbagai bidah muncul sepeninggal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya nabi itu hidup sebagaimana hidupnya di dunia, akan mudah bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berfatwa, menjelaskan kepada umat manakah yang sunah, dan manakah yang bidah, menjelaskan pekara manakah yang halal dan manakah yang haram.

Atau jika tidak demikian, maka ada kemungkinan yang lain, yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mampu untuk berbicara atau tidak mampu menjawab pertanyaan. Atau Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mampu bangkit dari kuburnya. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari kesesatan semacam ini.

Ketiga, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para rasul itu manusia biasa, mereka mati sebagaimana manusia juga mati. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)” (QS. Az-Zumar [39]: 30).

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 34).

Dan tidak terdapat dalil dari Al Quran dan As Sunnah bahwa mereka akan diutus kembali setelah meninggal dunia.

Baca Juga:

  • Penjelasan Hadits Doa Rasulullah Bagi Para Pemimpin
  • Jumlah Para Nabi dan Rasul

[Selesai]

***

@Rumah Kasongan, 17 Jumadil Ula 1442/1 Januari 2021

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

Disarikan dari kitab Al-Mabaahits Al-‘Aqdiyyah Al-Muta’alliqah bil Imaan bir Rusul karya Ahmad bin Muhammad bin Ash-Shadiq An-Najar, hal. 51-54.

Tags: Aqidahaqidah islambelajar aqidahiman pada Rasulkeistimewaan para Rasulkeutamaan para Rasulmengenal Rasulrasulrukun imantentang Rasul
SEMARAK RAMADHAN YPIA
dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta (2003-2005). Pendidikan Dokter FK UGM (2003-2009). S2 (MSc) dan S3 (PhD) Erasmus University Medical Center Rotterdam dalam bidang Virologi dan Imunologi (2011-2013 dan 2014-2018).

Artikel Terkait

Tabarruk

Tabarruk Kepada Jasad Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
27 Februari 2023
0

Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata, أنَّ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ أَتَى مِنًى،...

kesesatan

Kesesatan yang Paling Parah

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
17 Februari 2023
0

Firman Allah Ta'ala, وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن یَدۡعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا یَسۡتَجِیبُ لَهُۥۤ إِلَىٰ یَوۡمِ ٱلۡقِیَـٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَاۤىِٕهِمۡ...

tafsir tauhid

Memahami Tafsir Tauhid

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
13 Februari 2023
0

Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Selawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya,...

Artikel Selanjutnya
Hukum Memutus Bacaan Alquran

Hukum Memutus Bacaan Al Quran karena Ingin Berbicara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah