Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Fenomena smartphone
Smartphone, demikianlah julukannya, alat komunikasi yang mungil itu demikian akrabnya di genggaman jutaan kaum muslimin, dari anak-anak sampai bapak-bapak dan dari remaja putri sampai para istri pendamping suami, kakek-kakek dan nenek-nenek pun tidak ketinggalan, mereka akrab dengan benda yang satu ini. Di rumah-rumah, jalan-jalan, angkutan umum, kantor-kantor, dan di berbagai tempat yang lain -barangkali jika di rata-rata- hampir setiap setengah jam sekali, tangan bergerak mengambil smartphone, sentuh layar dan geser ke atas dan ke bawah. Apakah gerangan yang di baca? Macam-macam lah, demikian barangkali yang tercetus di benak Anda. Benar. Namun, mungkin kita sepakat, bahwa di antara yang terbanyak yang dibaca manusia adalah berita.
Dan istilah berita itu sendiri luas sebenarnya. Dalam KBBI disebutkan bahwa berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yg hangat; kabar. [2]
Dengan demikian, hakikatnya, berita tidak harus sesuatu yang bersumber dari wartawan, namun sesuatu yang bersumber dari sahabat, kerabat dan handai tolan pun juga bisa disebut sebagai berita.
Pada umumnya mereka tampilkan berita tersebut di berbagi blog dan media sosial, seperti facebook, twitter, dan yang semisalnya. Luasnya media untuk mengetahui berita ini semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan kaum muslimin untuk berakrab-akrab dengan barang yang satu ini, smartphone.
Sudahkah sesuai kebutuhan?
Sebagai seorang muslim, sudahkah kita berusaha untuk selektif dalam mengaudit aktivitas harian kita? Sudahkah kita berusaha memilah dan memilih jenis berita yang memang penting kita ketahui?
Sudahkah kita berusaha membedakan antara keinginan dan kepentingan? Sudahkah kita punya skala prioritas dalam mengurutkan tingkat kepentingan dan kebutuhan kita?
Jika memang berita-berita tersebut menjadi sebuah kebutuhan, sudahkah kita memberikan perhatian yang semestinya terhadap sebuah kebutuhan yang jauh lebih tinggi darinya, sebuah kebutuhan yang sifatnya lebih kita butuhkan daripada air dan udara. Alaa wa hiya (ketauhilah, bahwa ia adalah) Al-Quran.
Anda ingin mulia atau hina?!
Camkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به آخرين
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum dengan sebab berpegang teguh terhadap Kitab ini (Al-Qur`an) dan merendahkan kaum lainnya dengan sebab menelantarkan Kitab ini” (HR. Imam Muslim).
Nah sekarang, kembali kepada Anda, pilih yang mana?
Jika Anda bertanya Apa tujuan Al-Quran diturunkan, ini jawabannya!
Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به
“Al-Qur`an diturunkan untuk tiga tujuan: beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya” [3]
Ketika membuka layar smartphone menjadi hobi berat yang mengalahkan Tilawatul Qur`an,sehingga sepuluh menit untuk buka berita twitter terasa kurang, namun sepuluh menit untuk buka mushaf Al-Qur`an terasa lama, maka tunggulah akibatnya!
Sebuah ucapan emas
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
العادة تمنع أن يقرأ قوم كتاباً في فن من العلم، كالطب والحساب، ولايستشْرِحوه، فكيف بكلام الله الذي هو عصمتهم، وبه نجاتهم وسعادتهم، وقيام دينهم ودنياهم.
“Adat kebiasaan manusia menolak jika ada sekelompok orang yang membaca suatu buku dalam disiplin ilmu tertentu, seperti kedokteran dan matematika, namun mereka tidak ingin mengetahui makna/maksudnya, (jika demikian kenyataannya), bagaimana dengan kalamullah yang menjadi penyebab tercegahnya seseorang dari kebinasaan, penyebab kesuksesan, kebahagiaan mereka dan penyebab tegaknya urusan agama serta dunia mereka. [4]
Jika bagi banyak orang, mengikuti berita poilitik tentang penjelasan ,keterangan ataupun klarifikasi dari isu yang tidak jelas di smartphone merupakan perkara yang sangat dibutuhkan, maka bagaimana dengan penjelasan atau tafsir ayat Al-Quran yang kita baca setiap hari, sudahkah hati kita merasa lebih membutuhkannya melebihi kebutuhan mereka tersebut? jika tidak, tunggu akibatnya.
Apakah ini terjadi pada kita?
Sepuluh menit untuk buka facebook teman sekolah seangkatan terasa kurang, namun sepuluh menit untuk buka mushaf Al-Qur`an terasa lama. Sepuluh menit untuk berkomentar di whatsapp masih bisa disempat-sempatkan dua atau tiga kali dalam sehari, namun sepuluh menit untuk menghafal Al-Qur`an tiap harinya terasa gak ada kesempatan. sepuluh menit browsing “tafsir (baca: klarifikasi)” dari pernyataan politikus terasa menjadi yang seolah-olah harus tahu, namun sepuluh menit mencari tafsir dari firman Allah yang banyak tidak diketahui, terasa seolah-olah bukan menjadi kebutuhan.
Inilah Al-Quran, Wahai Pecinta Kalamullah!
Jika Anda bandingkan keutamaan-keutamaan Al-Qur`an dengan kehebohan-kehebohan yang ditawarkan smartphone Anda, maka sangat jauh perbedaan keduanya tentunya. Memang benar, kita tidak menutup mata bahwa smartphone sangat bermanfaat jika kita gunakan dengan baik dan kita dudukkan sesuai dengan kedudukannya sebagai alat bantu semata. Dan memang benar pula, bahwa smartphone juga bisa kita gunakan sebagai alat untuk membaca Al-Qur`an, bahkan mempelajari tafsirnya.
Namun, fitur-fitur yang ditawarkan di smartphone amatlah beragam, sehingga, kenyataannya banyak yang menggunakannya untuk perkara yang sia-sia dan menghabiskan waktunya, bahkan tidak sedikit orang yang menggunakannya untuk berbuat maksiat. Mereka lebih tertarik untuk akrab dengan smartphone daripada akrab dengan mushaf Al-Qur`an. Bahkan bagi sebagian orang, seolah-olah kebutuhannya terhadap smartphone melebihi kebutuhannya terhadap Al-Qur`an. Dan seolah-olah ‘keutamaan’ smartphone melebihi keutamaan Al-Qur`an. Barangkali hal itu tidak pernah mereka ucapkan dengan lisannya, namun sikap dan perbuatannya, bisa jadi menunjukkan hal itu.
Oleh karena itu, mari Anda kami ajak untuk merenungi keutamaan-keutamaan Al-Qur`an yang demikian banyaknya dan demikian besarnya. Kami akan tuliskan kelanjutannya di artikel “Antara Al-Qur`an dan Smartphone (bag. Ke-2,tentang Keutamaan Al-Qur`an)” insyaallah Ta’ala.
***
Catatan kaki
[1] Ponsel cerdas (bahasa Inggris: smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer.
[3] http://www.ibnothaimeen.com/all/books/article_17959.shtml
[4] (Majmu’ul Fatawa :13/332,dinukil dari Ushulun fit Tafsir,Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin ,hal.24).
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id
kalau saya cenderung bagaimana cara smartphone bisa dimanfaatkan lebih baik lagi. konten-konten seperti yufid, muslim.or.id, rumaysho.com dan lainnya itu harus diupgrade agar lebih mudah lagi seperti saat orang-orang akses aplikasi detik.com atau yang lainnya.
saya pernah download aplikasi muslim.or.id, ataupun rumahsyo. tapi entah kenapa tidak nyaman, kurang oke seperti lemot, sering hang dan lain sebagainya. aplikasi yufid lebih lumayan bagus.
mohon team buat aplikasi muslim dan rumaysho lebih baik lagi. kalau aplikasi oke, saya berpikir, dakwah pun semakin mudah diserap dah disebar.
Setuju, asal dalam penggunaan smartphone ,tetap memberikan perhatian yang sebaik-baiknya terhadap Kalamullah, Al-Qur`an dalam keseharian, ilman wa ‘amalan dan meninggalkan konten yg tdk brmanfa’at dalam menggunakan smartphone . Bukankah tujuan Muslim.or.id, Yufid dan rumaysho.com adalah mengajarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah agar bisa diamalkan?
Mnrt ana ini mmg permasalahan yg baru.
Adanya sarana mengaji lewat HP itu bisa jd adanya maslahat misal tulisan di HP bisa di atur ukurannya agar mudah sekali di baca.
Bahkan praktis bisa di baca d mana saja bahkan saat di kondisi gelap pun.
Mnrt yg ana alami, mengaji dalam HP itu jg tergantung dr Aplikasinya.
App Qur’an saya sgt berefek baik bg ana dlm mentaddaburi ayat krn berisi banyak tafsir dr Ibnu Katsir, Jalaludin, Kemeneg RI, dsbg.
Bahkan ana bisa membaca dgn fasih krn ada warna tajwid dan pengertian waqaf.
Ini tak sekedar mengaji tp banyak sekali edukasi n indeks tematiknya.
Bahkan ana sdh banyak sekali memberi tanda catatan pd ayat2nya yg ana ringkas dr tafsiran mnrt Ibnu Katsir (salah satu tafsiran Al-Qur’an terbaik).
Bahkan ana jg bisa memahami kosakata bahasa Arab sprti fi’il mahdi dsbg.
Demi Allah ana lbh bxk untungnya mengaji lewat HP ini d banding lewat mushaf sesungguhnya.
Kondisi yg di lema sprti ini ana serba bingung n sulit berganti memakai mushaf Al-Qur’an yg sesungguhnya