Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Mementingkan Dakwah atau Amal untuk Diri Pribadi?

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. oleh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.
24 Januari 2022
Waktu Baca: 3 menit
3
dakwah atau pribadi

Daftar Isi

  • Tidak Berlaku Umum
  • Tetap Memperhatikan Amal Pribadi

Manakah yang mesti dipentingkan apakah dakwah ataukah amal untuk diri pribadi?

Keutamaan dakwah di antaranya disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Suatu kaedah yang biasa dikemukakan oleh para ulama bahwa amalan yang manfaatnya untuk orang banyak lebih didahulukan daripada yang manfaatnya untuk individu.

Ibnul Hajj pernah berkata dalam Al Madkhol,

ولاخلاف بين الأئمة في أن الخير المتعدي أفضل من الخير القاصر على المرء نفسه

“Tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa kebaikan yang manfaatnya bagi orang banyak lebih utama daripada kebaikan yang manfaatnya untuk diri pribadi.”

Tidak Berlaku Umum

Kaedah di atas tidak berlaku secara mutlak untuk semua hal. Az Zarkasyi menyatakan bahwa kaedah tersebut hanyalah kaedah umum. Oleh karenanya Al Haitami menyatakan dalam Tuhfatul Muhtaj, “Kaedah yang menyatakan bahwa amalan yang manfaatnnya untuk orang banyak lebih utama daripada amalan yang dampaknya untuk pribadi saja, hanyalah kaedah umum. Karena ada amalan individu yang punya keutamaan seperti iman. Iman di sini lebih utama daripada jihad.” Dan beliau menyatakan sendiri dalam Al Fatawa Al Kubro, “Umumnya, amalan yang manfaatnya pada orang banyak lebih utama daripada amalan yang manfaatnnya untuk diri pribadi.”

Ada pertanyaan yang pernah diajukan pada Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah selaku mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam, “Apakah seluruh amalan yang punya dampak baik pada orang banyak punya keutamaan lebih dari amalan yang manfaatnya untuk diri pribadi? Atau ada pertimbangan lain untuk menyatakan bahwa ada nilai lebih satu dan lainnya? Ataukah ada keadaan di mana amalan yang manfaatnya untuk diri pribadi lebih utama dari amalan yang dampak baiknya pada orang banyak?

Jawaban dari Syaikh Ibnu Baz rahimahullah, “Masalah ini kembali pada dalil syar’i. Amalan memang ada yang punya dampak baik pada orang banyak dan ada yang dampaknya pada diri pribadi. Shalat misalnya amalan yang utama setelah dua kalimat syahadat. Padahal shalat adalah amalan yang dampaknya pada diri pribadi dan pahalanya pun untuk individu, tidak berpengaruh pada orang banyak. Zakat punya dampak pada orang banyak, namun shalat lebih utama dari zakat. Jadi sekali lagi penilaian manakah yang lebih afdhol dalam bahasan yang kita kaji dikembalikan pada dalil syar’i.” (Dinukil dari Ahlalhdeeth.Com)

Tetap Memperhatikan Amal Pribadi

Tentu pula setiap individu mesti memperhatikan amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarga, itu lebih didahulukan. Jangan sampai sibuk memikirkan kemanfaatan pada orang banyak sampai-sampai melupakan kemanfaatan untuk diri sendiri, istri dan anak-anak. Coba perhatikan kondisi penduduk surga, Allah berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18) وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (19)

“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz Dzariyat: 16-19).

Dalam ayat di atas disebutkan ibadah dengan sebutan ihsan (berbuat baik). Ihsan tersebut dimulai dari berbuat baik pada diri sendiri lebih dahulu dan ini disebutkan dalam dua ayat (ayat 17 dan 18) yaitu lewat amalan shalat malam dan beristighfar di waktu sahur. Baru setelah itu disebutkan dalam satu ayat bentuk ihsan dengan berbuat baik pada orang miskin. (Minhatul ‘Allam, 10: 131).

Semoga bermanfaat.

—

Tulisan sederhana di tengah malam, malam 2 Safar 1436 H di Darush Sholihin

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

Tags: dakwahkeutamaan dakwah
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.

- Pengasuh Rumaysho.Com dan RemajaIslam.Com. - Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005). - S1 Teknik Kimia UGM (2002-2007). - S2 Chemical Engineering (Spesialis Polymer Engineering), King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). - Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. - Sekarang memiliki pesantren di desa yang membina masyarakat, Pesantren Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.

Artikel Terkait

Tipu Daya Judi Slot

Tipu Daya Judi Slot dan Pinjol

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
24 September 2023
0

Dalam syariat Islam dan bimbingan yang diberikan dalam Islam, kita tidak diperkenankan untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang...

Doa Orang yang Terzalimi

Yang Terluput dari Doa Orang yang Terzalimi

oleh Fauzan Hidayat
23 September 2023
1

Ketika anda merasa disakiti oleh seseorang baik secara fisik maupun verbal, apa yang ada di benak anda? Apakah anda ingin...

Peran Pemuda Muslim di Zaman Milenial

Peran Pemuda Muslim di Zaman Milenial

oleh Kiki Dwi Setiabudi, S.Sos.
18 September 2023
0

Peran pemuda muslim di zaman sekarang (milenial) tidak terlepas dari tuntutan perubahan zaman yang sangat pesat perubahannya. Sebagai seorang muslim,...

Artikel Selanjutnya
Islam as sunnah

Islam Adalah As Sunnah

Komentar 3

  1. Muhammad Fathony says:
    9 tahun yang lalu

    Tanya ustadz, mana yang didahulukan, sebagai anak, berdakwah d depan umum karena diamanahi jadi pimpinan masjid misalnya atau memperbaiki keluarga,,,??? Karena bapak ibu belum bisa mengikuti kajian, sholat masih bolong bolong,,, mohon arahan ustadz,,,, jazakillah..

    Balas
    • Muhammad Abduh Tuasikal says:
      9 tahun yang lalu

      Keduanya tdk bertentangan, bisa dikerjakan berbarengan.

      Balas
    • muhammad abdullah says:
      9 tahun yang lalu

      yang pertama adalah berilmu, ilmu agama, dan kemudian ilmu berdakwah (ilmu berbicara didepan umum) kemudian beramal sesuai dengan ilmunya semampunya dan kemudian berdakwah dan terakhir berdoa agar istiqomah dalam ketiganya.

      misal tentang pentingnya tauhid, pertama berilmu tentang tauhid dan sifat wajib Alloh swt. kemudian diamalkan ilmu tauhid itu semampunya. ketiga adalah berdakwah kepada masyarakat disekitar masjid tentang ilmu tauhid. dan terakhir adalah berdoa agar tetap istiqomah

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah