Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Hadits yang agung ini menerangkan kepada kita:
- Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (QS. al-Israa’ : 36).
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Hai umat manusia, makanlah sebagian yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya dia hanya akan menyuuh kalian kepada perbuatan dosa dan kekejian, dan agar kalian berkata-kata atas nama Allah dalam sesuatu yang tidak kalian ketahui ilmunya.” (QS. al-Baqarah : 168-169). Maka barangsiapa yang gemar berbicara mengatasnamakan agama tanpa ilmu, sesungguhnya dia adalah antek-antek Syaitan, bukan Hizbullah dan bukan pula pembela keadilan atau penegak Syari’at Islam! - Hadits ini menunjukkan pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu).
- Hadits ini juga menunjukkan pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tidak lengkap iman pada diri orang yang tidak memiliki sifat amanah.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan al-Albani dalam Takhrij Misykat al-Mashabih [35] as-Syamilah). - Hadits ini menunjukkan bahwa jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan kembali kepada ilmu dan ulama. Yang dimaksud ilmu adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih. Dan yang dimaksud ulama adalah ahli ilmu yang mengikuti perjalanan Nabi dan para sahabat dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.
Penulis: Abu Mushli Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
terima kasih sudah diingatkan
idzin nyontek lagi, jazakumullahu khairan
Assalamu’alaykum warohmatullah wabarokatuh.
Semoga kita dijauhkan dari segala sifat pendusta dan ketidakjujuran dalam setiap perkara kita, Amin!!! Barokallahuli walakum!
alhamdulillah tambah ilmu lagi.
Nanya mas Ari , apakah mahasiswa2 (yang ilmu nya blum sberapa) yang ikut campur dalam urusan perpolitikan dan pemerintahan bisa kita katakan masuk kategori Ruwaibidhoh ?
Syukron Mas Ari !
JAzakallahu khoir
alhamdulillah,
hari ini dapat ilmu yang sangat bermanfaat,
meskipun sedikit isinya, tetapi sangat dalam maknanya.
sukron …
ijin copas.
Jazakalloh hoir pak ustad.
Assalamu’alaikum
Jazakallahu khairant katsir, atas nasehatnya. semoga Allah SWT memberikan Barakah-Nya kepda kita semua.
“Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas”
sudah banyak pada zaman ini… oleh sebab itu mari kita menjaga diri kita dari hal tersebut. minimal2x sekali jangan berbicara kalau kita tidak tahu ilmunya atau “SOK TAHU”. perbanyak istighfar kurangi bersenda gurau…
Bagi Orang tua mari kita didik anak2x kita dengan pendidikan yg islami. jauhi mereka dari televisi atau dampingi mereka. beri tontonan yang layak dikonsumsi anak kita sejak dini seperti vcdanakmuslim[dot]com.
wassalaamualaikum.
ijin copast
assalamu’alaikum. wr. wb.
XXXXXXX
maav saya mo tanya situs ini pa benar2 manhaj-salaf ya? saya ko bingung abis bca artikel2 di situs itu? yg membolehkan dzikir berjama’ah..!!?? timakasih saya tunggu jwabany. makasi! klo bisa di email aja.
@ Senta
Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuh.
Kami nasehatkan untuk menjauhi situs tersebut karena itu adalah situs orang yang fanatik buta dan enggan menerima kebenaran.
Maaf, kami menghapus linknya agar yang lain tidak menelusuri situs tersebut supaya dijauhkan dari syubhat2nya krn hati ini begitu lemah.
Semoga Allah melindungi kita dari berbagai kesesatan.
terimakasih atas jawabanya…!!
Tolong terangkan hadits ini, apa derajat haditsnya, apa skrg telah zamanya. ana dapat dari teman. ” sungguh akan datang suatu zaman, yang ma’isyah tidak bisa diraih kecuali dengan jalan kemaksiyatan.Shahabat bertanya:jika zaman itu datang , kemana kamiharfus berlindung. Nabi menjawab: kepada Kitab Allah dan Sunnah RasulNya. (Hr Ibnu Asyakir). Syukron
subahanallah….sungguh indah artikel ini saya berterima kasih kepada muslim .or.id yg memberikan pencerahan husus nya saya sebagai pembaca,dan saudara2 kami yg muslim agar tetap waspada ter hadap dinamika perkembangan zaman,dimana orang sulit melihat yg benar itu benar dan yg salah itu salah,demikian. wassalam.
mohon izin copy ya… ustadz
Makasih
Memang sudah terjadi sekarang ini
EMANG DAH JAMANYA BEGINI,
KLU JUJUR MALAH DIANGGAP BOONG.
CONTOHNYA DIPABRIK,ANE SAKIT BIKIN SURAT DOKTER TANPA KWITANSI(KARENA ISTRI KERJA DIRUMAH SAKIT, JADI BIAYA PERIKSA MA OBAT KADANG GRATIS)KLU IKUT KENYATAAN SEPERTI ITU, ANE MALAH DICAP BOHONG MA PERUSAHAAN (KRN TDK ADA KWITANSI BIAYA PENGOBATAN YG MESTI DIGANTI).
DARIPADA RIBET,ADU KOMENTAR MA PIHAK HRGA AKHIRNYA BIKIN KWITANSI PALSU DAN…AKHIRNYA…
URUSANYA LANCAR,TIDAK ADA OMELAN N KOMENTAR APALAGI CAP KEBOHONGAN DARI PIHAK PERUSAHAAN…
HEHEHEHE.. CONTOH YG BURUK TAPI BEGINILAH KENYATAANNYA..
JANGAN DITIRU….
assalamualaikum..mohon ijin mengcopy artikel ini..salam ukhuwah dr bumiayu
izin nyimak dulu
Assalamualaikum,
Izin copas ustad, Syukron JZKL
ijin copas ya kang…
Assalamu’alaykum, ana izin ambil artikelnya Admin Tampa izin kembali, barakallahu fikum
Wa’alaikumussalam, silakan
Orang pandai dan berilmu yg diam saja dan membiarkan ruwaibidhah , dia lebih buruk dari ruwaibidhah itu sendiri .
Jazakallah ustadz atas tambahan ilmunya
Bismillaah
Masukkan dari saya, tolong dong, agar setiap hadist di perjelas. Yaitu , bunyi hadist lalu artinya(indonesia) lalu sumber dan nomor hadist. Kebanyakan nomor hadist tidak ada, ini yang penting.
Barakallaahufik
Terimakasih penjelasannya Ustadz