Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Tanda Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Yananto Sulaimansyah oleh Yananto Sulaimansyah
7 November 2013
Waktu Baca: 5 menit
2

Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala, yang seluruh perkara berada di tangan-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah. Wa ba’du.

Menuntut ilmu adalah sebuah ibadah yang sangat mulia. Ilmu adalah kunci pembuka untuk amalan-amalan lainnya. Karena dengan ilmu, seorang hamba bisa mengetahui bagaimana seharusnya dia beribadah kepada Rabb-nya, mengetahui apa saja kewajiban yang harus ia jalankan, serta mengetahui apa saja larangan yang harus ia jauhi. Oleh karena itulah,  keikhlasan dalam menuntut ilmu adalah suatu hal yang harus terus dijaga oleh kita semua agar ibadah yang sangat mulia ini tidak menjadi debu yang berhamburan di sisi Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan agama kepada-Nya” (QS. Al Bayyinah : 5)

Tanda Ikhlas dalam menuntut ilmu

Keikhlasan dalam menuntut ilmu akan memberikan pengaruh kepada pribadi orang tersebut yang dapat dirasakan oleh orang yang berada di sekitarnya. Di antara tanda-tanda ikhlas dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut :

1- Membuahkan ilmu yang bermanfaat

Tanda paling jelas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah utus diriku dengan membawa keduanya sebagaimana permisalan hujan lebat yang membasahi bumi. Diantara tanah yang diguyur air hujan, ada tanah yang subur, yang menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan dan rerumputan yang lebat” (HR. Bukhari)

Seperti itulah permisalan ilmu yang bermanfaat bagi seorang hamba. Ilmu tersebut akan memberikan manfaat kepada pemiliknya khususnya, dengan membuat hatinya semakin lembut, jiwanya semakin tunduk kepada Rabb-nya, lisan dan pandangannya semakin terjaga, dan seterusnya. Tidak hanya itu, manfaat ilmunya juga meluas kepada orang-orang di sekitarnya dengan akhlaknya yang semakin mulia serta ilmu yang telah ia raih ia ajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya.

Inilah tanda yang pertama yang menjadi poros bagi tanda-tanda lainnya, ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya.

2- Mengamalkan ilmu

Ilmu dicari untuk diamalkan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala akan bertanya kepada semua orang yang telah belajar, apa yang telah mereka amalkan dari ilmu yang ia miliki?

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ … وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki hamba di hari kiamat sampai ia ditanya,(salah satunya) tentang ilmunya, apa yang sudah dia amalkan?” (HR. Tirmidzi, beliau nilai hasan shahih. Dan dinliai shahih oleh Al Albani)

 

Ketika seseorang memiliki niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu, maka ia akan mengerti bahwa ilmu yang ia cari bukanlah tujuan akhir, tetapi bekal dia untuk beramal sehingga ia akan berusaha mengamalkan setiap ilmu yang ia miliki. Adapun orang yang niatnya rusak, maka mengamalkan ilmu bukanlah tujuan yang hendak ia capai. Oleh  karena itu, Al Khatib Al Baghdadi rahimahullah mengatakan, “Seseorang tidak dianggap berilmu selama ia tidak mengamalkan ilmunya” (Iqtidhaa-ul ‘Ilmi Al ‘Amal hal. 18, dinukil dari Tsamaratul ‘Ilmi Al ‘Amal, hal. 45)

3- Terus memperbaiki niat

Orang yang merasa telah ikhlas dalam menuntut ilmu merupakan ciri tidak ikhlasnya ia dalam menuntut ilmu. Orang yang ikhlas justru terus memperbaiki dirinya dan meluruskan niatnya dalam setiap amalannya dan tidak merasa dirinya telah ikhlas. Sebagaimana yang dikatakan ‘Amr, “Barangsiapa yang mengatakan dirinya adalah orang yang berilmu, maka dia adalah orang yang bodoh”. Ibnu Rajab mengatakan, “Orang yang jujur akan merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan dan takut mengalami su-ul khatimah” (lihat Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘alal Khalaf, hal. 30-31)

4- Semakin tunduk dan takut kepada Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman,

 

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah orang yang berilmu” (QS. Fathir : 28)

Pada ayat di atas Allah menyebutkan bahwa orang yang takut kepada-Nya adalah orang yang berilmu. Oleh karena itu, semakin bertambah ilmu seseorang, semakin tunduk ia kepada Rabb-nya. Sebagian ulama mengatakan, “Siapa yang takut kepada Allah maka dia adalah orang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh” (dinukil dari Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘alal Khalaf hal. 26).

Ini adalah buah dari ilmu yang bermanfaat, ilmu yang dicari semata-mata karena mengharap wajah-Nya. Seseorang yang telah berilmu tentang Allah, maka ia akan mengetahui keagungan dan kebesaran Rabb-nya sehingga ia akan semakin takut dan tunduk kepada-Nya serta selalu merasa diawasi oleh-Nya.

5- Membenci pujian dan ketenaran

Senang dipuji dan cinta ketenaran adalah awal malapetaka pada diri seorang penuntut ilmu. Tidakkah kita ingat kisah tiga orang yang pertama kali diseret ke dalam neraka? Rasulullah menyebutkan salah satu diantara mereka,

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Seseorang yang menuntut ilmu, mengajarkannya, dan membaca Al Qur’an. Lalu ia didatangkan dan dipaparkan kepadanya segala nikmat yang telah ia raih, lantas ia mengakuinya. Lalu ia ditanya, “Apa yang sudah kamu lakukan terhadap nikmat tersebut?”. Ia menjawab, “Aku menuntut ilmu juga mengajarkannya, aku juga membaca Al Qur’an karena-Mu”. Lalu dikatakan padanya, “Kamu dusta! Kamu itu menuntut ilmu supaya dijuluki sebagai orang yang berilmu! Kamu juga membaca Al Qur’an karena ingin dikenal sebagai qari! Dan kamu pun telah mendapatkannya!”. Lalu orang tadi diseret di atas wajahnya lalu dilempar ke neraka” (HR. Muslim)

6- Semakin tawadhu’ di hadapan manusia

Bagai ilmu padi, ilmu yang bermanfaat yang dicari semata-mata mengharap wajah Allah Ta’ala akan membuat pemiliknya semakin tawadhu’ di hadapan orang lain, tidak merasa lebih hebat dibandingkan orang lain. Ibnu Rajab mengatakan, “Di antara tanda orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat adalah ia tidak memandang dirinya memiliki status atau kedudukan khusus. Hatinya membenci rekomendasi dan sanjungan orang. Ia juga tidak takabbur di hadapan orang lain” (Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘alal Khalaf, hal. 31)

Nasihat Penutup

Itulah di antara sedikit tanda-tanda lurusnya niat seseorang dalam menuntut ilmu. Sebagai penutup, kami bawakan sebuah nasihat indah dari Imam Al Ghazali rahimahullah teruntuk kita semua. Beliau mengatakan, “Betapa banyak malam yang telah kau hidupkan dengan mengulang-ngulang ilmu dan membaca berbagai macam buku, dan kau halangi dirimu dari tidur? Aku tidak tahu apa yang memotivasimu untuk berbuat demikian. Jika niatmu adalah karena dunia, karena mencari harta dan mengumpulkan bagian-bagian dunia, atau berbangga-bangga dengan teman sepantaranmu, maka celakalah dan celakalah dirimu! Tapi jika niatmu adalah menghidupkan syari’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, membina akhlakmu, dan mematahkan jiwa yang suka mengajak kepada keburukan, maka beruntunglah dan beruntunglah engkau!” (Ihya ‘Ulumuddin, hal. 105-106, dinukil dari Adabu Thalibil ‘Ilmi, hal. 35)

Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat kepada penulis khususnya dan kepada kaum muslimin umumnya. Hanya kepada Allah-lah kita semua memohon keikhlasan dalam setiap ucapan dan amalan.

Ya Allah, jadikanlah seluruh amalan kami sebagai amalan yang shalih, dan jadikanlah amalan kami tersebut ikhlas mengharap wajah-Mu semata, dan janganlah Engkau jadikan sedikitpun bagian untuk selain diri-Mu dalam amalan kami tersebut. Sesungguhnya Engkau Maha mendengar seruan hamba-Mu.

 

Referensi :

Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid

Bayaanu Fadhli ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf, Ibnu Rajab Al Hanbali

Ma’alim fii Thariqi Thalabil ‘Ilmi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz As Sadhan

 

Yogyakarta, 24 Dzulhijjah 1434

Penulis: Yananto Sulaimansyah

Artikel Majalah Muslim.Or.Id

Tags: agamabelajarmenuntut ilmu
Yananto Sulaimansyah

Yananto Sulaimansyah

Artikel Terkait

Peran Pemuda Muslim di Zaman Milenial

Peran Pemuda Muslim di Zaman Milenial

oleh Kiki Dwi Setiabudi, S.Sos.
18 September 2023
0

Peran pemuda muslim di zaman sekarang (milenial) tidak terlepas dari tuntutan perubahan zaman yang sangat pesat perubahannya. Sebagai seorang muslim,...

Sunah-Sunah Tidur

Sunah-Sunah Tidur yang Sering Dilalaikan Sebagian Kaum Muslimin

oleh Muhammad Idris, Lc.
16 September 2023
0

Tidur merupakan salah satu karunia terbesar yang Allah Ta’ala berikan kepada umat manusia. Tanpa tidur, fisik manusia akan lelah, otak...

Tuntunan Syariat terhadap Perbedaan Akal Manusia

Tuntunan Syariat dalam Menyikapi Perbedaan Akal Manusia

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
2 September 2023
0

Di antara bentuk pemuliaan Allah Ta’ala terhadap umat manusia adalah Allah Ta’ala memberikan akal kepada mereka. Dan kadar akal yang...

Artikel Selanjutnya
Donasi Website Muslim.or.id

Donasi Dakwah Website Muslim dan Muslimah

Komentar 2

  1. mahammad ibrahim says:
    10 tahun yang lalu

    ustadz,ana ingin izin share buat blog ana, boleh g?
    maslahnya lagi belajar mebuat artikel nie.

    Balas
  2. Maksalmina Djauhari Achmad says:
    3 tahun yang lalu

    Bismillah izin bertanya Ustadz.
    Dalam point ke-3 ada perkataan dari “Amr”, yg ingin saya tanyakan siapakah yg dimaksud ‘Amr disini?
    Jazakumullahu khairan ustadz

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah