Fatwa Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz
Soal:
Tersebar di sebagian kalangan sebuah perkataan: “barangsiapa yang tidak punya syaikh (guru) maka syaikh-nya adalah setan“. Bagaimana kita menyikapi perkataan ini wahai Syaikh?
Jawab:
Ini adalah kesalahan yang dilakukan orang awam dan orang jahil dari kalangan sufiyah. Tujuan mereka mengatakan demikian adalah untuk memotivasi orang untuk bergabung bersama mereka dan taqlid kepada mereka dalam kebid’ahan dan kesesatan yang mereka lakukan. Jika seseorang berusaha mempelajari agama dengan hadir di majelis-majelis ilmu agama atau dengan men-tadabburi Al Qur’an dan Sunnah atau menggali faidah dari Al Qur’an dan Sunnah, maka orang seperti ini tidak dikatakan bahwa gurunya adalah setan. Justru kita katakan bahwa ini adalah orang yang berusaha mempelajari agama dan ia mendapatkan kebaikan yang banyak.
Hendaknya orang yang mempelajari agama itu datang kepada para ulama yang dikenal memiliki aqidah dan reputasi yang baik. Sehingga bisa bertanya kepada mereka mengenai hal-hal yang membingungkan. Karena jika ia tidak bertanya kepada ulama, ia akan banyak salahnya dan banyak perkara yang salah paham.
Namun dengan ia menghadiri majelis ilmu agama dan mendengar nasehat dari para ulama di sana, dengan itu ia mendapatkan banyak kebaikan dan faedah yang besar. Walaupun ia tidak memproklamirkan diri bahwa ia murid Syaikh tertentu. Dan tidak diragukan lagi bahwa orang yang menghadiri majelis ilmu atau mendengar khutbah jum’at atau khutbah Idul Fitri/Idul Adha, atau menghadiri pengajian-pengajian di masjid ia sesungguhnya memiliki banyak Syaikh, sekalipun ia tidak menisbatkan diri pada Syaikh tertentu yang selalu ia taqlidi dan ia ikuti pendapatnya.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/315
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Lalu bagaimana orang awam spt saya yang mau belajar mengkaji Al-Qur’an dan Al-Hadist tetapi tidak berguru kpada seorang ustadz ataupun ulama. apakah saya bisa belajar sendiri?? sementara lingkungan saya juga tidak mendukung kalaupun khotbah terkadang hanya menerangkan garis besarnya saja kurang mendetail. jadi bagaimana solusinya?? mohon jawabannya
#Dani
Sekarang sudah banyak pondok, ma’had, program bahasa arab, kuliah online, website islami, radio islami, dll
Apakah ustadz2 contohnya Muhammad Abduh juga bisa dikategorikan syaikh? karena beliau mengelola website islami dan memberikan ilmu secara online?
Atau, apakah tidak cukup hingga harus datang ke pondok pesantren beliau dan bertatap muka?
Sy hanya seorang thulaibil ilmi (penuntut ilmu biasa), bukanlah ulama. Tidak baik mengangkat seseorang lebih dari derajat sebenarnya dan kami yg lebih tahu kedudukan diri kami daripada org lain.
Barakallahu fiikum.
2014-08-27 8:29 GMT+07:00 Disqus :
bagi ikhwah yg mau belajar di yaman moga silakan kunjungi Belajar di yaman dengan harga travel yg murah . jazakumullah khoer
maksudnya “Jika Tidak Punya Syaikh, Maka Syaikhnya Adalah Setan”..itu ditujukan bagi orang-orang yang belajar dari buku atau tejemahan maupun kitab, padahal ilmu alatnya belum cukup (nahwu, shorof dan balaghoh). karena jika ia salah dalam memahami suatu hal, tidak ada yng meluruskan. dan timbullah kesesatan
Memang benar, orang yg keadaannya sepertiyg Anda sebutkan memungkinkan terjatuh dalam banyak kesalahan, namun apakah bisa dipastikan semua ilmu yg dia dapatkan dari baca buku sendiri pasti salah semuanya? tidak ada sedikitpun yg benar pemahamannya, walaupun buku yg ia baca isinya sederhana tingkat kesulitannya ? Ungkapan “Jika Tidak Punya Syaikh, Maka Syaikhnya Adalah Setan” untuk contoh di atas, apakah berlebihan atau tidak? Untuk menghindari ghuluw(berlebih-lebihan),tidakkah ungkapan itu bisa diganti dg kalimat: ” barangsiapa yg belajarnya hanya dari buku, memungkinkan banyak terjatuh dalam kesalahan”?
Berarti benar kan bahwa siapa yang tidak memiliki guru maka srtan adalah gurunya? Belajar dengan berguru itu ya hadir di majelis bukan cari2 sendiri buka2 buku tanpa bimbingan