Syeikh Al-‘Allaamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkholi berkata:
Kami melihat sikap keras menyebabkan kehancuran bagi dakwah salafiyah, dan merobek-robek ahlinya, maka apa yang seharusnya kita perbuat?
Saya katakan: Wahai saudaraku! Kalau kita melihat api menyala, apakah kita akan membiarkan api tersebut menjadi bertambah besar? Atau kita justru melakukan hal-hal yang dapat memadamkan api tersebut?
Saya merasa tidak ada lagi jalan lain – dan ini adalah merupakan kewajiban saya – dan telah saya katakan sebelum ini, akan tetapi saya memfokuskan permasalahan ini ketika saya melihat kehancuran saat ini, dan saya melihat bencana ini.
Saya katakan: “Hendaklah kalian bersikap lemah lembut, bersikap santun, hendaklah kalian saling bersaudara, hendaklah kalian saling mengasihi, sesungguhnya sikap keras ini, akibat buruknya akan berbalik terhadap Ahlussunnah sendiri, karena mereka meninggalkan ahli bid’ah dan mengarahkan sikap keras yang dapat membawa kehancuran ini kepada Ahli sunnah, dan ada kalanya sikap keras ini dibarengi dengan kezholiman dan hukum-hukum yang bathil serta zholim.”
Maka hendaklah kalian berhati-hati dan hendaklah kalian berhati-hati, jangan sampai kalian melalui jalan yang dapat mencelakakan kalian, dan dapat membinasakan dakwah salafiayah, dan juga ahlinya.
Kemudian saya memperingatkan kalian terhadap dua perkara:
Pertama: Hendaklah kalian saling menjalin tali persaudaraan di antara ahlussunnah secara keseluruhan.
Wahai para ikhwah salafiyyun! Tebarkanlah di antara kalian rasa kasih sayang dan persaudaraan, tampakkanlah apa yang telah di sampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa orang-orang mukmin itu bagaikan sebuah bangunan yang mana satu sama lainnya saling mengokohkan. Atau seperti digambarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa orang-orang mukmin itu bagaikan jasad manusia, dimana apabila salah satu bagian anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain pun akan ikut merasakan sakit.
Wahai ikhwan-ikhwan sekalian! Jadilah kalian seperti ini, jauhilah segala faktor yang menyebabkan perpecahan, karena sesungguhnya hal itu – Demi Allah – adalah kejahatan yang sangat berbahaya, dan merupakan penyakit yang sangat membinasakan.
Kedua: Jauhilah segala perkara yang dapat menimbulkan kebencian, pertikaian, serta perpecahan.
Jauhilah hal-hal semacam ini, karena saat ini hal-hal semacam ini sedang tersebar di tengah orang-orang yang Allah lebih mengetahui keadaan dan maksud-maksud mereka. Hal-hal ini telah berkembang dan telah merobek dan mencabik-cabik para pemuda di negeri ini, baik di dalam lingkungan universitas atau lainnya bahkan di seluruh pelosok dunia.
Adapun seorang salafy, yang mempunyai loyalitas terhadap salafy, mencintai salafy – baarakallaahu fikum (semoga Allah memberkati kalian) – dan membenci adanya kelompok-kelompok, membenci perkara-perkara bid’ah dan para pelaku bid’ah, dan tanda-tanda lainnya yang mencerminkan seorang salafy, kemudian dia menjadi lemah di sebagian titik, maka orang seperti ini, hendaknya kita berlemah lembut dengannya, dan jangan sampai kita tinggalkan, akan tetapi, hendaklah kita menasehatinya, menyelamatkan dia, dan kita obati dia. Semoga Allah memberkati kalian semua. Adapun kita katakan: “Siapa yang salah, maka dia telah binasa, maka dengan cara seperti ini tidak akan ada yang akan tersisa.”
Saya wasiatkan kepada para ikhwan, dan saya tekankan masalah ini: “Tinggalkanlah perpecahan, hendaklah kalian saling bersaudara, hendaklah kalian saling menolong untuk menegakkan kebenaran, hendaklah kalian menyebarkan dakwah ini di antara mahasiswa dan yang lainnya, dengan cara yang benar, dan rupa yang menawan, bukan dengan gambaran yang menakutkan yang dicerminkan oleh mereka.”
Sumber: Sahab.net
Silakan download fatwa asli Syeikh Al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkholi dalam bahasa Arab pada link berikut: [download#4]
***
Penerjemah: Ahmad Daniel, Lc. (Dosen STDI Imam Syafi’i, Jember)
Artikel www.muslim.or.id
Bagaimana pendapat antum terhadap orang-orang kurang kerjaan yang bergerilya menabur kebencian melalui blog fakta mereka?
Saya baca pernyataan ustadz Abdul Mu’thi melalui blognya, beliau menegaskan bahwa blog fakta tersebut dikelola oleh orang-orang yang tidak berilmu dan sebaiknya tidak dihiraukan. Berikut nasihat Ustadzuna Abdul Mu’thi kepada mereka yang saya kutip dari blog ustadzuna Abdul Mu’thi:
Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh
Terkait dengan pertanyaan antum tentang blog fakta -http://fakta.****.com- , saya nasehatkan kepada segenap ikhwan salafiyyin untuk tidak menghiraukannya. Anggaplah keberadaannya seperti tidak ada. Blog itu tidak mewakili dakwah yang mulia ini dan asatidzah yang menyerukannya. Setahu saya blog itu tidak dikelola dan ditulis oleh orang-orang yang berilmu. Hendaknya para pengelola blog itu bertaqwa kepada Allah. Kewajiban mereka untuk menyerahkan urusan dakwah ini kepada orang-orang yang telah diberi amanah ilmu oleh Allah. Orang-orang yang bodoh sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama kita: “mereka membuat kerusakan dari arah yang mereka menyangkanya adalah perbaikan.” Segala yang mereka perbuat akan dimintai pertanggung jawabannya disisi Allah. Termasuk ketika blog itu menjadi bumerang atas dakwah yang mulia ini sehingga memalingkan manusia dari jalan Allah. Barangsiapa yang memperburuk wajah dakwah yang mulia ini niscaya Allah tidak akan membiarkannya. Bisa jadi Allah menyesatkan seseorang pada suatu masa karena dia memiliki andil dalam menjauhkan manusia dari jalan Allah. Oleh karena itu, saya mengajak para pengelola blog itu untuk meninggalkannya dan bergiat untuk menuntut ilmu. Masih banyak ilmu yang harus mereka pelajari. Serahkan urusan dakwah yang mulia ini kepada ahlinya. Karena apa yang meraka lakukan itu adalah tugas para ulama, da’i, ustadz untuk menyampaikannya kepada manusia, baik melalui lisan maupun tulisan, dengan ilmu dan hujjah dari kitabullah beserta sunnah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atas pemahaman salaf yang dihiasi dengan ketelitian, kehati-hatian, dan cara yang benar, bukan semata-mata dengan meracau melalui fakta yang mereka temukan. Wallahu A’lam Bish Shawab.
setahu saya sih… Rosulluah pernah berkata “sampaikanlah ilmu walau sedikit” itu artinya tidak harus jadi ustad atau ulama dulu baru boleh kasih nasehat atau dakwah, kalau sehari sebelum lulus jadi ulama mati gimana yo….
Mas Klepon, ingat loh sebelum menyampaikan ilmu harus memiliki ilmu terlebih dahulu. Jadi, hadits tersebut tidak berlaku bagi orang yang bodoh terhadap ilmu agama, bisa bisa yang disampaikan juga cuma omong doank.
luar biasa…
bgitu,mengharukan kta2 beliau…
memng bnar apa yg beliau sampaikan
untuk mencap smuanya kta harus tinggalkan perpecahan..
dakwah d kalangan mahsiswa memng slma ini telh berkembang sngat pesat namun msh ada kmpus d daerah yg kurang dakwah kmpusna,,…
di salah satu situs untuk sharing file (terutama video) yang terkenal juga da “The Speech of Sheikh Rabee to unite Salafiyoon”, itu ada paling tidak 4 file, apa isinya sama ya ? Kalo ustadz Daniel, nerjemahin dari sahab langsung ya ? Kalo ana ketemu ma beliau mo ana tanyain, tapi ana dapat kabar bahwa ana akan kesulitan bertemu dengan beliau lagi karena jarak dan bukan waktu.
Oia da lagi, ada yang kenal ma Dr. Bilal Philip ? Kalo dari wikipedia beliau tu alumnus UIM, KSA. Kalo da yang tau siapa ya beliau tu. Ana pernah tanya sih ke salah satu ustadzuna (alumnus UIM), tapi beliau tidak mengenalnya.
Subhanalloh, alangkah baiknya perkataan beliau ini dan juga pengaruhnya kelak , jika ini diterapkan sungguh2 dalam berdakwah
fatwa asli Syeikh Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkholi dalam bahasa Arab pada link : Fatwa Syeikh Rabi Al-Madkholi kepada Salafiyin (411) kok ndak bisa dibuka akh?
#mas cip
Jazaakallah atas koreksinya. Sudah kami perbaiki, sekarang sudah bisa di-download.
Subhanalloh
nasihat yang pantas untuk menjadi bahan renungan kita semua