Di antara adab dalam berdoa adalah mendoakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendoakan orang lain. Dari Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا، فَدَعَا لَهُ، بَدَأَ بِنَفْسِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menyebut seseorang, kemudian mendoakan orang tersebut, maka beliau memulia dengan doa untuk diri sendiri terlebih dahulu “ (H.R Tirmidzi, shahih).
Hal ini juga berdasarkan keumuman dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ابدأ بنفسك
“ Mulailah dari dirimu sendiri “ (H.R Muslim).
Demikian pula yang dicontohkan di dalam Al Qur’an dalam doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”“ (Ibrahim: 41).
Dan juga doa untuk orang-orang yang beriman,
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami ” (Al Hasyr : 10).
Demikian pula doa lainnya seperti dalam firman Allah :
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. “ (Muhammad : 19).
As Sa’ati rahimahullah berkata, “Kebiasaan Nabi adalah jika mendokan kebaikan untuk seseorang dimulai terlebih dahulu dengan mendoakan untuk diri sendiri. Hal ini mencontoh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tatakala berdoa :
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)“ (Ibrahim:41).
Hendaknya adab doa ini senantiasa diamalkan dan dijaga serta jangan dilupakan. Tidak ada seorang pun yang lebih agung dan lebih besar haknya bagi orang yang beriman daripada kedua orang tuanya. Namun demikian Nabi Ibrahim tetap mendahulukan doa untuk dirinya terlebih dahulu sebelum kedua orang tuanya sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Quran. Maka tentu saja hal ini berlaku juga untuk selain kedua orang tua“.
Namun demikian pernah pula Nabi mendoakan orang lain tanpa menyebutkan doa untuk diri sendiri. Seperti misalnya tatkala Nabi berdoa Untuk Anas, Ibnu Abbas, dan Ummu Ismail radhiyallahu ‘anhum.
***
Rujukan : Syarh ad Du’aa min Al Kitab wa as Sunnah hal 58-59 karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahtany
Penyusun : Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id
Bagaimana dengan mengirim Al-Fatihah untuk orang yang telah wafat?
Maksud Anda mengirim pahala membacanya?
Silahkan simak: http://almanhaj.or.id/content/2273/slash/0/hukum-membaca-Al-Quran-untuk-mayit-bersama-imam-asy-syafiiy/
Jika pahala itu bisa sampai, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat akan mengirim pahala bacaan Al-Qur`an untuk keluaganya yang telah meninggal dunia.
Namun tidak didapatkan hadits ttg bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur`an untuk keluarganya yang telah meninggal dunia, misalnya untuk Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Mau tanya Ustadz, bgaimana dengan menanggapi hadits, dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.” (HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no. 2895 dan Ahmad no. 21708).
Dari hadits diatas menunjukkan keutamaan mendoakan orang lain. Apakah konteks pembahasan dalam artikel ini adalah mengenai urutan dalam berdoa?
Jazakallah khoiran.
konteks pembahasan dalam artikel ini adalah adab dalam berdo’a dan tidak bertentangan dg keutamaan mendoakan orang lain.
Terima kasih Ustadz atas tanggapannya. Barakallahu fiikum