Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Kata JIL: Jilbab Bukan Kewajiban Namun Pilihan (Bag. 2)

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. oleh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.
20 November 2022
Waktu Baca: 8 menit
31
69
SHARES
379
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Baca pembahasan sebelumnya: Kata JIL: Jilbab Bukan Kewajiban Namun Pilihan (Bag. 1)

Masih melanjutkan beberapa kerancuan yang disuarakan oleh orang Liberal, terutama yang kami sanggah adalah kerancuan yang disampaikan Bu Musdah Mulia. Beliau adalah salah seorang tokoh JIL dan Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ). Beliau memiliki beberapa pendapat yang aneh dan nyleneh mengenai jilbab yang perlu dijelaskan pada umat mengenai kekeliruannya.

Ketiga: Bu Musdah juga mengemukakan kesimpulan dari Forum Pengkajian Islam UIN Sharif Hidayatullah tahun 1998: “Hukum Islam tidak menunjukkan batas aurat yang wajib ditutup, tetapi menyerahkan hal itu kepada masing-masing orang sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan.”

Majelis ilmu di bulan ramadan

Sanggahan:

Ini juga pendapat beliau yang sama dengan sebelumnya. Kalau demikian adanya, maka berarti terserah kita menentukan manakah pakaian muslimah. Kalau di Arab pakai abaya dan hitam-hitam disertai cadar. Kalau di Indonesia, cukup kebaya. Kalau di Barat, tidak mengapa memakai pakaian renang. Apalagi di musim panas, cukup pakai celana pendek (yang terlihat paha) dan baju “u can see”. Karena semua dikembalikan pada individu masing-masing dan dilihat kondisi dan kebutuhan, tidak ada standar baku. Beda halnya jika yang jadi patokan adalah firman Allah dan sabda Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka jelas patokannya.

Keempat: Beliau kembali berkata, “Jika teks-teks tentang jilbab tersebut dibaca dalam konteks sekarang, terlihat bahwa perempuan tidak perlu lagi memakai jilbab hanya sekadar agar mereka dikenali, atau mereka dibedakan dari perempuan yang berstatus budak, atau agar mereka tidak diganggu laki-laki jahat. Di masa sekarang, tidak ada lagi perbudakan, dan busana bukan ukuran untuk menetapkan identitas seseorang,” tandasnya nyleneh.

Bu Musdah juga mengatakan, “Jika perlindungan itu tidak dibutuhkan lagi karena sistem keamanan yang sudah sedemikian maju dan terjamin, tentu perempuan dapat memilih secara cerdas dan bebas apakah ia masih mau mengenakan jilbab atau tidak.”

Sanggahan:

Yang beliau singgung di sini adalah surat Al Ahzab berikut:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Mari kita simak kalam ulama salaf mengenai tafsiran ayat di atas.

As Sudi rahimahullah mengatakan, “Dahulu orang-orang fasik di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.” Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan, “Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya.”

Mujahid rahimahullah berkata, “Hendaklah para wanita mengenakan jilbab supaya diketahui manakah yang termasuk wanita merdeka. Jika ada wanita yang berjilbab, orang-orang yang fasik ketika bertemu dengannya tidak akan menyakitinya.”[1]

Penjelasan para ulama di atas menerangkan firman Allah mengenai manfaat jilbab,

ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ

“Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal.” (QS. Al Ahzab: 59)

Asy Syaukani rahimahullah menerangkan, “Ayat (yang artinya), ” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal”, bukanlah yang dimaksud supaya salah satu di antara mereka dikenal, yaitu siapa wanita itu. Namun yang dimaksudkan adalah supaya mereka dikenal, manakah yang sudah merdeka, manakah yang masih budak. Karena jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka mengenakan pakaian orang merdeka.”[2]

Inilah yang membedakan manakah budak dan wanita merdeka dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yang tidak berjilbab berarti masih menginginkan status dirinya sebagai budak. Bahkan Ibnu Katsir mengatakan bahwa jilbab bertujuan bukan hanya untuk membedakan dengan budak, bahkan dengan wanita jahiliyah.[3] Sehingga orang yang tidak berjilbab malah kembali ke zaman jahiliyah. Yang dimaksud zaman jahiliyah adalah masa sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebut jahiliyah karena berada dalam zaman penuh kebodohan dan kesesatan sebagaimana disebutkan dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith.

Coba bandingkan, manakah yang lebih paham Qur’an, As Sudi dan Mujahid yang terkenal dengan keahliannya dalam ilmu tafsir dan juga Asy Syaukani yang tidak perlu lagi diragukan ilmunya, ataukah professor kemarin sore yang biasa memplintir ayat? Tentu saja yang kita ikuti adalah yang lebih salaf dari Bu Musdah Mulia. Seorang sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ

“Siapa saja di antara kalian yang ingin mengikuti petunjuk, maka ambillah petunjuk dari orang-orang yang sudah mati. Karena orang yang masih hidup tidaklah aman dari fitnah.”[4] Benarlah kata Ibnu Mas’ud, lebih terfitnah lagi atau lebih rusak jika yang diambil perkataan adalah orang JIL yang muara logikanya tidak jelas dan tanpa pernah mau merujuk pada dalil atau perkataan ulama, maunya mengandalkan logikanya saja. Biar kita selamat, ambillah perkataan salaf daripada mengambil perkataan JIL yang logikanya asal-asalan.

Jikalau mau dikatakan bahwa wanita muslimah tidak butuh identitas jilbab lagi untuk saat ini. Maka jawabnya, justru sangat butuh. Karena dengan jilbab seorang wanita lebih mudah dikenal, ia muslim ataukah bukan. Bahkan lebih mudah dikenal ia wanita baik-baik ataukah wanita nakal melalui jilbabnya.

Jika Bu Musdah Mulia menganggap bahwa jilbab hanya bertujuan agar tidak diganggu laki-laki dan sekarang keamanan wanita sudah terjamin. Jawabnya, sudah terjamin dari mana? Justru kalau kita buat persentase, yang tidak berjilbab itu yang lebih banyak jadi korban perkosaan. Maka benarlah firman Allah,

ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ

“Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59). Kita bandingkan perkataan Bu Musdah dengan seorang ulama. Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat di atas menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan mereka itu budak. Akhirnya orang-orang yang ingin berlaku jelek merendahkannya.”[5] Apa yang disebutkan oleh Syaikh As Sa’di memang benar dan sesuai realita di lapangan.

So … apa dengan alasan Bu Musdah seperti itu, jilbab mesti dilepas karena wanita sekarang tidak butuh identitas semacam itu? Silakan kita memilih, perkataan Bu Profesor ini lebih diikuti ataukah firman Allah, sabda Rasul dan perkataan ulama yang jelas lebih tinggi ilmunya dan pemahaman agamanya dibanding Ibu Profesor.

Kelima: “Perempuan beriman tentu secara sadar akan memilih busana sederhana dan tidak berlebih-lebihan sehingga menimbulkan perhatian publik, dan yang pasti juga tidak untuk pamer (riya)”, ujar Bu Musdah Mulia.

Sanggahan:

Bagaimana bisa berjilbab disebut riya’? Aneh …

Sebagaimana laki-laki jika ia diwajibkan shalat jama’ah di masjid, apa kita katakan ia riya’ jika pergi ke masjid? Jika seseorang ingin pergi shalat ‘ied ke lapangan, apa juga disebut riya’?

Jadi dengan alasan Bu Musdah, laki-laki tidak usah pergi ke masjid untuk berjama’ah. Begitu pula kita tidak perlu shalat ‘ied di tanah lapang karena khawatir riya’.

Justru kita katakan bahwa untuk amalan wajib yang harus ditampakkan, maka wajib ditampakkan.

Kata Al-Izz bin ‘Abdus Salam, amalan yang disyariatkan untuk ditampakkan seperti adzan, iqomat, ucapan takbir ketika shalat, membaca Qur’an secara jahr dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya’ dan Shubuh, pen), ketika berkhutbah, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan shalat jum’at dan shalat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, dan mengantar jenazah, maka amalan semacam ini tidak mungkin disembunyikan. Jika pelaku amalan-amalan tersebut takut berbuat riya, maka hendaknya ia berusaha keras untuk menghilangkannya hingga dia bisa ikhlas dalam beramal. Sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya menghilangkan riya’ tadi, karena amalan-amalan ini maslahatnya juga untuk orang lain.

Jika demikian, maka jilbab itu wajib ditampakkan dan itu bukanlah riya’. Bahkan kata Fudhail bin ‘Iyadh,

تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالْعَمَلُ لِأَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ

“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’. Melakukan amalan karena manusia termasuk syirik.”[6]

Keenam: Bu Musdah Mulia juga berkata, “Memakai jilbab bukanlah suatu kewajiban bagi perempuan Islam. Itu hanyalah ketentuan Al Qur’an bagi para istri dan anak-anak perempuan Nabi.”

Sanggahan:

Bagaimana dikatakan jilbab hanya untuk anak dan istri nabi, sedangkan dalam ayat sudah dijelaskan pula secara terang bagi wanita beriman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin …” (QS. Al Ahzab: 59). Ayat hijab ini secara jelas menunjukkan perintah tersebut ditujukan pula untuk orang-orang beriman, namun terkhususkan pada istri dan anak Nabi.[7]

Taruhlah jika perintah tersebut hanya untuk istri Nabi dan anak-anaknya. Kita dapat berikan jawaban bahwa jika untuk istri dan anak beliau saja diperintahkan untuk berjilbab padahal ada Nabi di sini mereka yang jelas mereka lebih terjaga dari gangguan, maka tentu wanita lainnya lebih pantas untuk menutup dirinya dengan jilbab. Lebih dari itu, jilbab adalah sebagai tanda kemulian istri dan anak Nabi[8]. Jadi, barangsiapa ingin mulia, berjilbablah dengan segera.

Ketujuh: Beliau menyatakan pula, “Asbab nuzul ayat-ayat tentang perintah jilbab disimpulkan Musdah, bahwa jilbab lebih bernuansa ketentuan budaya ketimbang ajaran agama. Sebab, jika jilbab memang diterapkan untuk perlindungan atau meningkatkan prestige kaum perempuan beriman, maka dengan demikian dapatlah dianggap bahwa jilbab merupakan sesuatu yang lebih bernuansa budaya daripada bersifat religi.”

Sanggahan:

Tidak sedikit komentar kaum penentang jilbab mengatakan, kalau jilbab adalah hasil adopsi budaya bangsa Arab. Sehingga menurut mereka, bangsa yang di luar Arab, tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti budaya Arab.

Jika katakan jilbab adalah budaya Arab, maka kita mesti lihat sejarah Arab sebelum Islam itu datang. Kalau kita lihat penjelasan ulama, ternyata menunjukkan bahwa jilbab itu datang ketika Islam itu ada. Karena sebelumnya di zaman jahiliyah, wanita itu telanjang dada. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Perempuan pada zaman jahiliyah biasa melewati laki-laki dengan keadaan telanjang dada, tanpa ada kain sedikit pun. Kadang-kadang mereka memperlihatkan leher, rambut dan telinganya. Kemudian Allah akhirnya memerintahkan wanita beriman untuk menutupi diri dari hal-hal semacam tadi.”[9]

Jelas sudah, kalau jilbab yang dianjurkan Islam beda jauh dengan budaya Arab. Lalu ada alasan lainkah yang mengatakan jilbab itu sebuah budaya Arab? Jika merujuk pada jilbab yang menutup aurat, jelas Islam lah yang menggagasnya.

Ayat-ayat dan hadits yang telah kami jelaskan di awal sudah menunjukkan bahwa jilbab adalah bukan budaya arab, namun ajaran Islam yang langsung diperintahkan oleh Allah. Ajaran Islam bersifat universal untuk orang Arab dan non Arab sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(QS. Al Anbiya’: 107). Ibnu Jarir Ath Thobari berkata bahwa tidaklah Nabi Muhammad itu diutus melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk Allah yang beliau diutus kepadanya.[10]

Demikian beberapa penjelasan sebagai sanggahan pada beberapa syubhat atau kerancuan yang biasa disampaikan orang-orang Liberal atau JIL. Moga Allah terus menguatkan iman kita dengan akidah dan pemahaman agama yang benar, serta menghindarkan kita dari pemahaman orang-orang yang tak tahu arah.

Wallahu waliyyut taufiq.

 

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 20 Rajab 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

 


[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 243

[2] Fathul Qodir, 6: 79.

[3] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 242.

[4] Majmu’ Al Fatawa, 3: 126.

[5] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671

[6] Majmu’ Al Fatawa, 23: 174.

[7] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 242

[8] Idem.

[9] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 10: 218.

[10] Tafsir Ath Thobari, 16: 439.

Tags: hijabislam liberalJaringan Islam LiberalJILjilbabkerudungliberalisme
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.

Pengasuh Rumaysho.Com dan RemajaIslam.Com. Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005). S1 Teknik Kimia UGM (2002-2007). S2 Chemical Engineering (Spesialis Polymer Engineering), King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Sekarang memiliki pesantren di desa yang membina masyarakat, Pesantren Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.

Artikel Terkait

Bahaya Bidah

10 Bahaya Bid’ah dalam Agama

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
18 Februari 2023
0

Bid'ah dalam agama selain terlarang juga memberikan bahaya bagi pelakunya. Di antaranya berikut ini:

Dakwah Prioritas

Buah Manis Dakwah Prioritas

oleh Fauzan Hidayat
3 Januari 2023
0

Apa yang dimaksud dengan dakwah prioritas dan apa saja buah manis yang bisa dipetik darinya

dusta

Berdusta atas Nama Allah dan Rasulullah

oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
27 Desember 2022
0

Pada zaman dulu, banyak dijumpai hadis-hadis palsu atas nama Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam.

Artikel Selanjutnya
Quran3D – Software Cantik Nan Apik Penampil al-Qur’an

Antara Al Quran dan Tauhid

Komentar 31

  1. suhamdani says:
    11 tahun yang lalu

    Sungguh kasihan ….. orang yang diberi ilmu dan kedudukan yang baik dari Allah justru menginjak2 ajaran yang diperintahkan….sunggu kasihan nasibmu kelak!

    Balas
  2. Ibnu Solikin says:
    11 tahun yang lalu

    Jangan lupa pula lihat video ini yaitu si Musdah (gak) Mulia di acara Mata Najwa. Silahkan simak dan simpulkan sendiri:

    http://www.youtube.com/watch?v=sV4i5lcnNBw

    Balas
  3. Akung Kusumo says:
    11 tahun yang lalu

    Profesor yang terlalu pandai sehingga otaknya miring…….., tunggu saja azabmu bu.

    Balas
  4. rusdiantoro says:
    11 tahun yang lalu

    bahkan Najwa aja sampe terbengong-bengong dengan statement si ibu…

    Balas
  5. Muzakkir says:
    11 tahun yang lalu

    tak perku gundah mereka takkan menang sampai kapanpun,
    Hanya kepada Allah kami menyembah dan hanya padanya kami meminta pertolongan.

    Balas
  6. ben amri says:
    11 tahun yang lalu

    suruh aja si musdah ini buka jilbabnya dulu(kalo berani) baru ngomong..dasar jahil…

    Balas
  7. saif says:
    11 tahun yang lalu

    Hati-hati! Jaringan Iblis La’natuLLOH ‘alaihi..

    Balas
  8. dila says:
    11 tahun yang lalu

    Ginilah paham liberal itu…
    mungkin jlbab modis sesuai paham liberal.. kan modis bisa gaya jg…

    Balas
  9. hafsah says:
    11 tahun yang lalu

    jilbab modiskan bisa berekspresi dan berkreasi jg.. asalkan dia tidak telanjang pakaiannya.. berpakaian tapi telanjang.. mgkn jilbab modis masih nutup kali.. perempuan skg mau jilbab juga tapi yang model2.. Mgkn paham nya masih dangkal tentang jilbab…

    Balas
  10. cho says:
    11 tahun yang lalu

    Pantes aja penghuni neraka banyak wanitanya….

    Balas
  11. sesko says:
    11 tahun yang lalu

    Subhaanallah semoga kita terhindar dari [email protected] yang mengajak kita ke neraka.Ya Allah lindungilah kami dan janganlah engkau sesatkan kami setelah engkau memberikan kami petunjuk.Amin.

    Balas
  12. Abi khoirul says:
    11 tahun yang lalu

    La Khoiril Hijab Filjasadi, Wala khoiri hijabul qulub ‘Tidaklah baik seseorang memakai jilbab kalau hatinya tidak berjilbab. Bagi wanita muslimah persepsi, logika, ataupun apalah yg sifatnya tdk al ilmu bi aqli g usah ditanggapi ujung2nya cape kita, krn pd dsrnya ia tdk paham dng apa yg ucapkn jahil murokab kebodohan yg tersusun. Ayo….pakailah selalu Jilbabmu dan hatimu yg demikian itu tergolong org yg berpikir dan peliharalah dirimu, hatimu dr golongan org2 yg slalu berlogika, memutar balik hukum dng kepintaranya pdhl ia tidak paham dn ahirnya sesat. Al ilmu bi Aqli, Akal tak berilmu maka akal-akalan.

    Balas
  13. imam cahyo says:
    11 tahun yang lalu

    Profesor sesat menyesatkan

    Balas
  14. tqnku says:
    11 tahun yang lalu

    dari dialog yang ada di Youtube terlihat sekali agama yang dianut Prof musdah adalah Pancasila (bukan islam) kitabnya adalah UUD’45 (buka Al Qur’an),Petunjuk Referensinya adalah KUHP (bukan Hadis)…jadi ya begitu pemahamannya sangat dangkal sampai2 pembawa acaranya saja di bikin KIKUK

    Balas
  15. Sukmawati says:
    11 tahun yang lalu

    Ibu ini LBH berbahaya drpd org yg jelas2 kafir krn org bs sj menilai yg dikatakan betul,Dr penampilan kelihatan Islami tp ajaran Islam justru ditafsirkan sesuai keinginan hatinya. Klo begitu AL qur’an pun bisa sj diartikan sesuai kehendak hatinya tanpa memahami apa yg terkandung dlm Alquran.

    Balas
  16. M.Fauzi Rizal says:
    11 tahun yang lalu

    naudzubillahimin dzalik. kalo skedar pilhan untuk apa dia berpanas-panas ria dengan kerudungnya! sungguh pemikiran liberal ini sangat menyesatkan dan mengobrak-abrik isi al Quran!

    Balas
  17. daenk88 says:
    11 tahun yang lalu

    JIL emg sesat…

    Balas
  18. cristia says:
    10 tahun yang lalu

    Tak ada yang perlu diperdebatkan mengenai jilbab. Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda. Jika ada perbedaan tidak perlu dihina. Kita sebagai muslim, punya akal dan hati nurani yang bisa menentukan sendiri mana yang terbaik untuk diri kita sendiri. Janganlah selalu menghujat segala sesuatu yang kita anggap tidak sesuai. Mari saling menghargai perbedaan.

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      10 tahun yang lalu

      #cristia
      Bagi orang muslim, perbedaan dalam masalah agama dikembalikan kepada Al Qur’an dan hadits, bukan pada opini masing-masing. Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.

      Balas
  19. van says:
    10 tahun yang lalu

    bisa gak yasuatu gelar professor atau doctor itu dicabut? kalau iya, sepantasnya orang yang punya gelar seperti itu dan berpikiran nyleneh dicabut saja. Karena mereka memanfaatkan gelar mereka, sehingga banyak orang yang melihat mereka orang pandai, tetapi pemikirannya menyimpang. Ataukah memang gelar tersebut diperoleh dari mungkin dari luar negeri(Barat)? Sehingga memang sengaja dibuat seperti itu.
    Semoga Allah memberi petunjuk supaya mereka kembali ke Quran dan Assunnah

    Balas
  20. abu pajai says:
    10 tahun yang lalu

    la haula walla quwata illa billah..
    emng udah dekat waktunya..
    ya allah jauhkan lah hamba dari fitnah akhir jaman..

    Balas
  21. Zii says:
    10 tahun yang lalu

    Bcara agama gak bs hny bdasar pd pemikiran doang. Tolak ukur a al Qur’an n hadits..
    Yang gak ngerti kalo agama a lg d obrak abrik dgn pndpat hargai bda pmikiran, SILAHKAN karam ja ke laot

    Balas
  22. usman says:
    10 tahun yang lalu

    #cristia…tidak perlu didebatkan jikalau pendapat ibu itu digunakan untuk dirinya sendiri, jgn jadi provokator /menghasut /mengajak muslimah lain untuk ikut pendapat mu yg sedikit belok dari jalur yg lurus,ok..

    Balas
  23. usman says:
    10 tahun yang lalu

    jikalau mati ,didlm kubur dtg prtanyaan dr malaikat tentang jilbab …apa yg mesti kalian jawab?

    Balas
  24. scar says:
    10 tahun yang lalu

    Allah haya memerintahkan kepada wanita-wanita beriman. yg tdk berhijab tdk beriman

    Balas
  25. ummi azka says:
    10 tahun yang lalu

    Terima kasih atas sharing artikelnya… semoga menjadi sedikit penerang bagi orang-orang yang mau berfikir…

    Balas
  26. hary abdillah says:
    10 tahun yang lalu

    kita pantas bersyukur dengan adanya orang seperti itu, karena dengan mudahnya kita dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, sehingga kita bisa meng-upgrade keimanan kita.

    Balas
  27. logika says:
    10 tahun yang lalu

    Para komentatornya juga jangan sok suci ya, memang jilbab diwajibkan tapi komentnya bener2 nggak islami sekali, nggak usah saling menghina sesama muslim, toh amal dan perbuatan orang masuk surga juga ga diukur dari manusia aja, ada manusia yang udah mengikuti perintah Allah tapi pas matinya ia masuk neraka karena penyakit hati n perbuatannya kepada sesama manusia di muka bumi ini, justru yg terlihat berdosa malah sebelum ajalnya bertobat dan akhirnya masuk surga..jadi nggak usah menjudge orang, kalau memeang pikiran beliau salah ya didoakan baik2 semoga seegra dapat hidayah dari Allah..bukannya menghina dan mencaci maki kayak gitu..agama juga bukan diliat dari tampilan luar aja, yang penting adalah ketaatan sholat nya, puasa, zakat..dan juga org beriman ga bisa dliat perbedaannya kcuali sama sama mengucapkan. Syahadat..bahwa tuhan adalah Allah dan muhammad adalaah rasulNya..

    Balas
  28. Varius says:
    10 tahun yang lalu

    izin share ya makasih

    Balas
  29. zhii says:
    9 tahun yang lalu

    izin share yha ,,,

    Balas
  30. Ria says:
    3 tahun yang lalu

    Alhamdulillah saya menemukan tulisan ini. Titik terang bagi saya yg gundah gulana karena sampai tahun 2020 isu ini kembali mencuat di sosial media twitter.
    Ada 1-2 tokoh entah mereka siapa (followersnya ribuan) dengan berani bicara ttg tafsir, hadits dll namun dengan sudut pandang liberal seperti diatas. Pintar sekali mereka berbicara, latar belakangnya pun (katanya) berguru pada Kyiai/Ustadz besar.
    Terima kasih untuk tulisannya

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah