Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Pesan Kunci Bagi yang Sedang Berjuang Menjalani Cobaan Kehidupan

Fauzan Hidayat oleh Fauzan Hidayat
27 September 2022
Waktu Baca: 4 menit
0
sedang berjuang
287
SHARES
1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Saat ini kita sedang diuji oleh Allah Ta’ala dari cobaan perekonomian. Setelah melalui masa-masa sulit berhadapan dengan wabah Covid-19, kini kita pun dihadapkan dengan dampak perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar yang bermuara pada kenaikan harga barang dan jasa. Tentu ini menjadi cobaan yang cukup berat. Ketika nilai pendapatan tidak berbanding lurus dengan harga barang dan jasa tersebut, maka ujian kehidupan pun dimulai.

Dalam keadaan sulit ini, banyak pilihan untuk menempuh jalan pintas yang seakan menjadi solusi atas segala permasalahan ekonomi. Mulai dari pinjaman online (pinjol) ribawi, judi online, investasi gharar, dan berbagai tawaran menggiurkan yang apabila tidak dibarengi dengan keimanan yang kokoh, kita pun bisa dengan mudahnya terjerumus ke dalam hal-hal yang melanggar batasan agama tersebut. Wal’iyadzubillah

Lantas, bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi situasi sulit ini?

Majelis ilmu di bulan ramadan
Daftar Isi sembunyikan
1. Pesan kunci dari salafus shalih
2. Ketergantungan para salafus shalih kepada Allah
3. Buah manisnya ketergantungan kepada Allah
4. Tawakal dan ikhtiar

Pesan kunci dari salafus shalih

Saudaraku, engkau mungkin telah banyak mendengar nasihat-nasihat terbaik tentang kesabaran, ikhtiar maksimal, tawakal, dan tentang bagaimana memanjatkan doa-doa kepada Allah Ta’ala agar mendapatkan solusi atas segala permasalahan ekonomi yang sedang engkau hadapi.

Mungkin juga, engkau merasa bahwa semua jalan menuju solusi problematika kehidupan itu telah engkau tempuh dengan caramu yang kau anggap telah sempurna. Tapi, jalan itu masih terlihat samar dan jawaban atas permasalahan itu pun masih belum ada.

Lalu, apa yang salah dari itu semua?

Saudaraku, aku ingin menawarkan kepadamu satu kunci yang sejatinya telah engkau ketahui sejak lama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun beserta para sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam banyak riwayat selalu menyampaikan pesan kunci ini.

Pesan kunci itu adalah “gantungkanlah segala urusanmu kepada Allah”. Dengan bergantung sepenuhnya pada Allah, niscaya akan diberikan petunjuk bagaimana menjadi seorang yang takwa. Dengan menjadi orang yang bertakwa, maka akan ada jalan keluar yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadamu.

Baca Juga: Tauhid dan Terangkatnya Musibah

Ketergantungan para salafus shalih kepada Allah

Ketergantungan kepada Allah dalam bahasa syariat disebut tawakal. Kita tentu familiar dengan kata ini. Namun, lihatlah diri kita, kemudian tanyakan kepadanya tentang tawakal yang dipahami dan bagaimana mempraktikkannya?

Ambil contoh kecil ketika kita dihadapkan dengan perbedaan pendapat tentang suatu perkara agama. Kita cenderung merasa bahwa kita mampu menemukan jawaban yang lebih mendekati kebenaran dengan cara mencari referensi, mendengarkan fatwa ulama, atau bahkan memutuskan sendiri pendapat yang benar.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kita doa berikut ini:

اللهمَّ ربَّ جِبرائيل، ومِيكائيل، وإسرافيل، فاطرَ السماوات والأرض، عالمَ الغيب والشهادة، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون، اهدني لما اختُلِف فيه من الحق بإذنك، إنَّك تهدي مَن تشاء إلى صراطٍ مستقيمٍ

“Ya Allah! Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi, Zat Yang mengetahui perkara gaib dan tampak. Engkaulah yang menetapkan keputusan apa yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Mu. Tunjukkanlah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan (manusia) dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Maksudnya, bahkan dalam menghadapi perkara kecil pun kita dianjurkan untuk melaksanakan salat dan membaca doa ini sebagai istiftah guna mendapatkan petunjuk kebenaran atas perkara tersebut. Demikianlah salah satu contoh kecil bagaimana mempraktikkan tawakal dalam kehidupan.

Lebih lanjut, apabila kita mempelajari sirah tentang bagaimana para salafus shalih bertawakal kepada Allah, bahkan dalam perkara-perkara kecil, maka akan kita dapati betapa mereka benar-benar ketergantungan pada Allah Ta’ala.

Bukankah ini pertanda bahwa mereka begitu dekat dengan Rabbnya?

Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha mengatakan,

سَلُوا اللَّهَ كُلَّ شَيءٍ حَتَّى الشِّسعَ

“Mintalah kepada Allah, bahkan meminta tali sendal sekalipun.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2: 42, Al-Albani berkata, “mauquf jayyid” dalam Silsilah Adh-Dha’ifah no. 1363)

Saudaraku, bayangkan! Perkara tali sendal pun mereka merasa bahwa hanya kepada Allah tempat mengadu. Bahkan hingga urusan garam dan tali kekang untuk ternaknya pun mereka selalu menggantungkan urusan itu kepada Allah Ta’ala.

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته

“Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam salatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya.” (Jami’ Al-Ulum wal-Hikam, 1: 225)

Baca Juga: Musibah Ini Apakah Ujian Atau Azab?

Buah manisnya ketergantungan kepada Allah

Subhanallah! Sungguh mengesankan sikap para salafus shalih dalam menyikapi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.

Maka, apabila perkara kecil saja mereka yakini bahwa Allahlah Yang Mahapengatur semuanya, konon lagi dalam perkara-perkara yang lebih besar seperti cobaan perekonomian dan kemiskinan?

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

”Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad (1: 30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402 dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu)

Dalam Kitab Madarijus Salikin (2: 128) Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata,

“Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya. Ini membuktikan bahwa tawakal adalah jalan terbaik untuk menuju ke tempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Allah.”

Oleh karenanya, bertawakallah kepada Allah dalam urusan apapun. Terlebih dalam menghadapi permasalahan ekonomi yang saat ini melanda negeri. Sungguh, perkara ini sangat kecil bagi Allah Ta’ala. Allah Mahakaya atas segala hal, mengapa kita tidak menggantungkan (bertawakal) semua itu kepada Allah?

Tawakal dan ikhtiar

Namun demikian, pemahaman tentang tawakal harus benar-benar dimengerti secara menyeluruh sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum telah ajarkan kepada kita.

Bertawakal bukan berarti pasrah begitu saja dengan keadaan yang ada. Tentunya, seorang mukmin senantiasa membarengi tawakal dengan ikhtiar. Meyakini bahwa solusi akan diperoleh dengan izin Allah Ta’ala melalui ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam rangka mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra`d: 11)

Wallahu a’lam

Baca Juga:

  • Menangis dan Menceritakan Musibah Kepada Orang Lain
  • Bala’ dan Musibah Turun karena Dosa dan Terangkat karena Taubat

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel: www.muslim.or.id

Tags: adabAkhlakAqidahaqidah islamcobaan hidupfaidah sabarkeutamaan sabarkeutamaan tauhidmusibahnasihatnasihat islamsabarTauhid
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Fauzan Hidayat

Fauzan Hidayat

Artikel Terkait

Pertemuan dan perpisahan

Bertemu untuk Berpisah

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
24 Maret 2023
0

Mereka yang bertemu di dunia, namun tidak berjumpa di akhirat

Tidak Bersemangat Menyambut Ramadan

Tidak Bersemangat Menyambut Ramadan

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
23 Maret 2023
0

Ramadhan tinggal hitungan hari. Meskipun demikian tidak sedikit kita jumpai orang-orang yang notabene mengaku muslim

Puasa tapi tetap maksiat

Puasa, tetapi Tetap Bermaksiat

oleh Muhammad Idris, Lc.
22 Maret 2023
0

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

Artikel Selanjutnya
fastabiqul khairat

Bersegera dan Berlomba dalam Kebaikan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Donasi Muslim.or.id