Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Ini Dalilnya (11): Benarkah Rasulullah Tidak Khawatir Umatnya Berbuat Syirik?

Sufyan Basweidan oleh Sufyan Basweidan
19 Juni 2022
Waktu Baca: 5 menit
7
Benarkah Rasulullah Tidak Khawatir Umatnya Berbuat Syirik
551
SHARES
3.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Daftar Isi sembunyikan
1. Bagian Kedua
2. Masalah pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya berbuat syirik??
2.1. Pertama: Membasmi syirik adalah misi utama para Nabi dan Rasul
2.2. Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umatnya dari syirik
3. Lantas, apa maksud hadits yang pertama?

Bagian Kedua

Dalam bagian ini, kami tidak akan membahas seluruh syubhat yang ada di buku Mana Dalilnya 1, sebab hal itu akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di samping menjadikan buku ini tebal dan membosankan. Akan tetapi kami hanya menjawab syubhat-syubhat yang kami nilai paling berbahaya dan menyesatkan.

Sekali lagi kami mohon maaf bila ada sebagian tulisan yang agak tajam bagi kalangan tertentu, tujuan kami hanyalah menjelaskan kebenaran yang kami yakini dengan dalil-dalilnya. Dan seperti kata pepatah, “Siapa menebar angin pasti menuai badai“, alias siapa menebar syubhat yang menyesatkan, pasti menuai bantahan yang menyakitkan!

Masalah pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya berbuat syirik??

Novel mengatakan bahwa sebenarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah khawatir umatnya akan menjadi musyrik. Yang beliau khawatirkan adalah kita terlalu mencintai dunia dan berlomba-lomba memperebutkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Majelis ilmu di bulan ramadan

إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا

“Sesungguhnya aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad) [1].

Saya katakan: Sungguh aneh caranya berdalil … Bagaimana dia bisa berpemahaman seperti ini? Apakah ia hendak mengimani Islam secara parsial, alias mengambil yang cocok dengan seleranya lalu meninggalkan yang tidak demikian? Ataukah dia memang benar-benar jahil terhadap agama ini, hingga berani menulis kata-kata yang amat berbahaya yang intinya menganggap remeh masalah syirik?! Apapun jawabannya, yang jelas perkataannya ini batil dari dua sisi:

Pertama: Membasmi syirik adalah misi utama para Nabi dan Rasul

Allah Ta’ala tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan membawa misi tersebut. Allah berfirman yang artinya, “Sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul kepada tiap-tiap umat, agar (Rasul tersebut) mengatakan: “Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut” (An Nahl: 36)[2]. Demikian pula yang dikatakan oleh Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib, dan Nabi-nabi lainnya ‘alaihimus salam yang terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Sebagai contoh, silakan saudara baca Surat Al A’raf: 59-93, Asy Syu’ara: 69-77, Az Zumar: 64-66 dan masih banyak lagi lainnya.

Bukti bahwa masalah syirik senantiasa menjadi fokus dakwah para Nabi terutama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ialah ayat berikut yang merupakan perintah pertama dalam Al Qur’an,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai sekalian manusia, sembahlah Allah (Rabb kalian) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 21).

Kemudian langsung diikuti dengan larangan menyekutukan Allah, yang juga merupakan larangan pertama dalam Al Qur’an:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dialah (Allah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya. Dia menurunkan air (hujan) darinya kemudian mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun sedang kalian mengetahui hal tersebut” (QS. Al Baqarah: 22).

Jika kita perhatikan, sejak surat Al Fatihah hingga ayat tersebut tidak ada ayat yang bernada perintah dan larangan secara tegas sebelumnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya masalah tauhid dan betapa berbahayanya syirik.

Kemudian sebagaimana kita ketahui bersama, Nabi Ibrahim yang dijuluki khalilullah (kekasih Allah) dan bapaknya para Nabi telah menghancurkan berhala dengan tangannya sendiri. Namun demikian, beliau berdoa kepada Allah: “Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala” (QS. Ibrahim: 35). Kalaulah Nabi yang sekaliber Ibrahim ‘alaihis salam saja khawatir dirinya terjerumus dalam kemusyrikan, pantaskah manusia-manusia yang lemah iman seperti kita merasa aman dari kemusyrikan? Padahal beliau berdoa kepada Allah agar menjauhkan dirinya beserta anak keturunannya –termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam — agar dijauhkan dari syirik??

Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umatnya dari syirik

Kalau ada yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya menjadi musyrik sepeninggal beliau, maka dia adalah orang yang sangat bodoh terhadap ajaran beliau[3]. Bagaimana tidak, sedangkan dalam hadits disebutkan,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ

“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?”  Jawab Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)[4].

Jika riya’ (syirik kecil) yang hanya membatalkan amal tertentu saja beliau takutkan, maka masuk akalkah jika beliau tidak mengkhawatirkan syirik akbar yang membatalkan seluruh amal??

Dalil lain yang menunjukkan bahwa pemahaman si penulis adalah salah besar ialah hadits berikut:

لَا تَقُوم السَّاعَة حَتَّى تَضْطَرِب أَلَيَات نِسَاء دَوْس حَوْل ذِي الْخَلَصَة ، وَكَانَتْ صَنَمًا تَعْبُدهَا دَوْس فِي الْجَاهِلِيَّة بِتَبَالَة

“Kiamat tidak akan bangkit hingga wanita-wanita Daus tawaf mengelilingi Dzul Khalashah, yaitu berhala yang disembah oleh Daus di masa Jahiliyah“. (H.R. Bukhari dan Muslim).[5]

Demikian pula sabda beliau berikut;

لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى

“Malam dan siang tak akan hilang hingga Latta dan ‘Uzza disembah kembali” (HR Muslim).[6]

Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa ada sebagian dari umat Beliau yang kembali menjadi musyrik sepeninggal beliau. Demikian pula murtadnya sebagian besar bangsa Arab pasca kematian Beliau, sebagaimana yang terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan hal tersebut agar kita waspada terhadap segala bentuk syirik dan pintu-pintu yang mengarah kepadanya, dan ini membuktikan bahwa Nabi tetap mengkhawatirkan terjadinya syirik pada umat beliau sepeninggal beliau.

Lantas, apa maksud hadits yang pertama?

Mestinya si penulis tidak gegabah dalam memahami hadits diatas hingga terkesan meremehkan masalah syirik, akan tetapi mencari solusi lewat penjelasan para ulama terhadap hadits tadi. Al Imam Abul Abbas Al Qurthuby dalam penjelasannya mengatakan:

“Maksudnya; Beliau merasa aman bahwa tidak mungkin sahabat beliau secara keseluruhan meninggalkan Islam dan kembali kepada kesyirikan. Meski begitu, tidak berarti bahwa setiap orang dari mereka terjaga dari kemusyrikan. Sebab beliau sendiri yang mengabarkan bahwa ada di antara orang yang hidup bersama beliau yang kemudian murtad sepeninggal beliau…. atau boleh jadi yang beliau maksudkan adalah beberapa sahabat beliau secara khusus, yang berdasarkan wahyu Allah beliau mengetahui kesudahan mereka, dan bahwasanya mereka tetap berada di atas Islam hingga menghadap Allah kelak… atau yang beliau maksudkan adalah bahwa kemusyrikan tidak akan menguasai seluruh kaum muslimin. Dan pendapat yang paling kuat ialah yang pertama”.[7]

Baca juga: Bolehkah Ziarah Kubur untuk Mencari Berkah?

—

Catatan kaki:

[1] Mana Dalilnya 1, hal 38. Lihat hasil scan halaman tersebut pada lampiran.

[2] Yang dimaksud thaghut di sini ialah setiap yang rela diibadahi/disembah selain Allah Ta’ala.

[3] Maaf jika saya harus menggunakan kata-kata yang kasar seperti ini, sebab perkataan Novel di atas sangat berbahaya dan menyesatkan. Ia tidak mungkin diucapkan kecuali oleh dua tipe manusia: orang yang sangat bodoh terhadap Islam, atau orang berilmu yang ingin menyesatkan orang lain. Tipe pertama membawa musibah, sedang tipe kedua membawa malapetaka! Jadi, kami pilih baginya gelar yang paling ringan, yaitu: orang yang sangat bodoh semoga dia insaf dan belajar lebih baik.

[4] Lihat Musnad Imam Ahmad 5/429, hadits no 23686. sanad hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram, hadits no 1396 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah (2/671). Hadits dengan lafazh serupa juga diriwayatkan oleh Ath Thabarani dalam Al Mu’jamul Kabir dari sahabat Rafi’ bin Khadij. Al Haitsami mengatakan bahwa seluruh perawinya tsiqah. Sanad hadits ini dinyatakan jayyid (baik) oleh Al Mundziri. Kesimpulannya; hadits diatas adalah hadits shahih (lihat Jam’ul Jawami’ oleh As Suyuthi, hadits no 802, 803 dan 892).

[5] Lihat Shahih Bukhari no 1344, dan Shahih Muslim no 2296 dan 3031. Daus adalah nama sebuah kabilah yang berasal dari Yaman.

[6] Lihat Shahih Muslim no 2907. Makna hadits diatas ialah bahwa hari kiamat tak akan bangkit hingga ada sebagian dari umat beliau yang kembali menyembah berhala

[7] Lihat Al Mufhim lima asykala min talkhisi kitabi Muslim  oleh Al Qurthuby 6/93-94, cet 3, th 1426/2005, Daar Ibnu Katsir, Damaskus-Beirut.

—

Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc

(Mahasiswa Magister ‘Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ. Islam Madinah)

Artikel: muslim.or.id

Tags: Bid'ahbid'ah hasanahistighotsahmana dalilnya 1?Muhammad bin Abdul WahabSunnahtabarruktawassulWahabiziarah kubur
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Sufyan Basweidan

Sufyan Basweidan

Alumni Pascasarjana Jurusan Ulumul Hadits Universitas Islam Madinah

Artikel Terkait

Tabarruk

Tabarruk Kepada Jasad Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

oleh Yulian Purnama, S.Kom.
27 Februari 2023
0

Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata, أنَّ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ أَتَى مِنًى،...

kesesatan

Kesesatan yang Paling Parah

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
17 Februari 2023
0

Firman Allah Ta'ala, وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن یَدۡعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا یَسۡتَجِیبُ لَهُۥۤ إِلَىٰ یَوۡمِ ٱلۡقِیَـٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَاۤىِٕهِمۡ...

tafsir tauhid

Memahami Tafsir Tauhid

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
13 Februari 2023
0

Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Selawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya,...

Artikel Selanjutnya
Kajian Umum 2 Desember 2011: “Jurus Jitu Mendidik Anak”

Kajian Umum 2 Desember 2011: “Jurus Jitu Mendidik Anak”

Komentar 7

  1. sciencetronot says:
    11 tahun yang lalu

    kalau bukunya dah diterbitkan, tolong beri tahu saya ya. Saya ingin beli bukunya. Terima kasih..

    Balas
  2. Abu Bilal says:
    10 tahun yang lalu

    “Keadaan jaman akan kembali seperti semula, kembali mjd jaman jahiliah modern, berhala modern sdh merajai kehidupan, sangat betul kata hadist trsbt .. Bila manusia sdh cinta dunia, maka kemusyrikan akan merajai …”

    Balas
  3. oman says:
    10 tahun yang lalu

    tentu Rasulullah khawatir,,,

    follow @cintaquranIDdan kunjungi http://www.CintaQuran.com

    Balas
  4. Bhaskoro says:
    2 tahun yang lalu

    Umat Nabi Muhammad SAW tidak akan mengikuti kesesatan umat Nabi sebelumnya yg justru mengangkat Sang Nabi menjadi tuhan.. atau mengangkat para Ulama/Wali menjadi setara tuhan.. Cobaan berat umat Nabi Muhammad SAW itu mencintai dunia berlebihan, dan juga riya’.. misal riya’ atas ilmu yg kita miliki sehingga berusaha saling serang sesama orang yg “berilmu”..
    Wallahu ‘alam bishowab..

    Balas
    • Xxxx says:
      6 bulan yang lalu

      Mungkin yg di mksd hadis pertama di atas rasulullah tidak khwatir umat nya menjadi musyrik karena yg paham hal tersebut sudah banyak dr umat nya dan yg mengingatkan hal tersebut jg bnyak tpi untuk perkara yg kedua berlomba lomba memperebutkan dunia masih sangat sedikit yg mengingatkan dan bahkan mungkin kita jg masih termasuk yg masih belum bisa melepaskan diri dr perkara tersebut.yg berilmu pun sangat sulit lepas dr hal itu di zaman saat ini, ,Itu yg menjadi kekhawatiran rasulullah terhadap umat saat ini, , mohon maaf jika sy salah dlm memahami nya mohon di luruskan

      Balas
      • Aqsa says:
        3 bulan yang lalu

        Betul.. saya sependapat
        Jangan tekstual dalam memahami hadis, dan kumpulkan semua dulu kemudian kaji dengan seksama dengan dukungan ilmu pengetahuan lainnya.

        Karena ada fase fase zaman, khususnya akhir zaman ini. Memang kalo dizaman sekarang saya yakin betul umat tidak akan mudah berpaling dari keislaman agama ini. Tapi sangat mudah terpedaya dunia

        Balas
  5. Aqsa says:
    3 bulan yang lalu

    Ini hadis jangan maknai dengan konteks teks tual, ini makna kiasan yang sangat dalam dan membutuhkan dukungan pengetahuan lainnya.
    Maksudnya tdk khawatir bisa jadi umat ini tdk berpindah keyakinan nya, tapi tabiat dan sifat hawa nafsunya yang menjadikan dunia sebagai pemuas nafsu nya. Penyakit dari segala sumber penyakit adalah hubud dunya.

    Adapun disembahnya kembali lata uza atau kemusrikan totalitas itu adalah bagian dari fase fase zaman, boleh jadi saat itu sudah tdk adalagi umat Islam, karena sebagimana kita yakini nabi isa turun membunuh Dajjal dan setelah itu masa kejayaan imam Mahdi lalu ditutup dengan matinya orang beriman secara serentak dengan hembusan angin. Lalu setelah itulah terjadi kesyirikan besar.
    Dan tidak ada lagi orang beriman ketika kiamat tiba

    Wallahu alam

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Donasi Muslim.or.id