Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Aku Tak Takut Corona, Aku Hanya Takut Allah?

Ahmad Anshori, Lc oleh Ahmad Anshori, Lc
25 Mei 2020
Waktu Baca: 5 menit
4
takut wabah corona

Melalui tulisan ini kita berupaya meluruskan ucapan sebagian orang, di tengah wabah corona akhir-akhir ini. 

“Aku ngga takut corona. Aku hanya takut kepada Allah..“

Pembaca yang dimuliakan Allah…

Di saat rombongan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu mengadakan agenda kunjungan ke negeri Syam, beliau mendapatkan kabar bahwa di Syam sedang tersebar wabah tho’un. Sehingga beliau pun mengurungkan rencana kunjungan tersebut.

Abu Ubaidah radhiyallahu ’anhu sebagai gubernur Syam ketika itu, menyayangkan batalnya kunjungan itu. Beliau berkata kepada Umar,

يا أمير المؤمنين، أفراراً من قدر الله؟

“Wahai Amirul Mukminin.. Mengapa anda lari dari takdir Allah?“

Lalu Umar radhiyallahu ’anhu menjawab dengan sangat hikmah,

لو غيرك قالها يا أبا عبيدة! نعم، نفرّ من قدر الله إلى قدر الله، أرأيت لو كانت لك إبل فهبطت واديا له عدوتان، إحداهما خصبة، والأخرى جدبة، أليس إن رعيتَ الخصبة رعيتَها بقدر الله، وإن رعيت الجدبة رعيتَها بقدر الله؟

“Aku berharap bukan Anda yang mengucapkan itu, ya Abu Ubaidah. Iya benar, kami sedang lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain. Seandainya kamu punya unta, kemudian ada dua lahan yang subur dan yang kering. Bukankah bila Anda gembalakan ke lembah yang kering itu adalah takdir Allah, dan jika Anda pindah ke lembah subur itu juga takdir Allah?!

“Iya benar…” Jawab sahabat Abu Ubaidah radhiyallahu ’anhu.

Umar pun takut pada wabah tho’un, kemudian berikhtiar menghindar. Padahal beliau adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, Khalifahnya Rasulullah, orang yang Nabi pernah bilang, “kalau ada Nabi setelahku, maka Umar orangnya.” Sosok yang pernah Nabi ceritakan bahwa setan tidak berani melewati jalan yang dilewati oleh Umar. Kita siapa? Umar bukan? Nabi bukan? Rasul bukan? Shalih juga masih ragu-ragu? Kemudian petantang-petenteng?!

Baca Juga: Hukum Menghadiri Shalat Jamaah dan Shalat Jum’at di Masjid ketika Terjadi Wabah

Ini menunjukkan bahwa, sebenarnya takut kepada Corona tidak bertentangan dengan takut kepada Allah.

Karena takut kepada makhluk yang bisa mendatangkan bahaya, tergolong takut yang sifatnya tabiat (thobi’i).

Allah Ta’ala memaklumi adanya takut seperti ini pada diri manusia. Karena itu bagian dari fitrah yang Allah tanamkan pada diri manusia. Sehingga tidak perlu dipertentangkan dengan takut kepada Allah.

Bahkan manusia yang mulian yaitu para Nabi, pun merasakan takut ini. Sebut saja Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

فَخَرَجَ مِنۡهَا خَآئِفٗا يَتَرَقَّبُۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya). Dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.” (QS. Al-Qashash: 21)

Saat Allah menunjukkan mukjizat Nabi Musa dihadapan para penyihir Fir’aun, ketika tongkat beliau berubah menjadi ular, Musa gelisah ketakutan.

وَأَلۡقِ عَصَاكَۚ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهۡتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنّٞ وَلَّىٰ مُدۡبِرٗا وَلَمۡ يُعَقِّبۡۚ يَٰمُوسَىٰ لَا تَخَفۡ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ ٱلۡمُرۡسَلُونَ

“Lemparkanlah tongkatmu!” Maka ketika (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh. ”Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku, para rasul tidak perlu takut.” (QS. An-Naml: 10)

Lihatlah, Nabi Musa pun takut kepada ular. Apakah sekelas Nabi Musa yang kualitas takwa dan tauhidnya jelas terjamin baik; bayangkan beliau termasuk Nabi Ulul Azmi, melihat ular-ular itu kemudian berkata, “Saya ngga takut ular. Saya hanya takut kepada Allah. Sini ular saya cincang kalian.”?! Ternyata tidak, Allah Tuhan yang maha tahu isi hati manusia sendiri bahkan yang menceritakan dan tidak mengingkari adanya takut jenis itu pada diri Musa.

Saudaraku yang dimuliakan Allah…

Baca Juga: Social Distancing, Lockdown, dan Menghindari Bersalaman Sementara dalam Konsep Islam ketika Wabah

Ketahuilah bahwa, takut kepada Allah harus didasari ilmu. Bukan bermodal semangat saja.

Di dalam Al-Qur’an, Allah menyandingkan rasa takut kepadaNya dengan ilmu.

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ

“Hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28)

Bisa pembaca rasakan, ungkapan di atas lebih di dasari ilmu atau semangat?

Sama jawaban kita, semboyan di atas hanya didasari semangat tanpa ilmu. Sehingga lebih pantas disebut nekad, bukan takut kepada Allah.

Bukti bahwa semboyan di atas tidak didasari ilmu adalah, hampir bisa dipastikan orang yang memegang semboyan itu adalah kalangan awam terhadap ilmu agama dan ilmu medis. Silahkan perhatikan, tak ada satupun ulama atau ustadz, yang mumpuni ilmu agamanya, apalagi dokter, yang berprinsip demikian. Rata-rata yang memegang prinsip itu adalah orang awam yang tidak punya kapasitas di bidang ilmu agama dan juga kesehatan. Atau, orang awam yang diustadzkan.

Silahkan, sekarang mau pilih ikut yang mana sahabat?

Kita hidup di bumi Allah teman. Maka harus patuh pada hukum Allah yang berlaku di bumi ini. Jangan membuat hukum sendiri di alam ini. Kecuali kalau punya alam sendiri. Allah tetapkan di dunia ini ada hukum sebab akibat. Anda mau dapat sesuatu, harus ada upaya (ikhtiyar). Anda tidak mengupayakan sebab, tak mungkin mendapatkan akibat atau hasil.

Maryam saja, sosok yang sudah jelas dicintai Allah, saat akan melahirkan Nabi Isa ‘alaihis salaam, untuk mendapatkan buah kurma, Allah perintahkan dia untuk melakukan sebab, yaitu menggoncang pohon kurma agar buah berjatuhan,

وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25)

Kita siapa brother? Tidak mau berusaha?! Maunya semua gratis? Kadang kita suka pede keterlaluan.

Orang yang seperti itu, sama saja dengan orang yang ingin punya anak tapi tidak mau nikah. Berdoa saja. Pengen dapat rizki tapi tidak usah kerja, yang penting doa saja.

Coba kepada orang yang berprinsip seperti itu, kita ajak ke kandang singa atau buaya. Tolong tinggal di situ satu atau dua jam saja, sambil lantang berteriak, “Woi singa… woi buaya.. kemari, aku ngga takut sama kalian. Aku takut kepada Allah.”

Berani menerima tantangan ini?! Kalau masih pikir-pikir berarti tidak konsisten dengan prinsip yang dia pegang.

Baca Juga:

  • Hukum Qunut Nazilah saat Terjadi Wabah
  • Mendudukkan Bagaimanakah Tawakkal yang Benar ketika Terjadi Wabah

Wallahua’lam bis showab…

Penulis: Ahmad Anshori

Artikel: Muslim.or.id

Tags: berjabat tanganbersalamancoronacovid 19lockdownmencegah covid 19pandemikpandemik coronapandemik covid 19SARS Cov 2social distancingvirus coronawabah coronawabah covid 19wabah penyakit
Ahmad Anshori, Lc

Ahmad Anshori, Lc

Alumni PP. Hamalatul Qur'an Yogyakarta. Alumni Mahasiswa Fakultas Syari'ah Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia

Artikel Terkait

Penetapan Hakikat Tauhid

Penetapan Hakikat Tauhid

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
26 September 2023
0

Syekh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata, “Barangsiapa mentadaburi Kitabullah serta membaca Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati...

Bukti Penghambaan kepada Allah

Bukti Penghambaan kepada Allah

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
10 September 2023
0

Bismillah. Allah berfirman, فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ “Makanlah kalian dari sebagian...

Korelasi Rukun Ibadah

Korelasi Rukun Ibadah

oleh Agung Argiyansyah
6 September 2023
0

Syarat ibadah Ibadah seseorang tidaklah akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kecuali jika terpenuhi dua syarat: Yang pertama: Ikhlas,...

Artikel Selanjutnya

Masjid Ditutup Karena Wabah

Komentar 4

  1. Joel says:
    4 tahun yang lalu

    Izin tanya ustadz,

    bagaimana dengan ucapan : ” mati itu bukan karena virus atau apapun, tapi mati itu karena jatah umurnya sudah habis”, benar atau tidak?

    Balas
    • Yulian Purnama, S.Kom. says:
      3 tahun yang lalu

      Betul mati itu karena takdir, namun setiap takdir ada sebabnya.

      Balas
  2. Hari Juanda says:
    3 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikum ustadz
    Bagaimana bolehkah nikah saat wabah sekatang ini, apa harus ditunda dulu ustadz?
    Jazakallahu khair

    Balas
    • Yulian Purnama, S.Kom. says:
      3 tahun yang lalu

      Wa’alaikumussalam,
      Pertimbangkan maslahat-mudharat. Kalau lebih banyak mudharatnya maka sebaiknya tunda dulu.

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah