Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Tata Cara Tasyahud Akhir Dalam Salat

Yulian Purnama, S.Kom. oleh Yulian Purnama, S.Kom.
11 Mei 2019
Waktu Baca: 6 menit
5
tata cara tasyahud akhir
2.5k
SHARES
13.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tasyahud akhir dilakukan setelah sujud kedua pada rakaat paling terakhir dalam salat. Duduk tasyahud akhir dan bacaannya adalah rukun salat. Dalilnya adalah hadis Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu tentang bacaan tasyahud akhir, beliau berkata:

كنَّا نقولُ قبْلَ أنْ يُفرَضَ علينا التشهُّدُ: السَّلامُ على اللهِ قبْلَ عبادِه، السَّلامُ على جِبْريلَ، السَّلامُ على ميكائيلَ، السَّلامُ على فُلانٍ، فقال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: لا تقولوا: السَّلامُ على اللهِ؛ فإنَّ اللهَ هو السَّلامُ، ولكن قولوا: التَّحيَّاتُ للهِ

“Dahulu sebelum tasyahud diwajibkan kepada kami, kami mengucapkan: as salaam ‘alallah qabla ibaadihi, as salaam ‘ala Jibril, as salaam ‘ala Mikail, as salaam ‘ala fulan (Salam kepada Allah sebelum kepada hamba-Nya, salam kepada Jibril, salam kepada Mikail, dan salam kepada fulan). Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun mengatakan: janganlah kalian mengatakan “as salaam ‘alallah” karena Dialah As Salam. Namun katakanlah: at tahiyyatu lillah (segala penghormatan hanya milik Allah).” (HR. Bukhari no. 1202, Muslim no. 402)

Majelis ilmu di bulan ramadan

Dalam hadis ini jelas disebutkan “sebelum tasyahud diwajibkan kepada kami“, menunjukkan bahwa tasyahud akhir hukumnya wajib dan merupakan rukun salat.

Dan ulama ijma bahwa duduk tasyahud akhir merupakan rukun salat. Imam An Nawawi mengatakan:

فمِن المجمَع عليه: النيَّة، والقعودُ في التشهُّد الأخير

“Diantara kesepakatan ulama, niat dan duduk tasyahud akhir (adalah rukun salat).” (Syarah Shahih Muslim, 4/107)

Baca Juga: Cara Salam Di Akhir Salat

Cara Duduk Tasyahud Akhir

Cara duduk tasyahud akhir adalah dengan duduk tawarruk, yaitu duduk di lantai, kedua kaki diletakkan di sebelah kanan pinggang, kaki kiri dibentangkan, sedangkan kaki kanan ditegakkan. Dalam hadis Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:

فإذا جلس في الركعتين جلس على رجلٌه اليسرى، ونصب اليمنى، وإذا جلس في الركعة الآخرة، قدم رجلٌه اليسرى، ونصب الأخرى، وقعد على مقعدته

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di atas lantai.” (HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)

Dalam riwayat lain:

حتَّى إذا كانتِ الرَّكعةُ التي تنقضي فيها الصَّلاةُ، أخَّرَ رِجْلَه اليُسرى، وقعَد على شِقِّه متورِّكًا ثم سلَّمَ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika sudah sampai pada rakaat terakhir salat, beliau menjulurkan kaki kirinya dan duduk langsung di lantai dalam keadaan tawarruk, kemudian salam.” (HR. Abu Daud no. 730, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud)

Demikian juga jika dalam salat ada dua tasyahud, maka tasyahud pertama dibaca dengan keadaan duduk iftirasy dan tasyahud yang kedua dibaca dalam keaadaan duduk tawarruk sebagaimana zahir hadis-hadis di atas.

Baca Juga: Keutamaan-Keutamaan Ibadah Shalat

Cara Duduk Tasyahud Jika Satu Tasyahud

Para ulama berbeda pendapat (khilaf) mengenai cara duduk tasyahud akhir jika di dalam salat hanya ada satu tasyahud. Karena dalam hadis Abu Humaid di atas, terdapat isyarat bahwa Nabi duduk iftirasy pada rakaat kedua, sedangkan dalam riwayat Abu Daud dipahami bahwa duduk tawarruk adalah duduk tasyahud di rakaat terakhir. Padahal jika salat hanya dua rakaat maka duduk tasyahud ketika itu adalah tasyahud di rakaat kedua sekaligus di rakaat terakhir.

Para ulama khilaf dalam dua pendapat:

Pendapat pertama, duduk dengan cara tawarruk. Ini adalah pendapat Syafi’iyyah dan Malikiyyah. Dalil mereka adalah riwayat Abu Humaid yang terdapat lafadz:

حتَّى إذا كانتِ الرَّكعةُ التي تنقضي فيها الصَّلاةُ، أخَّرَ رِجْلَه اليُسرى، وقعَد على شِقِّه متورِّكًا ثم سلَّمَ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika sudah sampai pada rakaat terakhir salat, beliau menjulurkan kaki kirinya dan duduk langsung di lantai dalam keadaan tawarruk, kemudian salam”

Pendapat kedua: duduk dengan cara iftirasy. Ini adalah pendapat Hanabilah dan Hanafiyah, juga dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Dalilnya hadis Abu Humaid riwayat Bukhari – Muslim di atas:

فإذا جلس في الركعتين جلس على رجلٌه اليسرى، ونصب اليمنى

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan”

Dikuatkan dengan riwayat dari Aisyah radhiallahu’anha:

وكان يقولُ في كلِّ ركعتين التحيةَ، وكان يفرشُ رِجلَه اليُسرَى، وينصبُ رِجلَه اليُمنَى

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di setiap dua rakaat beliau mengucapkan tahiyyah (tasyahud). Dan beliau membentangkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya.” (HR. Muslim no. 498)

Maka pendapat kedua ini nampaknya yang lebih rajih, wallahu a’lam.

Baca Juga: Disyariatkan Membaca Doa Qunut Dalam Shalat Witir

Bacaan Tasyahud Akhir dan Isyarat Jari

Bacaan tasyahud akhir sama dengan bacaan tasyahud awal hanya saja ada tambahan shalawat. Silakan simak kembali artikel Tata Cara Tasyahud Awal untuk mengetahui bacaan-bacaan tersebut. Demikian juga mengenai isyarat jari, sama seperti pada tasyahud awal, silakan merujuk kembali pada artikel tersebut.

Baca Juga: Perhatikan Aroma Tubuh Sebelum Pergi Shalat Berjamaah

Shalawat di Tasyahud Akhir

Para ulama khilaf mengenai hukumnya menjadi dua pendapat:

Pendapat pertama: hukumnya sunnah. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Malikiyah, Ibnu Abdil Barr, Ibnul Munzhir, Zhahiriyah, dan juga pendapat yang dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

Dalil yang mereka gunakan adalah sebuah hadis dari Alqamah:

عَلقمةَ أنَّ عبدَ اللهِ بنَ مسعودٍ أخذَ بيدِه، وأنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أخَذ بيدِ عبدِ اللهِ فعلَّمَه التشهُّدَ في الصَّلاةِ، قال: قُلِ: التَّحيَّاتُ للهِ، والصَّلواتُ، والطَّيِّباتُ، السَّلامُ عليك أيُّها النبيُّ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه، السَّلامُ علينا وعلى عبادِ اللهِ الصَّالحينَ، قال زُهَيرٌ: حفِظْتُ عنه إن شاءَ اللهُ: أشهَدُ أنْ لا إلهَ إلَّا اللهُ، وأشهَدُ أنَّ محمَّدًا عبدُه ورسولُه، قال: فإذا قضَيْتَ هذا أو قال: فإذا فعَلْتَ هذا، فقد قضَيْتَ صلاتَك، إن شئتَ أنْ تقومَ فقُمْ، وإن شِئْتَ أنْ تقعُدَ فاقعُدْ

“Abdullah bin Mas’ud menarik tangannya Alqamah sedangkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menarik tangan Ibnu Mas’ud untuk mengajarkannya tasyahud di dalam salat.

Nabi bersabda ucapkanlah,

“at tahiyyaatu lillaah was shalawaatu wat thayyibaat as salaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warahmatullah wabarakaatuh, as salaamu ‘alainaa wa ‘ala ibaadillahis shaalihiin”. Zuhair berkata: yang aku hafal insya Allah ada tambahan: “asy-hadu an laailaaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan abduhu wara suluh”.

Nabi lalu bersabda: jika engkau sudah selesai membaca ini, maka engkau telah menyelesaikan salatmu. Jika engkau ingin berdiri, silakan berdiri, atau jika engkau ingin duduk silakan duduk.” (HR. Abu Daud no. 970)

Namun Syaikh Al Albani menegaskan:

شاذّ بزيادة ((إذا قلت..))، والصواب أنَّه من قول ابن مسعود موقوفًا عليه

“Hadits ini syadz dengan tambahan: “jika engkau sudah selesai membaca ini, dst.” yang benar ini adalah hadis yang mauquf, merupakan perkataan Ibnu Mas’ud.” (Shahih Sunan Abu Daud no. 970)

Pendapat kedua: hukumnya wajib. Ini adalah pendapat Hanabilah, Syafi’iyyah, Ibnu Arabi dan dikuatkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz.

Dalilnya hadis Ka’ab bin Ujrah radhiallahu’anhu, ia berkata:

إنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم خرَج علينا، فقُلْنا: يا رسولَ اللهِ، قد علِمْنا كيف نُسلِّمُ عليك، فكيف نُصلِّي عليك؟ قال: قولوا: اللهمَّ صلِّ على محمَّدٍ، وعلى آلِ محمَّدٍ، كما صلَّيْتَ على آلِ إبراهيمَ، إنَّك حميدٌ مجيدٌ، اللهمَّ بارِكْ على محمَّدٍ، وعلى آلِ محمَّدٍ، كما بارَكْتَ على آلِ إبراهيمَ، إنَّك حميدٌ مجيدٌ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar bersama kami, lalu kami berkata: Wahai Rasulullah kami sudah tahu cara salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu? Nabi menjawab: ucapkanlah:

“Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shalayta ‘ala aali Ibrahim, innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhamamd kamaa baarakta ‘ala aali Ibrahim, innaka hamiidum majid”

 (Ya Allah semoga shalawat terlimpah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana shalawat terlimpah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim,Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.Ya Allah semoga keberkahan terlimpah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia)” (HR. Bukhari no. 6357, Muslim no. 406)

Dalam hadis ini digunakan fi’il amr (perintah), maka menunjukkan hukumnya wajib. Wallahu a’lam, ini pendapat yang lebih rajih.

Baca Juga: Apa Yang Dilakukan Ketika Imam Batal Wudhu Di Tengah Shalat?

Membaca Doa Perlindungan Dari Empat Hal

Setelah tasyahud akhir dan sebelum salam, dianjurkan membaca doa perlindungan dari empat hal. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا فرَغَ أحَدُكم مِن التشهُّدِ الآخِرِ، فلْيتعوَّذْ باللهِ مِن أربعٍ: يقولُ : اللهم ! إني أعوذُ بك من عذابِ جهنمَ . ومن عذابِ القبرِ . ومن فتنةِ المحيا والمماتِ . ومن شرِّ فتنةِ المسيحِ الدجالِ

“Jika salah seorang di antara kalian ber-tasyahud akhir, maka setelah itu mintalah perlindungan kepada Allah dari empat hal, ucapkanlah:

“Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabi jahannam, wamin ‘adzabil qabri, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal”

(Ya Allah, aku memohon perlindunganMu dari neraka Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah orang yang hidup dan juga orang yang sudah mati, dan dari keburukan fitnah Al Masih Ad Dajjal).” (HR. Muslim no. 588)

Baca Juga:

  • Meneladani Para Sahabat Nabi Dalam Meluruskan Shaf Shalat
  • Fatwa Ulama: Bolehkah Menunda Shalat Karena Pekerjaan?

Demikian sedikit ulasan yang ringkas ini, semoga bermanfaat.

***

 

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.Or.Id

Tags: bacaan tasyahudbacaan tasyahud akhirbacaan tasyahud awalcara shalatfikih ibadahfikih shalatpahala shalatpanduan shalatShalatsifat shalat nabisunnah dalam shalattasyahud akhirtasyahud awaltata cara shalat
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Yulian Purnama, S.Kom.

Yulian Purnama, S.Kom.

Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web Muslim.or.id dan Muslimah.or.id

Artikel Terkait

Sengaja safar agar tidak berpuasa

Fatwa Ulama: Hukum Sengaja Melakukan Safar agar Tidak Berpuasa

oleh dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
25 Maret 2023
0

Fadhilatusy syaikh, bagaimanakah hukum orang yang sengaja safar (melakukan perjalanan jauh) di bulan Ramadan agar bisa tidak berpuasa? Bagaimanakah hukumnya?

Khiyar rukyah

Serial Fikih Muamalah (Bag. 17): Mengenal Khiyar Rukyah dan Pengaruhnya terhadap Akad Jual Beli

oleh Muhammad Idris, Lc.
14 Maret 2023
0

Pada kesempatan kali ini, insyaAllah akan kita bahas lebih mendalam hak khiyar rukyah dari sisi syariat Islam.

hukum haji anak kecil

Hukum Umrah atau Haji Anak Kecil

oleh Ahmad Anshori, Lc
14 Maret 2023
0

Ada perbedaan perndapat ahli fikih tentang keabsahan umrah atau haji anak kecil.

Artikel Selanjutnya
Beberapa Kesalahan di Hari Jumat (Bag. 3): Memperpanjang Khotbah dan Mempercepat Salat

Beberapa Kesalahan di Hari Jumat (Bag. 3): Memperpanjang Khotbah dan Mempercepat Salat

Komentar 5

  1. Muslim Hijrah says:
    4 tahun yang lalu

    Soal sholawat saat sholat, pendapat kedua itu apakah dalilnya yang dipakai itu, Ustadz?

    Jika dalilnya itu, pada bagian manakah beliau memerintahkan bersholawat setelah attahiyat?

    Karena yang kami lihat disana hanya shohabat bertanya tentang tatacara sholawat saja.
    Afwan.

    Mohon faedahnya.

    Balas
    • Yulian Purnama says:
      4 tahun yang lalu

      Pertanyaan bagus. Hadits tersebut bisa dipahami dalam riwayat lainnya, dengan lafadz:

      فكيف نُصلِّي عليك إذَا نحنُ صلَّيْنا في صلاتِنا، صلَّى اللهُ عليك؟

      “Bagaimana kami bershalawat kepadamu dalam shalat-shalat kami?”

      Jadi pertanyaan tersebut sebenarnya tentang shalawat dalam shalat

      Balas
      • Muslim Hijrah says:
        4 tahun yang lalu

        Na’am Ustadzi, adapun pendapat pertama.

        Menurut Syaikh Albani hadist diatas adalah perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

        Berarti Ibnu Mas’ud yang memberitahu bahwa setelah attahiyat boleh berdiri (selesai) ya Ustadz?

        Balas
  2. Hamba allah says:
    3 tahun yang lalu

    Yg benar di baca hamidum majid atau hamidun majid. Kalo saya liat tulisan arabnya di bacanya hamidun majid tapi tulisan latinnya hamidum majid. saya pernah nyari kalo nun mati dibaca jadi mim kalo ketemu huruf ba. Mohon penjelasannya ustadz terima kasih

    Balas
  3. Devan says:
    12 bulan yang lalu

    ‎السلام عليكم Ustadz, bagaimana dengan do’a sebelum salam yg dalam HR.Tirmidzi 3499 termasuk waktu mustajabnya doa, apakah berlaku juga untuk shalat sunnah? Atau mungkin ada hadits lain atau pendapat lain mengenai doa sebelum salam pada shalat sunnah?
    ‎جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Donasi Muslim.or.id