Baca pembahasan sebelumnya: Mengenal Seluk Beluk BID’AH (3): Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah
[Bagian Keempat dari 4 Tulisan]
Sudah sepatutnya kita menjauhi berbagai macam bid’ah mengingat dampak buruk yang ditimbulkan. Berikut beberapa dampak buruk dari bid’ah.
[Pertama, amalan bid’ah tertolak]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Orang yang berbuat bid’ah inilah yang amalannya merugi. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi [18] : 103-104)
[Kedua, pelaku bid’ah terhalangi untuk bertaubat selama dia terus menerus dalam bid’ahnya. Oleh karena itu, ditakutkan dia akan mengalami su’ul khotimah]
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Allah betul-betul akan menghalangi setiap pelaku bid’ah untuk bertaubat sampai dia meninggalkan bid’ahnya.” (HR. Thabrani. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 54)
[Ketiga, pelaku bid’ah tidak akan minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak akan mendapatkan syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari no. 7051)
Inilah do’a laknat untuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berbuat bid’ah.
Ibnu Baththol mengatakan, “Demikianlah, seluruh perkara bid’ah yang diada-adakan dalam perkara agama tidak diridhoi oleh Allah karena hal ini telah menyelisihi jalan kaum muslimin yang berada di atas kebenaran (al haq). Seluruh pelaku bid’ah termasuk orang-orang yang mengganti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang membuat-buat perkara baru dalam agama. Begitu pula orang yang berbuat zholim dan yang menyelisihi kebenaran, mereka semua telah membuat sesuatu yang baru dan telah mengganti dengan ajaran selain Islam. Oleh karena itu, mereka juga termasuk dalam hadits ini.” (Lihat Syarh Ibnu Baththol, 19/2, Asy Syamilah) -Semoga Allah menjauhkan kita dari berbagai perkara bid’ah dan menjadikan kita sebagai umatnya yang akan menikmati al haudh sehingga kita tidak akan merasakan dahaga yang menyengsarakan di hari kiamat, Amin Ya Mujibad Du’a-
[Keempat, pelaku bid’ah akan mendapatkan dosa jika amalan bid’ahnya diikuti orang lain]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)
Wahai saudaraku, perhatikanlah hadits ini. Sungguh sangat merugi sekali orang yang melestarikan bid’ah dan tradisi-tradisi yang menyelisihi syari’at. Bukan hanya dosa dirinya yang akan dia tanggung, tetapi juga dosa orang yang mengikutinya. Padahal bid’ah itu paling mudah menyebar. Lalu bagaimana yang mengikutinya sampai ratusan bahkan ribuan orang? Berapa banyak dosa yang akan dia tanggung? Seharusnya kita melestarikan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenapa harus melestarikan tradisi dan budaya yang menyelisihi syari’at? Jika melestarikan ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam -seperti mentalqinkan mayit menjelang kematiannya bukan dengan talqin setelah dimakamkan- kita akan mendapatkan ganjaran untuk diri kita dan juga dari orang lain yang mengikuti kita. Sedangkan jika kita menyebarkan dan melestarikan tradisi tahlilan, yasinan, maulidan, lalu diikuti oleh generasi setelah kita, apa yang akan kita dapat? Malah hanya dosa dari yang mengikuti kita yang kita peroleh.
Marilah Bersatu di Atas Kebenaran
Saudaraku, kami menyinggung masalah bid’ah ini bukanlah maksud kami untuk memecah belah kaum muslimin sebagaimana disangka oleh sebagian orang jika kami menyinggung masalah ini. Yang hanya kami inginkan adalah bagaimana umat ini bisa bersatu di atas kebenaran dan di atas ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang benar. Yang kami inginkan adalah agar saudara kami mengetahui kebenaran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang kami ketahui. Kami tidak ingin saudara kami terjerumus dalam kesalahan sebagaimana tidak kami inginkan pada diri kami. Semoga maksud kami ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib,
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud [11] : 88)
Inilah sedikit pembahasan mengenai bid’ah, kerancuan-kerancuan di dalamnya dan dampak buruk yang ditimbulkan. Semoga dengan tulisan yang singkat ini kita dapat semakin mengenalinya dengan baik. Hal ini bukan berarti dengan mengetahuinya kita harus melakukan bid’ah tersebut. Karena sebagaimana perkataan seorang penyair,
عَرَّفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ …
وَمَنْ لاَ يَعْرِفُ الشَّرَّ مِنَ النَّاسِ يَقَعُ فِيْهِ
Aku mengenal kejelekan, bukan berarti ingin melakukannya, tetapi ingin menjauhinya
Karena barangsiapa tidak mengenal kejelekan, mungkin dia bisa terjatuh di dalamnya
Ya Hayyu, Ya Qoyyum. Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Kekal. Dengan rahmat-Mu, kami memohon kepada-Mu. Perbaikilah segala urusan kami dan janganlah Engkau sandarkan urusan tersebut pada diri kami, walaupun hanya sekejap mata. Amin Yaa Mujibbas Sa’ilin.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah selalu memberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyib, dan menjadikan amalan kita diterima di sisi-Nya. Innahu sami’un qoriibum mujibud da’awaat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Selesai disusun di rumah tercinta, Desa Pangukan, Sleman
Saat Allah memberi nikmat hujan di siang hari, Kamis, 9 Syawal 1429 (bertepatan dengan 9 Oktober 2008)
***
Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.
Dimuroja’ah oleh: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
Pelaku bid’ah diharamkan dari minum seteguk air yang nikmat dari tangannya Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam dan dari telaganya yang mana telaga itu lebih putih dari salju dan lebih manis daripada madu. Maka sungguh telah benar dari hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ” Benar-benar suatu kaum dari umatku akan ditolak dari telaga sebagaimana unta asing ditolak (dari kerumunan unta)”, maka aku berkata : “Ya Allah itu adalah umatku”, maka dikatakan : “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu”. Maka demikianlah kesudahan akhir ahli bid’ah baik pada masa lampau atau masa sekarang, (Semoga Allah melindungi kita dari akhir kematiaan buruk seperti mereka). Maka apakah sadar mereka para ahli bid’ah pada setiap zaman dan tempat pada buruknya tempat kembali mereka?
Saya pernah mengikuti pembahasan ttg bid’ah di Huda TV (TV Islam berbahasa Inggris), mereka menterjemahkan kata “bid’ah” ke dalam bahasa Inggris menjadi “Innovation” atau “inovasi” dalam bahasa kita.
Kalo kita lihat definisi dari kata “Inovasi” dlm bahasa Indonesia sbb:
Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” dan/atau “hasil” pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial). (http://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi)
Yang jika kita sambungkan dg “Inovasi dalam beragama” mungkin definisinya akan menjadi:
“”proses” dan/atau “hasil” pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan suatu amal ibadah, yang memberikan nilai yang berarti.”
Apakah pelaku bid’ah itu merasa pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya mampu utk menciptakan suatu amal ibadah baru yg memberi nilai tambah atas apa-apa yg telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam?
Allahulmusta’an.
Ini pertanyaan yg mengganjal dihati saya. Diatas td sudah dijelaskan bhw pelaku bid’ah akan terhalang taubatnya….dst.
Bagaimanakah jika dihubungkan dgn sifat Allah dalam asmaul husna yang Arrahman Arrahim?
ko ribet bgt ngurusin mslh itu, msh byk yg lebih penting drpd itu, biasa aja lg..
Pelaku bid’ah terhalang dari taubat karena ia merasa benar dalam perbuatannya merasa di atas jalan kebenaran, maka bagaimana mungkin orang seperti ini bisa bertaubat.. yang terhalang dari taubat adalah pelaku bid’ah yang tidak mau belajar sehingga ia beramal di atas kebodohan padahal amalannya tersebut bid’ah, atau orang tersebut telah sampai kebenaran, telah sampai dalil kepadanya akan tetapi ia bersikeras dengan kefanatikan ajaran yang di bawa oleh guru2nya padahal ajaran tersebut tidak memiliki dasar dalam syariat.
Adapun jika seorang pelaku bid’ah ia melakukan bid’ah karena tidak tahu, kemudian ketika di beritahu kemudian ia berusaha belajar, mencari kebenaran sehingga ketika kebenaran itu ia dapatkan ia mengikutinya, bertaubat dari kesalahan-kesalahannya yang lalu. maka orang seperti inilah yang Allah berikan petunjuk kepada-Nya, adapun orang tipe pertama adalah orang yang tidak mendapat petunjuk Allah. Semoga kita di lindungi dari akhir kehidupan yang buruk.
“Tidaklah Allah menzalimi mereka, akan tetapi mereka yang menzalimi diri mereka sendiri.”
Pembaca sekalian yang semoga selalu mendapat taufik Allah
Ada sebuah komentar semacam ini : ko ribet bgt ngurusin mslh itu, msh byk yg lebih penting drpd itu, biasa aja lg..
Ingatlah saudaraku -yang kami sangat merindukan engkau mendapatkan taufik Allah- bahwa kami membicarakan bid’ah semacam ini karena kami tidak ingin saudara kami sesama muslim terjerumus dalam kesalahan. Kami tidak ingin mereka mendapatkan dampak buruk dari bid’ah sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam bagian ke-4 tulisan ini (https://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-4.html)
Malah justru orang yang membiarkan saudaranya terjerumus dalam bid’ah berarti tidak cinta pada saudaranya. Berarti dia ingin saudaranya salah dan berbuat dosa atau ingin agar saudaranya melakukan amalan yang sia-sia. Apakah seperti ini yang dinamakan saudara? Mana rasa peduli pada saudaranya sesama muslim?
Kami sangat sedih (pingin rasanya air mata ini mengalir) melihat orang yang berkata seperti ini. Mana rasa kasihan dia pada saudara-saudaranya? Apa dia ingin dirinya saja yang selamat dari jurang, sedangkan saudaranya dia biarkan terperosok jatuh dalam jurang? Masya Allah, mana rasa cinta pada saudara sesama muslim?
Saudaraku, bukankah Nabi bersabda, ,”Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rosul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari)
Apakah membiarkan saudaranya berbuat bid’ah dan maksiat dinamakan cinta pada saudaranya karena Allah? Apakah demikian?
Sungguh, kami merasa sedih melihat orang semacam ini yang tidak peduli pada saudaranya.
Kepada Allah-lah kami mengadu -semoga Allah memperbaiki keadaan setiap muslim. Semoga Allah memberikan rasa cinta kami kepada sesama kami hanya karena-Nya bukan karena kepentingan-kepentingan lainnya.
Dari saudara kalian sesama muslim yang merindukan kalian selalu mendapatkan taufik Allah dan mengharapkan agar Allah menyelamatkan kita dari berbagai bentuk syirik dan bid’ah. Amin Ya Mujibas Sa’ilin
Saya heran kenapa sebagian dari umat Islam sering bicara:
“Kok ribet ngurusin masalah bid’ah? Masih banyak yg lebih penting dari itu!”
“Kok ngeributin masalah syirik melulu? Masih banyak yg lebih penting dari itu!”
“Kenapa mempermasalahkan isbal melulu? Masih benyak yg lebih penting dari itu!”
“Jenggot lagi… jenggot lagi… kenapa ngebahas itu melulu? Masih banyak yg lebih penting dari itu!”
Saya nggak ngerti yg dimaksud “masih banyak yg lebih penting” itu yg mana?
Mudah2an temen2 di kash pemahaman yg apa it bid’ah.dengan adanya artikel ini.amin
sesungguhnya Alloh memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki dan menyesatkan siapa yang dikendaki.
Semoga Alloh memberi petunjuk pada saudara kita “syihabuddin ahmad” dan memahamkan kepada ilmu agama. karena jika Alloh menghendaki kebaikan pada seseorang maka Alloh akan memberi pemahaman agama kepada orang tersebut.
Insya Alloh
aslamkm
ana mo tanya ttg mengobati org yang kerasukan jin.
ana sdh tau klo itu dilakukan dgn merukyah org tsb., namun di sini ana dapati orang mengusir jin dgn tnaga dalam yg didapat dari perguruan “Hikmatul Iman (HI)” yang dilakukan oleh tmn ana sendiri.
Klo “Budi suci” ana tau klo itu pake jin, namun ana ga tau ttg HI ini.
Adakah yang tau ttg HI ini dan apa hukum mengikutinya?
Lanjutan dari pertanyaan sebelumnya:
apakah cara tenaga dalam tersebut ada dalam Islam ataukah hal tersebut termasuk bid’ah?
tetapi dgn cara tsb jin yg merasuki tadi tetap bisa dikeluarkan.
Pengertian bid’ah adalah melakukan sesuatu amal peribadatan yang tidak ada tuntunan atau contoh dari Rasululloh Saw sehingga dapat dikatakan melakukan perbuatan yang baru atau mengada-ada dalam syari’at Islam. Padahal syarat diterimanya amal adalah dilandasi Iman dan Ihlas karena Alloh semata serta mengikuti tuntunan Nabi saw.
Mengenai terkena gangguan jin, hal ini sudah ada tuntunan dalam sunnah Nabi saw untuk menghindari maupun mengobatinya. Diantaranya yakni bacaan Al Qur’an seperti Al Fatihah, Al Baqoroh, Al Ihlash, Al Falaq dan Annas. Silahkan baca sendiri dari kitab Imam Bukhori-Muslim. Cukupkan hanya Alloh sebagai penolong orang yang beriman. Percayalah pengobatan terbaik dalam masalah ghoib adalah pengobatan yang diajarkan Alloh SWT melalui Rosululloh saw.
ass,apa itu bid’ah?
Memang masalah Bid’ah ini bener-bener jadi ribet, yang satu ngotot semua bid’ah itu sesat, yang lain bilang bid’ah itu ada yang hasanah juga, padahal yang diributkan itu, Ayatnya dan haditsnya ya sama, itu-itu juga, yang beda, yang pro dan kontra, semua mati-matian berusaha mencari pembenaran masing-masing, weleh weleeeeh, lho kok saya jadi ikut pusing juga ya membacanya.
alau menurut pemahamanku terhadap keribetan-keribetan yang ada ini sederhana sajalah:
1. Ada ibadah yang sudah jelas dan pasti, baik perintah maupun larangan, ini wajib diikuti.
2. Ada cara hidup yang perintah dan larangannya tidak pasti (Qot’i), baik di Al-Qur’an maupun hadits, ikut saja ijtihad Ulama, acuannya ulama mazhab ada 4 orang yang termasuk pengikutnya paling banyak di dunia, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali, kemudian pakai nurani dan akal, lantas niatkan saja ibadah, baik didalam melakukan kebaikan maupun menghindari larangan Allah dan Rasulnya, talfiq itu kan boleh saja selama niatnya mencari ridhanya Allah saja, bukan ridha yang selain Allah.
3. Biarin saja orang-orang yang sok paling pintar sendiri, karena elum tentu dia benar, arena yang paling benar itu kan hanya Allah dan Rasulnya saja, kita semua dalam pencarian terhadap kebenaran hakiki yang milik Allah.
4. Semua yang tukang teriak-teriak itu alasannya juga sama, biar saudaranya tidak tersesat, menyimpang dari jalan Allah.
5.Wassalam, itu azza deh, nanti ikut-ikutan pusing saku.
kalo misal ada ulama/ustadz sama2 ahlu sunnah dan bermanhaj salafy beda dalam penentuan detail suatu ibadah itu bid’ah ato bukan, dan masing2 punya dalil yg menurut kita kuat (maksudnya kita tidak mampu buat menentukan mana yg lebih kuat karena keterbatasan ilmu kita) gimana sikap kita thd hal tsb?kalo untuk jangka panjang memang kita ya harus menuntut ilmu secara mendalam tentang hal2 seperti itu, cuma untuk jangka pendek bagaimana sikap kita? mohon penjelasannya. Terimakasih.
“Ini pertanyaan yg mengganjal dihati saya. Diatas td sudah dijelaskan bhw pelaku bid’ah akan terhalang taubatnya….dst.
Bagaimanakah jika dihubungkan dgn sifat Allah dalam asmaul husna yang Arrahman Arrahim?”
Bismillah,
Allah Ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.
Dia menerima segala bentuk taubat dari kesalahan-kesalahan hamba-Nya.
Akan tetapi apabila ada dari hamba2-Nya yang bermaksiat kepada-Nya, menyekutukan-Nya, kemudian meninggal dalam keadaan tidak betaubat, maka orang tersebut sudah ditakdirkan Allah untuk meninggal dalam keadaan tersebut.
Dan hal ini bukan berarti bahwa Allah tidak menyayangi dan mengasihi hamba-Nya, akan tetapi Dia memang menghendaki orang tersebut meninggal dalam keadaan yang demikian.
Inilah yang di maksud dengan “menghalangi taubat”, sebab orang yang bermaksiat kepada-Nya pasti mengikuti hawa nafsu mereka, dan banyak sekali ayat2 di dalam Al Qur’an yang menceritakan kondisi orang-orang yang mengikuti hawa napsu, bahaya mengikuti hawa napsu, dan ancaman kepada orang2 yang mengikuti hawa napsu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“..Barangsiapa yang diberi petunjuk maka tidak akan ada yang dapat menyesatkan-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk…”
(Khutbatul Hajjah)
Disini bukan berarti Allah menafikan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim karena ada sebagian orang yang disesatkan-Nya, tetapi karena orang2 tersebut mengikuti hawa napsu mereka dan syaithon, oleh karena itu Allah memalingkan mereka dikarenakan kerasnya hati2 mereka di dalam menerima kebenaran,
Allah berfirman dalam QS. An Nisaa : 115
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu ..”
Ayat diatas dengan jelas mengabarkan, bahwa Allah membiarkan orang2 yang mengikuti hawa napsu mereka didalam kesesatan, sebab mereka tidak mau menerima kebenaran dan menyimpang dari jalannya orang2 mukmin (sabilul mukminin).
Dan kaum/orang2 mukmin yang pertama kali masuk ke dalam keumuman ayat ini adalah para shahabat r.a., sebab pada saat itu tidak ada orang2 mukmin selain mereka.
Allah menciptakan sesuatu sesuai dengan qadarnya dan memberinya petunjuk, (QS. Al A’la : 3), Dia menciptakan sesuatu dengan sebab dan akibat, yang kesemuanya masuk kedalam takdir-Nya dan Hikmah-Nya.
Oleh karena itu orang yang keras hati mengakibatkan terhalangnya petunjuk kepada orang itu,
inilah makna dari “Allah menghalangi taubatnya seseorang”
Lantas apa yang menyebabkan Allah menghendaki adanya orang2 seperti itu di dunia……Temukan jawabannya di dalam Al Qur’an.
Yang jelas keseluruhan takdir Allah itu baik, hanya saja terkadang kita yang lemah ini tidak mengetahui hikmahnya, kecuali hikmah yang ditampakkan oleh-Nya,
Akan tetapi ada ciptaan2-Nya yang ditakdirkan tidak baik (seperti kekafiran, kesesatan, fitnah, dsb), oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kita untuk berlindung kepada takdir Allah yang tidak baik
Wallohu ta’ala a’lam
Bismillah
Ikhwah fillah, ana minta tolong penjelasan apakah ESQ yang di Indonesia ini adalah semacam bid’ah? Dan bagaimanakah hal ini dari timbangan syar’i?
jazakallahukhayran
@Ricky: kayaknya bid`ah deh…
gmn neh admin?
Assalamu’alaikum kawan-kawanku yg saya sayangi
Permasalahan bid’ah ini sekiranya bisa terbawa menjadi besar karena banyaknya perbedaan pendapat yg dinisbatkan pada perbedaan pendapat di kalangan ulama salaf yg mashur. Contoh : Imam Syafi’i dan Imam Nawawi rahimahullah berpendapat bahwa ada bid’ah hasanah, sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berpendapat semua bid’ah adalah tercela, dan umat Islam skrg pun pendapatnya terbagi 2 karena ada yg berpanutan spt mereka, lalu manakah yg harus kita ikuti?
Maka dari sini, klo boleh saya ikut berkomentar -sebagai manusia yg sedang dalam proses belajar memperdalam agama menurut Sunnah-, ada sebuah redaksi hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, bunyinya spt ini, “barangsiapa mengadakan hal2 baru didalam urusan (agama) ini yg tidak ada asalnya, maka ia tertolak” (HR Bukhari – Muslim, shahih). Dan sebuah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, ““Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah ayat 3)
Dari firman Allah dan hadits Rasulullah diatas pun sebenernya kita udh bisa menarik kesimpulan bahwa sesuatu yg diada2kan yg tidak memiliki dasar adalah sesuatu yg tercela walaupun maksudnya baik. Allah azza wa jalla telah meridhoi dinul Islam ini sebagai agama untuk umat manusia di akhir zaman, maka itupun artinya syariat Islam telah sempurna karena Allah sendiri yg telah menyempurnakannya, apakah kita merasa kurang dengan syariat yg telah sempurna ini? Apakah kita merasa kurang dengan nikmat dari Allah Ta’ala? -Naudzubillah-. Lalu kita mengada2kan “inovasi beragama” dengan niat untuk kebaikan? Wahai kawan, ada sebuah atsar dari sahabat (kalau tidak salah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu), “berapa banyak manusia melakukan kebaikan namun itu semua sia-sia”. Janganlah kita termasuk ke dalam golongan manusia yg disebutkan didalam riwayat atsar tersebut.
Jadi intinya kawanku, janganlah bingung dengan perbedaan pendapat di kalangan para ulama salaf, kembalikanlah pada Allah dan RasulNya, berpeganglah pada hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
Lalu ada sebagian kawan berpendapat, “kok ribet ngurusin masalah bid’ah? masih ada masalah yg lebih penting”. Afwan saudaraku, ini adalah dalam rangka amaf ma’ruf nahi mungkar, mengajak saudara2 kita pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Masih banyak saudara2 kita disana yg tidak tahu sunnah Nabinya dan cara beribadahnya pun hanya berdasarkan taklid buta pada tradisi alias ikut2an. Kewajiban kitalah sebagai umat yg disatukan diatas akidah La Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah untuk mengingatkan mereka.
Masalah perbuatan bid’ah ini telah banyak memecah belah umat Islam, oleh karena itu tidaklah salah bila kita saling mengingatkan. Umat Islam haruslah bersatu diatas Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tidak terkotak2 madzhab dan berbagai aliran jama’ah. Para imam madzhab yg 4 pun mewanti2 kita untuk bertaklid pada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, jangan pada mereka karena mereka adalah manusia biasa yg tidak ma’shum, hasil ijtihadnya bisa salah. Dan sebaik2 petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Saran saya saudaraku, rendahkanlah hati kita semua agar kita bisa menerima kebenaran yg sebenarnya tampak bagaikan matahari di siang hari. Hawa nafsu kitalah yg sering menyebabkan kita bersikap keras menolak kebenaran. Afwan, saya juga masih belajar, kalo ada salah2 kata mohon untuk dikoreksi dan diluruskan. Saya sangat berharap agar umat Islam seluruhnya bisa bersatu diatas Quran dan Sunnah.
Hanya kepada Allah-lah tempat kita memohon petunjuk jalan yg lurus.
Wassalamu’alaikum
menurut saya ESQ itu bid’ah dan materialistis.yang di harapkan bergabung hanya orang 2 kaya yang tidak mengenal islam sebelum nya..banyak orang2 kaya dan para koruptor ikutan training tetapi setelah menangis di training mereka tetap tidak mengembalikan uang nya…
Kepada ikhwan sekalian yang semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah serta keistiqomahan di atas sunnah.
Dalam menilai ESQ bid’ah atau bukan, mohon dapat menyertakan argumen2 yang memuaskan, jangan hanya menyatakan ini bid’ah atau bukan dan cuma asal dalam komentar.
Hati-hatilah dan bertakwalah pada Allah, jagalah lisan dan perkataan kalian.
Alhamdulillah artikel ini sudah saya gunakan untuk dakwah di kantor…barakallufikum
Asslamualaikum.
Wah luar biasa pmbhsan nya.
Trnyata bid’ah mrpkn prbwtn yg dpt mmbrikan dampak yg buruk pd plakunya, mga ana bs lbih hati2 dg urusan yg 1 ini. Jzkallah khair.
ana izin ngopy ustad… mau ana sebarin ke teman-teman agar insya Allah selamat dunia akhirat… amiin…
Asslamualikum wr.wb.
masih bingung neh soal bidah
Numpang nanya bwt Master2 Ustad sekalian :
1.Apakah berdoa di kuburan termasuk bid’ah juga?
2.bolehkah tawassul nelalui orang yang sudah meninggal, meski itu Rassullulah?
@ Karim
Wa’alaikumus salam.
Keduanya bisa jadi bid’ah dan bisa jadi syirik, makanya perlu ada rincian.
Misalkany untuk berdoa di kuburan karena dianggap kuburan adl tempat paling afdhol untuk berdoa, maka itu bid’ah. Namun kalau meminta langsung pada penghuni kubur, maka itu syirik.
Sabda Nabi saw: Kamu lebih mengerti perkara duniamu.
Ushul fiqih: Hukum asal segala perkara dunia adalah Mubah selama tdk ada dalil yg merobahnya.
Ttg ESQ, Manajemen Qalbu dll itu tdk ada dalilnya, krn nya hukumnya kembali kpd hukum asalnya yaitu mubah.
askum
hai ikhwan sudahlah gasah buang waktu dan pikiran untuk urusan yg sudah jelas,gasah cari upya pembelaan/pembenaran untuk urusan yg sudah jelas.Rosululloh sudah jelas jelas memberi contoh yg jelas cara berkomunikasi dg ALLOH, tinggal ngikuti ajala……h
simpel to..?
waskum
Assalammualaikum, saya termasuk orang yang sangat minim pengetahuan agamanya, namun, ijinkanlah saya mengutarakan pendapat saya, apabila pendapat saya salah, mohon saya dikoreksi, ..
– Saya sepedapat tentang definisi bidah yang telah dikemukakan diatas, tetapi saya masih bingung, kenapa tahlilan, dzikir bersama, dikatakan bid’ah?.. Menurut saya tindakan bid’ah adalah, misalnya, sholat subuh 2 rakaat kita sholatnya 4 rakaat, itu mungkin bisa dibilang bid’ah, jadi menurut saya, yang Bid’ah itu kalau kita “meng-ada2kan” yang wajib, menambahkan atau menguranginya.. Sedangkan perbedaan tentang pelaksanaannya sepanjang tidak melanggar hukum yang wajib, menurut saya bukan termasuk dalam tindakan yang si ada2 kan.. Mohon saya dikoreksi, dan maaf saya memang bukan ahlinya dalam bidang ini.. Wassalammualaikum..
@ Ryan
Wa’alaikumus salam.
Kaedah yg bisa sedikit pembantu yg biasa disebutkan oleh para ulama: “Hukum asal ibadah itu haram.” Sehingga dari sini, ibadah tidak bisa diada-adakan seenaknya saja, harus dengan dalil. Semoga Allah beri pemahaman.
Assalamu`alaikum..
saya pernah denger dari kk saya, bahwa Rosulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda..:
semua makanan yang ada di dunia ini adalah halal kecuali yang aku haramkan dan semua ibadah di dunia ini adalah haram kecuali yang aku ajarkan..
benarkah itu..??terima kasih sblmnya…
Wassalamu`alaikum..
#nur alief
Wa’alaikumussalam, setahu kami itu bukan hadits, namun sebuah kaidah syar’iyyah yang berbunyi:
الأصل في العبادات الحظر, و في العادات الإباحة
“Hukum asal ibadah adalah terlarang, hukum asal ‘adah adalah boleh”
Silakan simak artikel: https://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/ketika-agama-telah-mengharamkan.html
Berjuang menegakkan sunnah mengikis bid’ah memang sangat berat.saya mengalaminya sendiri, sm0ga Allah SWT selalu memberi kekuatan dan petunjuk pda kita smua
Assalamu’alaikum
Maaf saya ingin bertanya mengenai beberapa hal mengenai bid’ah
Maaf Sebelumnya saya ingin sharing, saya dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang sering melakukan bid’ah, bahkan keluarga saya sendiri seperti yang ustad jelaskan pada artikel diatas, namun alhamdulillah setelah saya kuliah saya mendapati teman yang dapat mengarahkan saya untuk menjauhi bid’ah dan kembali pada Al-Qur’an dan Sunnah.
1. Permasalahannya ketika saya mencoba menjelaskan mengenai bid’ah pada keluarga, malah saya dibilang ikut2 golongan tertentu (Maaf saya disebut golongan Muhammadiyah). Mohon saran ustad mengenai permasalahan ini.
2. Karena keluarga saya tetap melaksanakan bid’ah semisal tahlilan (Maaf karena ayah saya almarhum) maka saya bingung, saya takut ketika setiap bid’ah yang dilakukan oleh anak akan membebankan orang tua, namun disi lain saya tidak mau durhaka kepada ibu. Jadi saya datang tanpa melakukan apa2. Apakah yang saya lakukan ini salah?. Untuk meringankan beban ayah saya apa yang harus saya lakukan?
3. Permasalahan yang ketiga, saya ini sudah berkeluarga, alhamdulillah dikit demi sedikit saya bisa mengarahkan istri saya menjauhi bid’ah, namun keluarga istri saya tetap getol melakukan bid’ah. Menurut ustad apa yang harus saya lakukan?
Terima kasih atas sarannya.
Wassalamu’alaikum
#Tantra
Wa’alaikumussalam. Perhatikan nasehat dari Syaikhul Islam Muhammad At Tammimi Rahimahullah berikut ini:
يجب علينا تعلم أربع مسائل ، الأولى :العلم وهو معرفة الله ، ومعرفة نبيه ، ومعرفة دين الإسلام بالأدلة . الثانية : العمل به . الثالثة : الدعوة إليه . الرابعة : الصبر على الأذى فيه
“Wajib bagi kita untuk mengetahui 4 hal:
1. Belajar tentang Allah, tentang Nabi-Nya dan tentang Islam dengan dalil-dalilnya
2. Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari
3. Mendakwahkan ilmu yang telah dipelajari
4. Bersabar jika mendapat gangguan dalam dakwah'”
Mohon direnungkan dengan baik…
Mengenai apa saja yang dapat bermanfaat bagi orang yang telah wafat, simak:
http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/2751-amalan-amalan-yang-bermanfaat-bagi-mayit.html
Ass.
Alhamdullilah keluarga besar saya organisasi islam tertentu yang amat mengharamkan bid’ah ini. semoga saja semua dapat melihat secara terbuka akan mana yang wajib, bid’ah, syirik, dsb.apabila
semoga Allah menyertai kita
Jazakallah khair.
wass.
assalam alaikum,
dear all,
masyarakat kita memang sensitif dengan isu bid’ah dan ketika mereka dibilangin itu bid’ah, mereka sering marah-marah dan tidak terima.
ana pikir kita memang perlu belajar dari hadist yg disampaikan ibunda Aisha r.a. yang redaksinya kurang lebih, “Seandainya ayat2 yang pertama kali diturunkan Allah adalah larangan berzina, maka orang2 akan terus berzina sampai kiamat, dan seandainya ayat yang pertama turun adalah larangan minum khomer, maka masyarakat akan terus minum khomer sampai kiamat. Ayat2 yang diturunkan Allah pertama kali adalah soal surga dan neraka sehingga orang2 waktu itu hatinya begitu melekat keimanannya sehingga ketika perintah larangan zina dan minum khomer turun, mereka mendengar dan mentaatinya.”
jadi mungkin perlu juga strategi berdakwah untuk jangan membid’ah-bid’ahkan, terutama thd mereka yang bergelimang dengan bid’ah dan imannya masih lemah. mungkin akan lebih baik jika membicarakan keutamaan dan kehidupan para sahabat dalam mengikuti memegang Quran dan Sunnah.
dulu ana juga hidup di lingkungan NU yg ahli……., tapi alhamdulillah sheikh ana selalu berdakwah soal kehidupan dan keutamaan para sahabat dan saya pun mendapat hidayah untuk meninggalkan praktik bidah.
wassalam alaikum
Alhamdulilah,, dpt ilmu,,
JazzakaALLAHU khairon, ustadz
Assalamu’allaikum…
ustad,ana mhon ijin share….
jazzakallah khoir…
jazakallohu khoiron pnjelasannya.. bermanfaat sekali..
ana izin copas n share. barokallohu fiykum
ijin share ya…
maaf mau nanya
Apakah kita internetan bid’ah apa tidak?
Mengingat jaman nabi tidak di lakukan.trims.
#nancy amallya
Wa’alaikumussalam, silakan simak https://muslim.or.id/manhaj/bidah-dalam-perkara-duniawi.html
saya ingin bertanya tentang hadits ini
“Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan kepadaku saudaraku dari Ibnu Abu Dzi’b dari Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata ‘Aku menyimpan ilmu (hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada dua wadah. Yang satu aku sebarkan dan sampaikan, yang satu lagi sekiranya aku sampaikan maka akan terputuslah tenggorokan ini.” (Shahih Bukhari no. 117)
maksudnya apa? mungkinkah ada ilmu yang disembunyikan?
#nisa
Silakan baca http://an-nashihah.com/?p=46
Alhamdulillah, insyaallah saya sudah mendapatkan pencerahan tentang bid’ah meski ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Seperti 1. Kapan saatnya kita bertahlil, berdzikir meburut syariat?? karena dikatakan bahwa dzikir setelah sholat fardhu termasuk bid,ah.
Wassalamualaikum,
#Surahman
Tahlil artinya bacaan laailaaha illallah. Banyak hadits shahih yang menganjurkan bacaan tahlil pada waktu-waktu tertentu, semisal ketika dzikir pagi-sore. Membaca tahlil juga bisa bebas tanpa terikat waktu dan tempat.
perguruan hikmatul ian adalah perguruan sesat dan menyesatkan umat menurut kang perdna akhmad perguruan ini sudah parah menafsirkan alquran dan hadis sekehendak maunya sendiri……perguruan hi juga tak luput dari bantuan jin
Just IMHO,
Memang dalam hampir setiap perdebatan tentang bid’ah, justru pihak ulama salaf menggunakan dasar2 yang kuat, penalaran yang runut/logis, dan sudut pandang yang netral.
Orang2 yang mau menerima ajaran sunnah salafy, mayoritas adalah orang2 yang berfikiran terbuka, logis, dan mau mengkaji/memperbaiki wawasan islam mereka.
Pendapat para ulama bid’ah(/praktisi) biasanya hanya berujung:
1. “Sudah ada yang mengajari dan mempertanggungjawabkan (wali, kiai, etc)”
2. “Itu tradisi. Kita harus menghormati tradisi”
3. “Itu tradisi. Kita harus melestarikan tradisi”
dst..
jadi shalat tarawih itu termasuk bid’ah atau tidak? mohon pencerahannya. terimakasih.
#LILI
Bukan bid’ah