Donasi Muslim.or.id
Muslim.or.id
khutbah jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result
Donasi Muslim.or.id Donasi Muslim.or.id

Amalku Buah dari Ilmu (Bag. 2)

Ahmad Anshori, Lc oleh Ahmad Anshori, Lc
9 April 2018
Waktu Baca: 3 menit
0
569
SHARES
3.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Baca pembahasan sebelumnya Amalku Buah dari Ilmu (Bag. 1)

 

Bismillah..

Majelis ilmu di bulan ramadan

Amal, adalah tujuan dari kita belajar. Ilmu yang tak membuahkan amal, menunjukkan perjuangan menuntut ilmu yang dia lalui selama ini, gagal, tak berbuah. Kata pepatah,

ألعلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر

“Ilmu tanpa amal, ibarat pohon tanpa buah.”

 

Ada pesan menarik dari Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, saat menjelaskan hadis,

من يرد الله به خيرا يفقه في الدين

“Siapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya, maka akan Allah pahamkan tentang agama.” [1]

Kata beliau,

وهذا اذا أريد بالفقه العلم المستلزم للعمل وأما ان أريد به مجرد العلم فلا يدل على أن من فقه في الدين فقد أريد به خيرا

“Keutamaan ini dapat diraih ketika belajar ilmu kemudian membuahkan amal. Adapun jika belajar ilmu tujuannya sebatas mengilmui/wawasan (tidak diamalkan), yang seperti itu tidak menunjukkan orang yang mempelajari agama berarti diinginkan kebaikan padanya.” [2]

 

Jadi, ilmu itu sarana untuk sampai pada amal yang benar, bagaimana menghamba di hadapan Allah dengan benar. Bahasa ringkasnya, ilmu adalah sarana, sementara amal adalah tujuan.

Beramal tanpa ilmu, sesat seperti orang-orang Nasrani.

Berilmu tanpa amal dapat murka Allah, seperti orang-orang Yahudi.

Kalau kata Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah,

من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود ومن فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى

“Bila ada ulama kita yang rusak, maka ia serupa dengan kaum Yahudi. Ahli ibadah kita yang rusak, maka ia serupa dengan kaum Nasrani.”

Karena ulama yang berilmu tanpa amal, rusak, seperti kaum Yahudi. Orang yang rajin ibadah tanpa ilmu, juga rusak, seperti kaum Nasrani.

Seorang tak akan dapat mewujudkan penghambaan yang sempurna di hadapan Allah, kecuali dengan dua modal ini : Ilmu yang manfaat dan amal sholih.

Sebagaimana disinggung dalam ayat,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) al-huda dan diinul haq.” (QS. At Taubah: 33).

Al-Huda, kata para ulama tafsir, maknanya adalah ilmu yang manfaat.

Sementara diinul haq maknanya adalah amal sholih.

Jadi, pesan utama dari tulisan ini, ilmu adalah sarana dana amal adalah tujuannya.

Untuk memantapkan pesan ini kepada pembaca sekalian, mari simak beberapa point berikut. Inilah yang dikupas sampai akhir serial artikel ini.

Pertama : Kita akan ditanya tentang ilmu kita, sudahkah diamalkan?

Nabi shallallahualaihiwasallam mengabarkan, di hari kiamat kelak, kita akan ditanya tentang ilmu yang sudah diraih, untuk apa dan sudahkah diamalkan?

Sahabat Abu Barzah Al-Aslami meriwayatkan hadis dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,


لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.

“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampai ditanya tentang empat hal :

(1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan,

(2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut,

(3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan

(4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” [3]

Mendengar pesan mulia ini, sahabat Abu Darda’ sampai pernah mengatakan,

انما أخشى يوم القيامة أن يناديني على رؤوس الخلائق فيقول : يا عويمر ! ماذا عملت فيما علمت؟

“Sungguh aku takut saat kiamat nanti aku dipanggil dihadapan manusia, lalu aku ditanya,”Uwaimir, apa yang sudah kamu amalkan dari ilmu yang kamu ketahui?””

Bisa anda renungkan, beliau adalah sahabat Nabi, hidup bersama Nabi dan berguru langsung kepada Nabi, pernah menghadiri perang di jalan Allah bersama Nabi. Namun, sedemikian besar rasa takut beliau bila-bila ilmu tak diamalkan.

Berbeda dengan sebagian orang sekarang, yang makin bangga saat menguasai banyak ilmu, namun sama sekali tak gelisah saat tak membuahkan amal.

Sungguh sangat indah nasehat Hasan Al Bashri rahimahullah,

ان المؤمن جمع بين احسان و مخافة, والمنافق جمع بين اساءة و أمل

“Orang-orang beriman itu mengumpulkan antara amal sholih dan rasa takut pada azab Allah. Sementara orang munafik itu mengumpulkan antara berbuat dosa dan angan-angan kosong.”

Senada dengan pernyataan seorang tabi’in Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullah,

أدركت أكثر من ثلاثين صحابيا كلهم يخاف النفاق على نفسه

“Saya sudah berjumpa dengan lebih dari tiga puluh sahabat. Semuanya khawatir kalau-kalau kemunafikan berada pada jiwa mereka.” [4]

Saat kita merasa nyaman dengan ilmu yang tak membuahkan amal, hadirkan rasa khawatir itu? Adakah ketakutan kalau-kalau mengidap penyakitnya orang munafik, yang mengumpulkan antara dosa dan angan-angan kosong mendapat surga?

Bila iya… mari kita bertaubat, perbaiki hati dan berbuatlah, amalkanlah ilmumu.

Sangat menarik penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menjawab pertanyaan ibunda Aisyah radhiyallahu’anha tentang makna ayat,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan orang-orang yang mendrmakan apa yang telah mereka berikan, disertai hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al-Mukminun: 60).

“Apakah yang dimaksud pada ayat ini adalah mereka yang suka minum khomr dan mencuri?” tanya Ibunda Aisyah.

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ )

“Bukan itu maksudnya wahai putri Abu Bakr As-Shiddiq. Maksudnya adalah mereka yang gemar puasa, sholat dan sedekah (rajin ibadah), namun mereka takut kalau-kalau ibadah mereka tidak diterima. Mereka itulah hamba-hamba Allah yang bergegas meraih kebaikan.” [5]

Inilah karakter orang yang sehat imannya, dia dapat mempertemukan antara amal sholih dan rasa takut kepada Allah…

Semoga Allah menjadikan kita mukmin sejati, dan dijauhkan dari karakter kaum munafik.

Bersambung insyaallah…

 

***

Merujuk pada : Tsamaroh Al-Ilmi Al-Amal, karya Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al-‘Abbad -hafidzohumallah-.

 

Ditulis oleh : Ahmad Anshori, Lc

Artikel : muslim.or.id

 

Catatan Kaki:

[1] HR. Bukhari no. 71, Muslim no. 1037

[2] Miftah Dar As-Sa’adah 1/65

[3] HR at-Tirmidzi (no. 2417), ad-Daarimi (no. 537), dan Abu Ya’la (no. 7434), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam “As Shahiihah” (no. 946) karena banyak jalurnya yang saling menguatkan.

[4] Lihat Shahih Bukhori 1/110

[5] HR. Tirmidzi

Tags: adabAkhlakamalamal shalihIlmu
SEMARAK RAMADHAN YPIA
Ahmad Anshori, Lc

Ahmad Anshori, Lc

Alumni PP. Hamalatul Qur'an Yogyakarta. Alumni Mahasiswa Fakultas Syari'ah Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia

Artikel Terkait

Cara mengobati hati yang sakit

6 Cara Efektif Mengobati Hati yang Sakit

oleh Muhammad Idris, Lc.
15 Maret 2023
0

Hati seorang hamba tidak akan bisa bersih dan lurus di atas keimanan yang kuat kecuali apabila selamat dari fitnah syubhat

maksiat karena takdir

Durhaka dan Maksiat karena Takdir dan Kehendak Allah

oleh dr. Abdiyat Sakrie
12 Maret 2023
0

“Aku telah utus rasul-rasul-Ku kepada hamba-Ku sebagai berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada hujjah (alasan) orang yang kufur...

Penghalang Hidayah

3 Penghalang Hidayah

oleh dr. Abdiyat Sakrie
10 Maret 2023
0

Hidayah adalah nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala perintahkan kita untuk memintanya dalam setiap salat, ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ...

Artikel Selanjutnya
Memahami Hakikat Kesyirikan pada Zaman Jahiliyyah (Bag. 2)

Memahami Hakikat Kesyirikan pada Zaman Jahiliyyah (Bag. 2)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id donasi muslim.or.id
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

Donasi Muslim.or.id