Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

10 Kiat Istiqomah (8)

Sa'id Abu Ukkasyah oleh Sa'id Abu Ukkasyah
19 Oktober 2017
Waktu Baca: 3 menit
0

Baca pembahasan sebelumnya 10 Kiat Istiqomah (7)

Berdasarkan penjelasan yang telah lalu, maka dalam ajaran Islam seorang hamba diperintahkan untuk melakukan as-sadad dalam melaksanakan ajaran Islam, dan jika ia tidak mampu maka beralih kepada muqarabah.

Jadi, seorang hamba teruntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan as-sadad, dan ia tidak menyengaja untuk meninggalkan as-sadad.

Namun jika ia tidak mampu untuk melakukan as-sadad barulah ia beralih kepada muqarabah, sehingga ia tidak menyengaja untuk bersikap muqarabah, karena muqarabah ia tempuh ketika ia tidak mampu melakukan as-sadad.

Sedangkan  as-sadad adalah anda beramal sesuai dengan sunah (syariat Islam),  melakukan amalan yang paling sempurna dan  benar tanpa melampui batasan syariat serta tanpa menguranginya,  benar dalam seluruh ucapan, perbuatan dan niat. Ibarat orang yang membidik suatu sasaran lalu tepat bidikannya mengenai sasaran tersebut.

Adapun muqarabah adalah anda melakukan amalan mendekati tujuan (sunah) dan mendekati amalan yang paling sempurna, meski tidak tepat sesuai dengan tujuannya (sunah) dan tidak sampai paling sempurna karena ketidakmampuan anda.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitabnya Fathul Bari syarhu Shahihil Bukhari menukilkan perkataan Ibnul Munir rahimahullah, beliau berkata:

في هذا الحديث علم من أعلام النبوة ، فقد رأينا ورأى الناس قبلنا أن كل متنطع في الدين ينقطع

“Dalam hadits ini terdapat salah satu dari tanda-tanda kenabian, kami telah menyaksikan (sendiri), demikian pula orang-orang sebelum kamipun menyaksikan bahwa setiap orang yang melampui batasan (syariat) akan terputus (amalannya)”,

وليس المراد منع طلب الأكمل في العبادة فإنه من الأمور المحمودة ، بل منع الإفراط المؤدي إلى الملال ، أو المبالغة في التطوع المفضي إلى ترك الأفضل ، أو إخراج الفرض عن وقته

“Bukanlah maksudnya: melarang dari mencari amalan yang paling sempurna dalam beribadah, karena sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang terpuji, akan tetapi yang dimaksud adalah melarang dari bersikap melampui batas (syariat) yang menyebabkan kebosanan atau berlebihan dalam amalan sunah (amalan yang tidak wajib) yang mengakibatkan kepada sikap meninggalkan amalan yang lebih utama (afdhal) atau mengeluarkan amalan wajib dari waktunya”,

كمن بات يصلي الليل كله ويغالب النوم إلى أن غلبته عيناه في آخر الليل فنام عن صلاة الصبح في الجماعة ، أو إلى أن خرج الوقت المختار ، أو إلى أن طلعت الشمس فخرج وقت الفريضة

“Misalnya seseorang tidak tidur semalam suntuk untuk melakukan shalat malam lalu tertidur sampai kedua matanya tak mampu terbuka di penghujung malam, sehingga tertinggal dari shalat subuh berjamaah atau sampai keluar dari waktu shalat yang diperbolehkan diakhirkan (mukhtar) atau sampai matahari terbit sehingga lewatlah waktu shalat wajib”.

Ibnul Munir rahimahullah berkata pula pada kalimat yang lainya:

وقد يستفاد من هذا الإشارة إلى الأخذ بالرخصة الشرعية ، فإن الأخذ بالعزيمة في موضع الرخصة تنطع ، كمن يترك التيمم عند العجز عن استعمال الماء فيفضي به استعماله إلى حصول الضرر

“(Dari hadits ini) dapat diambil isyarat kepada tuntutan mengambil keringanan (rukhshah) syar’i, karena tidak mengambil keringanan pada saat tertuntut mengambilnya merupakan sikap melampui batas, seperti sikap meninggalkan tayamum ketika tidak mampu menggunakan air sehingga (jika nekad) menggunakan air akan menjerumuskan kepada bahaya”.

Daftar link artikel ini:
  1. 10 Kiat Istiqamah (1)
  2. 10 Kiat Istiqamah (2)
  3. 10 Kiat Istiqamah (3)
  4. 10 Kiat Istiqamah (4)
  5. 10 Kiat Istiqamah (5)
  6. 10 Kiat Istiqamah (6)
  7. 10 Kiat Istiqamah (7)
  8. 10 Kiat Istiqamah (8)

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel: Muslim.or.id

 

Tags: cara istiqomahistiwomahkeutamaan istiqomahkiat istiqomah
Sa'id Abu Ukkasyah

Sa'id Abu Ukkasyah

Pengajar Ma'had Jamilurrahman As Salafy Yogyakarta (hingga 1436H), Pengajar Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, Pengajar Islamic Center Baitul Muhsinin (ICBM) Medari Yogyakarta

Artikel Terkait

Berkenalan dengan Hati 2

Berkenalan dengan Hati (Bag. 2)

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
9 September 2023
0

Sebagaimana dengan jasad, hati juga dapat mengalami seperti apa yang dirasakan pada kondisi tubuh seperti sehat, sakit, hidup, dan mati....

Berkenalan dengan Hati

Berkenalan dengan Hati (Bag. 1)

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
8 September 2023
0

Hati dalam bahasa Arab disebut dengan qalbu (jantung). Disebut qalbu karena sifatnya yataqallabu yang artinya mudah bergejolak dan berbolak-balik (baik detak, tekanan, atau...

Kesehatan mental

Perhatian Islam terhadap Kesehatan Mental

oleh Muhammad Nur Faqih, S.Ag
29 Agustus 2023
0

Kesehatan mental atau mental health adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Hal ini bisa saja...

Artikel Selanjutnya

10 Kiat Istiqomah (9)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah