Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Terkumpulnya Sifat Takut dan Harap

Abdullah Taslim, Lc., MA. oleh Abdullah Taslim, Lc., MA.
5 Juni 2013
Waktu Baca: 2 menit
14

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang pemuda yang sedang menjelang sakaratul maut (saat menjelang kematian), maka beliau  bertanya kepada pemuda tersebut:

«كَيْفَ تَجِدُكَ؟». قَالَ: وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّى أَرْجُو اللَّهَ وَإِنِّى أَخَافُ ذُنُوبِي. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ  «لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى قَلْبِ عَبْدٍ فِى مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ» رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما.

“Apa yang kamu rasakan (dalam hatimu) saat ini?”. Dia menjawab: “Demi Allah, wahai Rasulullah, sungguh (saat ini) aku (benar-benar) mengharapkan (rahmat) Allah dan aku (benar-benar) takut akan (siksaan-Nya akibat dari) dosa-dosaku”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah terkumpul dua sifat ini (berharap dan takut) dalam hati seorang hamba dalam kondisi seperti ini kecuali Allah akan memberikan apa yang diharapkannya dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkannya”[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan adanya sifat berharap dan takut kepada Allah secara seimbang dalam diri seorang hamba, sekaligus menunjukkan keutamaan bersangka baik kepada Allah Ta’ala, terutama pada waktu sakit dan saat menjelang kematian[2], sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan dia bersangka baik kepada Allah U”[3].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

– Dua sifat inilah yang dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang paling mulia di sisi-Nya, para Nabi dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Allah Ta’ala memuji mereka dalam firman-Nya,

{إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ}

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan (perasaan) harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu‘” (QS al-Anbiyaa’:90).

– Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Yang dimaksud dengan ar-raja’ (berharap) adalah bahwa jika seorang hamba melakukan kesalahan (dosa atau kurang dalam melaksanakan perintah Allah) maka hendaknya dia bersangka baik kepada-Nya dan berharap agar Dia menghgapuskan (mengampuni) dosanya, demikian pula ketika dia melakukan ketaatan (kepada-Nya) dia berharap agar Allah menerimanya. Adapun orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kemudian dia berharap Allah tidak menyiksanya (pada hari kiamat) tanpa ada rasa penyesalan dan (kesadaran untuk) meninggalkan perbuatan maksiat (tanpa melakukan taubat yang benar kepada Allah), maka ini adalah orang yang tertipu (oleh setan)” [4].

– Imam Hasan al-Bashri berkata, “Orang mukmin bersangka baik kepada Rabb-nya (Allah Ta’ala) maka dia pun memperbaiki amal perbuatannya, sedangkan orang orang kafir dan munafik bersangka buruk kepada Allah maka mereka pun memperburuk amal perbuatan mereka” [5].

– Sebagian dari para ulama menjelaskan bahwa dalam kondisi sehat lebih utama menguatkan sifat al-khauf (takut) daripada ar-raja’ (berharap), agar seseorang tidak mudah lalai dan lebih semangat dalam beramal shaleh. Adapun ketika sakit, apalagi saat menjelang kematian, lebih utama menguatkan sifat ar-raja’ (berharap) untuk menumbuhkan persangkaan baik kepada Allah Ta’ala[6].

Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA

Artikel www.muslim.or.id


[1] HR at-Tirmidzi (no. 983), Ibnu Majah (no. 4261) dan al-Baihaqi dalam “Syu’abul iman” (no. 1001 dan 1002), dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi, al-Mundziri dan syaikh al-Albani dalam “Shahihut targiib wat tarhiib” (no. 3383).

[2] Lihat kitab “Fathul Baari” (11/301), “Shahihut targib wat tarhib” (3/174) dan “Ahkaamul jana-iz (hal. 11).

[3] HSR Muslim (no. 2877).

[4] Kitab “Fathul Baari”.

[5] Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (4/121).

[6] Lihat kitab “Fathul Baari” (11/301) dan “Faidhul Qadiir” (2/70).

Tags: Manajemen QalbuObat Hati
Abdullah Taslim, Lc., MA.

Abdullah Taslim, Lc., MA.

Lulusan Fakultas Hadits, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Beliau adalah penulis aktif di majalah Pengusaha Muslim.

Artikel Terkait

Berkenalan dengan Hati 2

Berkenalan dengan Hati (Bag. 2)

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
9 September 2023
0

Sebagaimana dengan jasad, hati juga dapat mengalami seperti apa yang dirasakan pada kondisi tubuh seperti sehat, sakit, hidup, dan mati....

Berkenalan dengan Hati

Berkenalan dengan Hati (Bag. 1)

oleh Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd
8 September 2023
0

Hati dalam bahasa Arab disebut dengan qalbu (jantung). Disebut qalbu karena sifatnya yataqallabu yang artinya mudah bergejolak dan berbolak-balik (baik detak, tekanan, atau...

Kesehatan mental

Perhatian Islam terhadap Kesehatan Mental

oleh Muhammad Nur Faqih, S.Ag
29 Agustus 2023
0

Kesehatan mental atau mental health adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Hal ini bisa saja...

Artikel Selanjutnya

Soal-21: Hukum Shalat Berjama'ah di Masjid

Komentar 14

  1. hotel malioboro says:
    13 tahun yang lalu

    apa rasa cinta itu wajib hadir dlm hati ? ato minimal 2 rasa takut di atas ?

    Balas
    • Abduh Tuasikal says:
      13 tahun yang lalu

      @ Hotel Malioboro:
      Tiga hal yang harus terhimpun: rasa harap, takut dan cinta.

      Balas
  2. Azhar says:
    13 tahun yang lalu

    Semoga Allah Ta’ala menganugrahkan rasa rakut dan harap hanya kepada -NYA kedalam hati-hati kita…

    Balas
  3. Fahrul says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamu ‘alaikum
    Sesungguhnya manusia ditakatakan beriman apabila dia takut,tunduk,cinta dan berharap. Karena adanya 4 sifat itu di hati manusia maka dia telah beribadah kepada-Nya serta menambah rasa keimanan kita. Ingatlah manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada-Nya serta meninggalkan kesyirikan dan kekufuran.

    Balas
  4. Ibnu ali says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamualaikum! Ust,gmana ketka ada seorg tlh dikasih smangt dan motifasi,tp msh dlm keptsasaan? Jazakallah khair?

    Balas
    • Abduh Tuasikal says:
      13 tahun yang lalu

      Wa’alaikumus salam.
      @ Ibnu Ali
      Kita hanya bisa melakukan usaha semaksimal mungkin. Namun hidayah taufik hanya di tangan Allah. Oleh karena itu, teruslah memohon dan terus memohon pada Allah.

      Balas
  5. khfidl khafidi says:
    13 tahun yang lalu

    assalamu’alaikum. pak, afwan sy ijin share di fb ya. thx. wassalamu’alaikum

    Balas
  6. Abu Syahna says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikum, afwan mohon izin share di fb, wassalamu’alaikum

    Balas
  7. ikhsan says:
    13 tahun yang lalu

    Assalamu ‘alaikum warahmatullah..
    Izin share ustd, jazakallh khoir

    Balas
  8. dinda khanza dalila says:
    13 tahun yang lalu

    ya allah subhanallah sblum`a ana mu ucapin assalamu`alaikum………… ya ustadz,bleh izin share di fb saya?`afwan ya ustadz!

    Balas
  9. maya says:
    13 tahun yang lalu

    aku hampir terlibat dalam kemalangan hari ini. peristiwa itu seolah-oleh memberikan aku satu sentapan. perasaan takut apabila nyawa hampir melayang.aku tetap tidak dapat melupakan perasaanku ketika itu. tanganku menggigil terkejut. pada saat itu aku betul2 takut sekiranya tuhan mangambil nyawaku. sesungguhnya aku belum bersedia. dosaku menimbun. pahala sedikit. maksiat yang aku lakukan setiap hari semuanya terbayang dimataku. aku melakukan perkara yang Allah murkai. walaupun aku sedar dan tahu itu ialah dosa tetapi hatiku seolah tidak mampu melawan. sesungguhnya imanku nipis dan aku terus menerus melakukan dosa. hatiku tidak sabar. sabanhari aku berazam untuk cuba tidak melakukan dosa, tetapi fitrah manusia memang sentiasa melakukan dosa. aku kecewa dengan diriku sendiri. ada masanya aku hampir putus asa untuk melawan bisikan2 syaitan dan nafsu2 yang terbit dihatiku. aku berharap suatu hari nanti, aku akan dapat lepas dari beban yang amat menyiksakan ini. ya Allah, semoga aku tidak berputus asa dalam mencari cintamu.aminn

    Balas
  10. suryanto says:
    13 tahun yang lalu

    mohon ijin share di wp ana.

    Balas
  11. Fitriyana says:
    12 tahun yang lalu

    assalamualaykum ustadz, saya izin copas ya tadz, wat blog ana,,, (baru bikin nih tadz)
    syukron ,,

    Balas
  12. Dirhandimas bin Alwi Albugisi says:
    11 tahun yang lalu

    Assalamu’alaikum ya Ustadz,,
    Afwan Jiddan Ustadz,Ana izin copy artikelnya ya
    Jazzakumullohu khairon

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah