Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Metode Al-Qur’an Dalam Memerintah dan Melarang Hamba Allah Yang Beriman (4)

Sa'id Abu Ukkasyah oleh Sa'id Abu Ukkasyah
28 Juli 2016
Waktu Baca: 3 menit
0

Contoh ayat-ayat seruan keimanan

Berikut ini beberapa contoh ayat seruan keimanan yang diiringi penyebutan perintah atau larangan Allah Ta’ala. Ayat-ayat tersebut mengandung dua sisi sekaligus, yaitu:

  1. Sebagai pendorong seorang hamba untuk menyempurnakan keimanannya dengan cara melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menghindari larangan-Nya. Karena melaksanakan perintah Allah Ta’ala atau menghindari larangan-Nya bagi orang-orang yang telah beriman merupakan bagian dari kesempurnaan iman.
  2. Sebagai seruan untuk mensyukuri nikmat iman dengan cara melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menghindari larangan-Nya. Karena melaksanakan perintah Allah Ta’ala atau menghindari larangan-Nya merupakan bagian dari mensyukuri nikmat iman.

Sebagai contoh -misalnya- firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

(183) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183).

Dua sisi kandungan ayat di atas adalah:

  1. Wahai orang-orang yang telah dianugerahi nikmat iman, sempurnakanlah keimanan Anda dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala, yaitu berpuasa Ramadhan.
  2. Wahai orang-orang yang telah dianugerahi nikmat iman, syukurilah nikmat iman tersebut, dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala, yaitu berpuasa Ramadhan.

Demikian pula kandungan beberapa contoh firman Allah Ta’ala yang semisal ayat di atas berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا ۗ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(104) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Nabi Muhammad) ‘Raa’ina’, tetapi katakanlah ‘Unzhurna’, dan ‘dengarlah’. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih (QS. Al-Baqarah: 104).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

(153) Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 153).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

(172) Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nyalah kamu menyembah (QS. Al-Baqarah: 172).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَىٰ بِالْأُنْثَىٰ ۚ فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ ذَٰلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(178) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, budak dengan budak, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih (QS. Al-Baqarah: 178).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

(208) Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

(209) Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 208 & 209).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

(254) Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang suatu hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli , tidak bermanfa’at persahabatan yang akrab, dan tidak bermanfa’at pula syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim (QS. Al-Baqarah: 254).

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Tags: Al-Qurankaidah tafsirmetode qur'ani
Sa'id Abu Ukkasyah

Sa'id Abu Ukkasyah

Pengajar Ma'had Jamilurrahman As Salafy Yogyakarta (hingga 1436H), Pengajar Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, Pengajar Islamic Center Baitul Muhsinin (ICBM) Medari Yogyakarta

Artikel Terkait

Sumber ketenangan hati

Al-Qur’an adalah Sumber Ketenangan Hati

oleh dr. Adika Mianoki, Sp.S.
31 Maret 2023
1

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta...

Faedah Alfatihah

Sekilas tentang Keutamaan dan Faedah Surat Al-Fatihah

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
9 Februari 2023
0

Al-Fatihah surat paling agung di dalam Al-Qur'an Dari Abu Sa'id bin Al-Mu'alla radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam...

Surat Al-Kafirun

Keutamaan dan Kandungan Surah Al-Kafirun

oleh Muhammad Nur Faqih, S.Ag
9 Februari 2023
0

Begitu pun riwayat-riwayat lain yang juga dinilai lemah, namun saling menguatkan satu sama lain dan tidak terdapat makna yang salah....

Artikel Selanjutnya

Perbedaan Najasah, Hadats, Nawaqidhul Wudhu, dan Qadzarah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah