Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul
Wahai manusia tuduhlah akalmu!
Dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (7412) dan Muslim (1499), hadits dari Warrad, penulis pribadi Mugirah bin Syu’bah, dari Mugirah bin Syu’bah ia berkata, “Sa’ad bin Ubadah berkata, “seandainya aku melihat seseorang bersama istriku, maka aku akan memenggal lehernya dengan pedang tanpa ampun, maka hal tersebut disampaikan kepada Rasulallah –Shalallahu’alaihi wa Sallam-, lalu beliau bersabda,
أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ، وَاللَّهِ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللَّهِ حَرَّمَ الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ العُذْرُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ المِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ وَعَدَ اللَّهُ الجَنَّةَ
“Tidakkah kalian heran dengan rasa cemburu Sa’ad? Demi Allah aku lebih cemburu dari dia, dan Allah lebih cemburu dari aku. Karena kesemburuan-Nya, Ia mengharamkan perbuatan keji yang tampak maupun tersembunyi. Tidaklah seorang lebih menyukai alasan yang diberikan oleh Allah melainkan ia utus kepadanya seorang yang memberikan kabar gembira dan peringatan. Dan tidaklah seorang lebih menyukai pujian dari Allah melainkan akan disiapkan baginya surga”.
Dikeluarkan oleh Muslim (1498), hadits dari Abu Hurairah, “Sa’ad bin Ubadah berkata, “wahai Rasulallah –Shalallahu’alaihi wa Sallam– apabila aku mendapati seseorang lelaki asing bersama istriku, apakah aku tidak boleh menyentuhnya sampai aku bisa menghadirkan 4 saksi? Rasulullah –Shalallahu’alaihi wa Sallam– menjawab, “benar”. Lalu Sa’ad berkata, “sekali-kali tidak wahai Rasul, Demi Dzat yng mengutusmu membawa kebenaran, aku akan memenggal lehernya sebelum itu. Rasulallah –Shalallahu’alaihi wa Sallam– berkata,
اسْمَعُوا إِلَى مَا يَقُولُ سَيِّدُكُمْ، إِنَّهُ لَغَيُورٌ، وَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ، وَاللهُ أَغْيَرُ مِنِّي
“Dengarkan perkataan pemimpin kalian wahai sekalian manusia, dia adalah seorang yang pencemburu, dan aku adalah orang yang lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dibandingkan diriku”.
Di dalam hadits ini terdapat beberapa faidah, di antaranya:
- Pengingkaran Rasulullah –Shalallahu’alaihi wa Sallam– terhadap perkataan Sa’ad, Allah telah mensyariatkan hal tersebut, dialah yang paling mengetahui keadaan seseorang. Dialah yang mensyariatkan untuk mendatangkan 4 saksi sebelum kamu menyentuhnya. Demi Allah, aku cemburu jikalau kamu menerjang hal-hal yang telah diharamkan-Nya. Meskipun kamu pergi jauh dari negerimu, Allah akan tetap melarangmu menerjang hal-hal yang telah diharamkan-Nya. Kecemburuan Allah sangat besar. Oleh karena itu, jangan pernah menyelisihi syariat-Nya.
- Perasaan yang berkobar-kobar jika tidak dikendalikan dengan hukum Allah, akan membawa seorang Muslim ke dalam kebinasaaan karena syariat Allah telah dilanggar.
- Hukum-hukum Allah harus diterapkan walaupun tidak sesuai dengan hawa nafsu. Maka seorang muslim wajib menundukkan hawa nafsunya di bawah hukum-hukum Allah. Sebagaimana yang terjadi pada saat perjanjian Hudaibiyyah. Al Bukhari menyebutkan di dalam kitab Shahih-nya (3181) dan Muslim (1785) dari Al-‘Amasy, dari Syaqiq ia berkata, “Aku mendengar Sahl bin Hunaif berkata di Shiffin,
أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّهِمُوا رَأْيَكُمْ، وَاللهِ، لَقَدْ رَأَيْتُنِي يَوْمَ أَبِي جَنْدَلٍ، وَلَوْ أَنِّي أَسْتَطِيعُ أَنْ أَرُدَّ أَمْرَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَدَدْتُهُ، وَاللهِ، مَا وَضَعْنَا سُيُوفَنَا عَلَى عَوَاتِقِنَا إِلَى أَمْرٍ قَطُّ، إِلَّا أَسْهَلْنَ بِنَا إِلَى أَمْرٍ نَعْرِفُهُ إِلَّا أَمْرَكُمْ هَذَا
“Wahai sekalian manusia, curigailah pendapat kalian! Demi Allah, aku telah menyaksikan diriku pada peristiwa Abu Jandal. Andai aku mampu sanggup untuk menolak perintah dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam, maka akan aku menolaknya. Demi Allah, ketika itu kami tidak meletakkan pedang-pedang di atas bahu kami (tidak melakukan perang), namun Allah mudahkan perkara kami, kami mengetahui peristiwa tersebut (lebih sulit) tidak sebagaimana urusan kalian ini”.
- Yang dilakukan oleh sebagian orang, yaitu mereka menggembosi orang-orang yang mengingkari perbuatan terorisme dengan pengeboman yang terjadi di Perancis, dengan klaim bahwa Perancis melakukan pelecehan yang besar dan berulang kali kepada kaum Muslimin maka (menurut mereka) ini adalah balasan atas perbuatan orang-orang Perancis dan tidaklah kerusakan yang terjadi melainkan disebabkan ulah dan perbuatan buruk mereka sendiri. Maka aku katakan, Dialah Allah yang mensyariatkan perjanjian damai dan memerintahkan untuk menepati janji dan kesepakatan. Dan ini disyariatkan untuk dilakukan kepada orang-orang kafir yang pada asalnya mereka kaum kafir harbi, yang kita belum mampu memerangi mereka atau membalas kemarahan mereka (dalam perang). Maka tidak ada peluang untuk menjelek-jelekkan orang yang mengingkari perbuatan terorisme tersebut. Karena pengingkatan terorisme ini dalam rangka menerapkan syariat Allah yaitu menjaga perjanjian, padahal janji akan dipertanggung-jawabkan kelak (di hari kiamat).
- Bolehnya menetapkan sifat ghirah (cemburu) bagi Allah. Karena Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam telah menyifati-Nya dengan hal tersebut.
***
Sumber: Akun facebook Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul, https://web.facebook.com/mohammadbazmool/posts/904897469628740
Penerjemah: Seno Aji Imanullah
Artikel Muslim.or.id
( https://muslim.or.id/15094-menjadikan-orang-kafir-sebagai-auliya.html )
Jangan Berikan Rasa Sayang dan Kasihan Kepada Orang Kafir
[Ayat ke-5]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ
إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ
يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku
dan musuhmu menjadi auliya yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka
mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,
Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian)” (QS. Al Mumtahanah: 1).
Para ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah kisah Hathib bin Abi Baltha’ah radhiallahu’anhu.
Beliau adalah sahabat Nabi yang ikut hijrah, beliau juga mengikuti
perang Badar, namun beliau memiliki anak-anak, sanak kerabat dan harta
di kota Mekkah yang ia tinggalkan untuk berhijrah. Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam diperintahkan
untuk membuka kota Mekkah dan memerangi orang Musyrikin di sana, Hathib
merasa kasihan kepada orang-orang Quraisy di Mekkah. Hathib pun
berinisiatif untuk berkomunikasi dengan kaum Quraisy secara diam-diam
melalui surat yang dikirimkan melalui seorang wanita. Hathib mengabarkan
kedatangan pasukan kaum Muslimin untuk menyerang kaum Quraisy di
Mekkah. Bukan karena Hathib berkhianat dan bukan karena ia munafik,
namun ia kasihan kepada kaum Quraisy dan berharap mereka mau dirangkul
untuk memeluk Islam daripada mereka hancur binasa. Namun para sahabat memergoki wanita yang membawa surat dan melaporkan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Lalu
turunlah ayat ini sebagai teguran untuk tidak kasihan dan tidak menaruh
rasa sayang kepada orang-orang kafir, apalagi dengan menyampaikan
kepada mereka kabar-kabar rahasia kaum Muslimin. Namun Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menegur Hathib namun memaafkannya dan memberinya udzur (lihat Tafsir Ibni Katsir 8/82, Tafsir As Sa’di 7/854)
Berikut ini isi surat Hathib:
أَمَّا بَعْدُ يَا
مَعْشَرَ قُرَيْشٍ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ جَاءَكُمْ بِجَيْشٍ كَاللَّيْلِ يَسِيرُ كَالسَّيْلِ فَوَاللَّهِ
لَوْ جَاءَكُمْ وَحْدَهُ لَنَصَرَهُ اللَّهُ وَأَنْجَزَ لَهُ وَعْدَهُ
فَانْظُرُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَالسَّلَامُ
“Amma ba’du. Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang
mendatangi kalian dengan membawa pasukan yang bak gelapnya malam, yang
cepat bagaikan air bah. Demi Allah, andaikan Ia (Rasulullah) datang
seorang diri pun, Allah akan menolongnya dan memenangkannya atas
musuhnya. Maka lihatlah (kasihanilah) diri-diri kalian. Wassalam” (Fathul Baari, 7/520).
As Sa’di menjelaskan: “jangan jadikan musuh Allah dan musuh kalian sebagai auliya,
yang engkau berikan rasa sayangmu kepada mereka. Maksudnya jangan
kalian terburu-buru memberikan rasa sayangmu kepada mereka ataupun
menempuh sebab-sebab yang membuat kalian sayang pada mereka. Karena rasa
sayang itu jika muncul akan diikuti oleh nushrah (kecenderungan untuk
menolong) dan muwalah (kecenderungan untuk loyal), sehingga akhirnya
seseorang pun keluar dari keimanan dan menjadi bagian dari orang-orang
kafir meninggalkan ahlul iman” (Tafsir As Sa’di, 854).
Maksud Anda?