Suatu ketika, shahabat Jabir bin Abdillah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu peperangan. Saat pulang dari perang, beliau tertinggal dari rombongan disebabkan onta beliau yang kelelahan. Nabi pun mendatangi beliau dan bertanya, “Ini Jabir?” Jabir menjawab, “Iya Rasulullah.” “Ada masalah apa Jabir?” Nabi kembali bertanya. Jabir menjawab, “Ontaku lambat dan kelelahan sehingga aku tertinggal.”
Kemudian Nabi pun menusuk onta Jabir dengan tongkatnya seraya berkata, “Naiklah!” Jabir pun naik, dan tatkala ontanya melaju kencang, ia pun menahannya agar tak mendahului Rasulullah. “Engkau sudah menikah Jabir?” Tanya Rasulullah. “Iya.” Jawab Jabir. “Perawan ataukah janda?” Rasulullah kembali bertanya. “Janda”. Jawab Jabir kemudian.
Nabi bertanya, “Kenapa tidak menikahi perawan saja? Engkau bisa bermain dengannya dan ia bisa bermain pula denganmu”. Jabir menjawab, “Aku ini memiliki saudari perempuan yang banyak. Aku menikahi janda agar ada wanita yang merawat, mengurusi dan menyisiri rambut mereka”. Nabi pun menasehati, “Adapun jika engkau telah sampai di rumah, maka kumpulilah istrimu, kumpulilah istrimu” (HR. Al-Bukhari no. 2097 dan Muslim no. 1089).
Beberapa Faidah yang dapat dipetik dari hadits di atas:
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. Beliau biasa berada di posisi rombongan yang paling belakang untuk mengecek keadaan pasukan perangnya. Sehingga beliau menjumpai Jabir yang tertinggal dari rombongan pasukan.
- Mukjizat yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala onta Jabir ditusuk oleh tongkat beliau, maka kembali dapat melaju kencang.
- Perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada shahabat beliau yang menanyakan perihal status Jabir. Bukanlah suatu hal yang tercela menanyakan status sudah menikah atau belum karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukan hal ini.Namun sedikit catatan, hendaknya kita menyesuaikan diri dengan kondisi orang yang ditanya, jika dikhawatirkan akan terungkap suatu aib dari orang yang ditanya atau dikhawatirkan tersinggungnya hati orang yang ditanya maka hendaknya tidak menanyakannya.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahu bahwa ada salah seorang shahabatnya yang telah menikah. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mengetahui perkara yang ghaib, sehingga Nabi tanyakan hal ini kepada Jabir. Lalu bagaimana pula orang yang derajatnya di bawah Nabi mengaku-ngaku mampu mengetahui hal yang ghaib?
- Keutamaan menikahi gadis perawan daripada janda. Karena sifat seorang gadis perawan itu biasanya senang dengan permainan. Berbeda dengan janda yang telah makan asam garam pernikahan. Para fuqaha mengatakan:
الْبكر أولى إِذا لم يكن عذر فِيمَا يظْهر
“perawan lebih utama jika tidak ada udzur yang nampak” (lihat ‘Umdatul Qari, 17/147).
- Dianjurkan ketika seseorang mencari calon pasangan, untuk memperhatikan faktor-faktor yang membuatnya tertarik para pasangan tersebut. Karena dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan menikahi gadis perawan karena alasan: “Engkau bisa bermain dengannya dan ia bisa bermain pula denganmu”. Dalam riwayat lain: “Engkau bisa membuatnya tertawa dan ia bisa membuatmu tertawa“. Dan ini adalah faktor yang membuat seorang lelaki tertarik pada calonnya. Maka tidak tercela jika seseorang memperhatikan kecantikan, kemolekan, postur tubuh calon yang akan dinikahinya sebagai suatu hal yang dipertimbangkan.
- Hadits ini juga dalil bolehnya bujang menikahi janda. Bahkan di sebagian kondisi, menikahi janda lebih utama daripada gadis perawan. Di sini Jabir ingin agar adik-adiknya ada yang merawat dan mengurusi tatkala ia menikahi janda. Sehingga ia merasa terbantu dengan kehadiran istrinya. Boleh jadi ketika ia menikahi gadis perawan, maka bebannya akan bertambah, di samping mengurusi adik-adiknya, ia harus mengurusi gadis yang semisal dengan adik-adiknya.
- Menikahi janda tidaklah selalu melihat sisi mashlahat untuk si janda, boleh jadi mashlahat untuk suami. Jabir akan merasa terbantu merawat dan mengurusi adik-adiknya jika ia menikahi seorang janda.
- Salah satu waktu yang dianjurkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak berhubungan intim adalah setelah pulang dari perjalanan jauh. Hendaknya seorang suami mengumpuli istrinya, dan sang istri pun pengertian dengan kondisi suami yang pulang dari safar, sehingga sang istri bisa mempersiapkan diri ketika sang suami hendak pulang.
- Hasungan dan motivasi kepada pasangan suami istri untuk melakukan hubungan intim.
—
Penulis: Wiwit Hardi P.
Artikel Muslim.Or.Id
assalamu’alaikum..
ustadz mau tanya, apa yg dimaksud perawan pada hadits di atas? jika perempuan tersebut belum menikah apakah masih dikatakan perawan walaupun sudah melakukan hubungan terlarang dalam Islam dan sudah bertobat?
jazzakallahu khair jawabannya ustadz..
Wa’alaikumus salam, perempuan yg sdh pernah berzina walau belum pernah menikah dan sudah bertobat, tetap dikatakan TIDAK PERAWAN lagi. Keadaannya sangat berbeda jauh dg wanita yg masih perawan
namun dalam hal ini, selain kita memilih pasangan berdasarkan agamanya, apakah dalam Islam kita juga perlu mempertimbangkan memilih pasangan dari perawan atau tidak perawan Ustadz? Jazzakallahu khair
Silahkan baca kembali artikel di atas dg teliti.
barakallahu fiikum, jazzakallahu khair ustadz..
jaman sekarang susah cari perawan gimana caranya ustad, saya msih perjaka. pernah pacaran tapi tak pernah merenggut perawan perempuan lain. sekarang ini saya singel, tidak punya pasangan.
Banyak doa dan berusaha cari perawan.
Moga Allah mudahkan.
fisik saya jelek, saya ingin perempuan cantik untuk perbaiki keturunan. saya ingin yang perawan. tpi di daerah saya kebanyakan yg cantik2 itu rata2 sudah tidak perawan. adapun yg perawan mereka cari lelaki yg lebih gagah dan kaya. saya hanya laki2 biasa dengan fisik tidak menarik pula.
Banyak doa pd Allah supaya Allah beri yg terbaik. Laki2 baik untuk perempuan yg baik.
berarti laki2 jelek macam saya juga dapat istri jelek nanti ya ustad
Laki2 yg baik sifatnya dapat perempuan yg baik sifatnya.
Assalamu’alaikum.
Izin Share min
Wa’alaikumus salam, Silahkan
Assalamualaikum,ustadz apakah keutaman menikahi yg perawan diatas termasuk dalam hal jika mau ber poligami juga? Syukran
Saya setuju dengan pendapat ini walaupun nabi pernah menganjurkan menikahi wanita karena agamanya tapi tetap harus memperhatikan yang lainnya juga karena ada juga wanita yang agamanya bagus sering ngaji dan shalat tapi dia janda tua usia 70 tahun itulah kenapa kalau mau menikah harus mempertimbangkan calon pasangannya misalnya dia perawan atau janda subur atau mandul