Dahulu Syaikh Muhammad –rahimahullah– menulis Kitab At Tauhid. Beliau mensyarahnya untuk murid-muridnya dan mengulang-ulang pembahasan-pembahasannya kepada mereka. para muridnya kemudian berkata kepadanya, “Wahai Syaikh, kami ingin engkau merubah pelajaran ini dengan pelajaran yang lain, seperti kisah, sirah dan sejarah.” Syaikh berkata, “Kita akan pertimbangan hal itu insya Allah.”
Esok harinya Syaikh menemui mereka dengan raut wajah yang sedih dan seperti sedang berfikir. Para muridnya pun bertanya kepadanya sebab kesedihannya.
“Aku mendengar di desa tetangga seorang laki-laki menempati rumah baru. Namun ia khawatir diganggu oleh jin, dan ia pun menyembelih seekor ayam jago untuk jin tersebut di depan pintu rumahnya, dalam rangka taqarrub kepada jin. Aku telah mengutus seseorang untuk mengecek tentang perkara ini”, Syaikh menjelaskan.
Ternyata, para muridnya tidak begitu terpengaruh dengan berita tersebut. Mereka hanya mendoakan laki-laki itu dengan hidayah dan mereka pun diam.
Esok harinya lagi, syaikh bertemu kembali dengan mereka dan berkata,
“Kita telah mengecek tentang kabar kemarin. Ternyata perkaranya tidak seperti yang sampai kepadaku. Laki-laki itu ternyata tidak menyembelih seekor ayam jantan untuk taqarrub kepada jin, akan tetapi ia telah berzina dengan ibunya.”
Spontan para muridnya menjadi sangat emosi. Mereka mencela dan terus mencela. Mereka berkata, orang itu harus dingkari, harus dinasehati, harus dihukum.. mereka sangat gaduh dan ramai.
Syaikh kemudian berkata, “Sungguh aneh urusan kalian itu, demikian kalian mengingkari orang yang terjatuh kepada dosa besar, padahal ia tidak sampai keluar dari agama Islam (murtad –pent) karenanya, namun kalian tidak mengingkari orang yang terjatuh kepada perbuatan syirik, menyembelih untuk selain Allah dan beribadah kepada selain-Nya.
Para murid pun terdiam. Lalu Syaikh memerintahkan salah satu dari mereka, “Ambillah kitab tauhid, kita akan menjelaskannya kembali..”
[Dinukil dari kitab “Irkab Ma’anaa” Syaikh Dr. Muhammad Al Arify]
Mohon dijelaskan apakah benar faedah kisah ini adalah untuk terus mengulang pelajaran tauhid ?
Subhanallah,
keumuman kita memang merasa bosan, tidak tertarik bila mendengarkan pengajian yang membahas tauhid. Itu lagi . . . itu lagi. Sayang sekali! Padahal bila kita mengetahui manfaat ilmu tauhid (paling tidak tertarik untuk mengetahui ilmu tauhid), insyaallah materi tauhid sangat-sangat menarik.
Metode yang dilakukan Syaikh Muhammad –rahimahullah- sangat sederhana, faktual, tetapi sangat menarik sekali, sehingga saya sebagai pembaca artikel ini pun merasa seperti DIBANGUNKAN dari lamunan.
Assalamu’alaikum
Kita tahu tauhid itu sangat penting, tetapi jangan sampai materi2 ilmu lainnya juga tidak disampaikan. kan banyak kenyataan hidup membutuhkan jawab. tinggal bagaimana dengan cantik menempatkan atau menghubungkan pembahasan dengan tauhid. Contohnya, orang mau menikah, ya diajarkan fiqih nikah, tentu dikaitkan tentang Kuasa Allah untuk menyatukan hati kedua pengantin dan arahan dalam khutbah hajat juga menunjukkan kekuasaan Allah. Orang mau jual beli atau sewa-menyewa, tentu diajarkan fiqih muamalat, dikaitkan bahwa Allah melihat pekerjaan mereka agar mereka tidak berlaku curang ketika bertindak. ketika orang mau berhaji dan umrah, diajarkan manasik dan dihubungkan kebesaran Allah yang dilihat ketika melaksanakan ibadah2 tersebut. Orang banyak berghibah, dinasehati akhlaq untuk tidak membicarakan saudaranya dan dihubungkan dengan pengawasan Allah bahwa Allah mengetahui pekerjaan dan gerak kalbu hamba-Nya. Masih banyak hal lain yang bisa dikaitkan dengan tauhid meski pada zahirnya kita membahas masalah ilmu lain (fiqih dan akhlaq).
Mengenai porsi kajian tauhid lebih banyak, boleh2 saja. Misalkan dari 4 materi kajian dalam 1 bulan, dibagi 2 kajian tauhid, 1 fiqih, 1 akhlaq. Sehingga enak juga bagi jama’ah untuk mengikuti dan menghindari kebosanan.
Kebosanan adalah hal yang pasti dialami insan, tapi ini menjadi tantangan bagi dai untuk menyiasati agar manusia tertarik.
Demikian komentar.
Mohon jawaban.
Wassalamu’alaikum.