Muslim.or.id
Khutbah Jumat
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book
No Result
View All Result
Muslim.or.id
No Result
View All Result

Mencintai Para Sahabat Nabi

Ari Wahyudi, S.Si. oleh Ari Wahyudi, S.Si.
17 Agustus 2023
Waktu Baca: 5 menit
1
Mencintai Para Sahabat Nabi

Bismillah.

Di antara pelajaran berharga yang hendaknya selalu diingat oleh generasi muda adalah kepahlawanan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam membela dakwah Islam. Kita mengenal sosok yang sedemikian dermawan seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Utsman bin Affan radhiyallahu ’anhuma. Mereka telah menunjukkan bukti yang luar biasa dalam membela dan mendukung perjuangan dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita juga mengenal sosok Bilal bin Rabah radhiyallahu ’anhu yang menunjukkan kekuatan iman dan tawakal kepada Allah ketika harus berhadapan dengan tekanan dan siksaan demi mempertahankan akidah dan keyakinannya sebagai pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kisah perjuangan dan pengorbanan para sahabat begitu banyak menghiasi sejarah dan memberikan gambaran kepada kita betapa iman dan tauhid itu telah mendarah daging di dalam diri mereka. Suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjaga syariat-Nya untuk kemudian diteruskan dengan gamblang kepada generasi-generasi sesudahnya.

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ

“Sungguh Allah telah rida kepada orang-orang beriman itu (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah sebuah pohon. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka.” (QS. Al-Fath: 18)

Allah Ta’ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

“Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama (masuk Islam), yaitu kaum Muhajirin dan Anshar dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.” (QS. At-Taubah: 100)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasi di masaku (para sahabat Nabi), kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang sesudah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu)

Dari sini kita mengetahui bahwa mencintai para sahabat Nabi dan memuliakan mereka merupakan perkara yang sangat mendasar di dalam agama Islam. Allah telah memuji mereka dan meridai mereka dan menjadikan keridaan-Nya bagi orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik. Allah Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam hati para sahabat itu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

آيَةُ الإيمَانِ حُبُّ الأنْصَارِ، وآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأنْصَارِ

“Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu)

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah (wafat 321 H) berkata,

وَنُحِبُّ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا نُفَرِّطُ فِي حُبِّ أَحَدٍ مِنْهُمْ

“Dan kami (ahlusunah waljamaah) mencintai para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kami tidak melampaui batas dalam mencintai salah seorang dari mereka.” (Lihat Matan Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah no. 93)

Imam Abu Zur’ah Ar-Razi rahimahullah (wafat 264 H) berkata,

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَنْتَقِصُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ زِنْدِيقٌ

“Apabila kamu melihat ada seseorang yang sengaja menjelek-jelekkan salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketahuilah bahwa dia adalah zindik (sesat dan menyimpang).” (Lihat Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah hal. 49 oleh Al-Khathib Al-Baghdadi)

Baca juga: Meneladani Para Sahabat Nabi Dalam Meluruskan Shaf Shalat

Wajib mengikuti jalan para sahabat

Imam Abu Amr Al-Auza’i rahimahullah (wafat 157 H) mengatakan, “Wajib atasmu untuk mengikuti jejak-jejak para ulama terdahulu, meskipun orang-orang menolakmu. Dan hati-hatilah kamu dari pendapat tokoh-tokoh, meskipun mereka menghiasinya dengan ucapan-ucapan yang indah.” Yang dimaksud mengikuti jejak pendahulu di sini adalah dengan mengikuti jalan para sahabat dan para pengikut setia mereka. Karena jalan mereka itu dibangun di atas Al-Kitab dan As-Sunnah (Lihat keterangan Syekh Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Lum’atil I’tiqad, hal. 44)

Di dalam surah Al-Fatihah kita berdoa kepada Allah,

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦

“Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus.”

Siapakah orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus itu?

Allah Ta’ala berfirman,

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

“Yaitu, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka.”

Siapakah yang dimaksud ‘orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah’ itu? Mereka itu adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam ayat,

مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ

“Yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang saleh.” (QS. An-Nisa’: 69) (Lihat transkrip Manhaj Salafish Shalih wa Hajatul Ummah ilaih oleh Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, hal. 7-8)

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka. Mereka itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Dan anda setiap rakaat selalu berdoa kepada Allah untuk memberikan petunjuk kepada jalan mereka itu.” (Lihat Tafsir Ayat minal Qur’anil Karim, hal. 17)

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Maka, mereka itulah teladan bagi umat ini. Dan manhaj mereka itu adalah jalan yang mereka tempuh dalam hal akidah, dalam hal muamalah, dalam hal akhlak, dan dalam segala urusan mereka. Itulah manhaj yang diambil dari Al-Kitab dan As-Sunnah karena kedekatan mereka dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena kedekatan mereka dengan masa turunnya wahyu. Mereka mengambilnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka, mereka itu adalah sebaik-baik kurun, dan manhaj mereka adalah manhaj yang terbaik.” (Lihat Manhajus Salafish Shalih wa Hajatul Ummah ilaih, hal. 2-3)

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah juga menasihatkan, “Dan tidak mungkin mengikuti mereka dengan baik, kecuali dengan cara mempelajari mazhab mereka, manhaj mereka, dan jalan yang mereka tempuh. Adapun semata-mata menyandarkan diri kepada salaf atau salafiyah tanpa disertai pemahaman tentang hakikat dan manhajnya, maka hal ini tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, bisa jadi justru menimbulkan mudarat. Oleh sebab itu, harus mengenal hakikat manhaj salafush shalih.” (Lihat Manhajus Salafish Shalih wa Hajatul Ummah ‘ilaih, hal. 3)

Demikian sedikit kumpulan tulisan dan faedah yang Allah berikan kemudahan bagi kami untuk menyusunnya. Semoga Allah Ta’ala berikan taufik kepada kita untuk mengamalkan kebenaran dan istikamah di atasnya hingga ajal menjemput. Wallahul musta’aan.

Baca juga: Mengikuti Pemahaman Sahabat Nabi Dalam Beragama

***

Yogyakarta, 13 Muharram 1445 H

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Artikel: Muslim.or.id

 

Referensi:

Aqidah Ath-Thahawiyah: Matan dan Terjemah. Link website: https://www.terjemahmatan.com/2015/11/aqidah-ath-thahawiyah-matan-dan-terjemah.html

Kitab Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah. Link Website: https://shamela.ws/book/13055/129#p1

Manhaj As-Salaf Ash-Shalih wa Hajatul Ummah ‘ilaihi. Link Website: http://calameo.download/000131910a9739eef4018

Tags: mencintainabisahabat
Ari Wahyudi, S.Si.

Ari Wahyudi, S.Si.

Alumni S1 Biologi UGM, Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, penulis kitab "At Tashil Fi Ma'rifati Qawa'id Lughatit Tanzil".

Artikel Terkait

Penetapan Hakikat Tauhid

Penetapan Hakikat Tauhid

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
26 September 2023
0

Syekh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafizhahullah berkata, “Barangsiapa mentadaburi Kitabullah serta membaca Kitabullah dengan penuh perenungan, niscaya dia akan mendapati...

Bukti Penghambaan kepada Allah

Bukti Penghambaan kepada Allah

oleh Ari Wahyudi, S.Si.
10 September 2023
0

Bismillah. Allah berfirman, فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ “Makanlah kalian dari sebagian...

Korelasi Rukun Ibadah

Korelasi Rukun Ibadah

oleh Agung Argiyansyah
6 September 2023
0

Syarat ibadah Ibadah seseorang tidaklah akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kecuali jika terpenuhi dua syarat: Yang pertama: Ikhlas,...

Artikel Selanjutnya
Dakwah mahasiswa

Peran Dakwah Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter Bangsa

Komentar 1

  1. Akhid Abu Aufa says:
    1 bulan yang lalu

    Baarakallahu fiik, Ustadz

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA Donasi Dakwah YPIA
Muslim.or.id

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Donasi
  • Pasang Iklan
  • Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

No Result
View All Result
  • Aqidah
  • Manhaj
  • Landasan Agama
  • Penyejuk Hati
  • Fikih
  • Sejarah
  • Khotbah Jum’at
  • Kalkulator Waris
  • E-Book

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah