Terdapat perkataan miring dari sebagian orang yang membenci dakwah sunnah, bahwa salafiyyin, atau orang yang meneladani generasi salafush shalih dalam beragama, enggan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam atau bahkan dituduh anti-shalawat. Padahal salafiyyin, yang senantiasa berpegang-teguh pada dalil-dalil shahih, bershalawat ratusan kali setiap harinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari mengikuti dalil-dalil shahih, karena banyak dalil-dalil shahih yang menganjurkan amalan tersebut. Berikut ini beberapa kesempatan dalam satu hari yang dianjurkan untuk bershalawat, berdasarkan dalil-dalil shahih:
1. Ketika Masuk Masjid
Sebagaimana hadits dari Fathimah Radhiallahu’anha:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل المسجد صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي ، وافتح لي أبواب رحمتك
“Biasanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).
Dan seorang salafi, masuk ke masjid minimal 5 kali dalam sehari.
2. Ketika Keluar Masjid
Sebagaimana kelanjutan hadits dari Fathimah Radhiallahu’anha:
وإذا خرج صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب فضلك
“Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).
Dan seorang salafi, keluar dari masjid minimal 5 kali dalam sehari.
3. Ketika Tasyahud
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد ربه جل وعز والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar seorang lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah dan tanpa bershalawat. Beliau pun berkata: ‘Orang ini terlalu tergesa-gesa’. Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu menasehatinya: ‘Jika salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan mengagungkanlah Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah setelah itu berdoa apa yang ia inginkan‘” (HR. Abu Daud, 1481. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).
Pada ulama mengatakan bahwa tempat shalawat kepada Nabi di dalam shalat adalah setelah tasyahud awal dan akhir. Bahkan sebagian ulama menggolongkan shalawat setelah tasyahud akhir sebagai rukun shalat.
Dan seorang salafi, minimal ber-tasyahud 10 (5 x 2) kali dalam sehari.
4. Ketika disebut nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”).
Seorang salafi, yang senantiasa bersemangat menuntut ilmu syar’i, ia membaca kitab para ulama, menghafal hadits, duduk di majlis-majlis ilmu, puluhan kali nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam disebut di sana sehingga ia pun puluhan kali bershalawat.
5. Ketika selesai mendengar adzan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول . ثم صلوا علي . فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا
“Jika kalian mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, no. 384)
Dan adzan, minimal 5 kali berkumandang setiap harinya.
6. Dalam rangkaian dzikir pagi
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
“Barangsiapa bershalawat kepadaku ketika pagi dan ketika sore masing-masing 10 kali, ia akan mendapatkan syafa’atku kelak di hari kiamat” (Dihasankan oleh Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib, 1/314, juga oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid, 10/123. Sebagian ulama melemahkan hadits ini, semisal Al Albani dalam Adh Dha’ifah, 5788 )
Dan seorang salafi bersemangat menjaga dzikir pagi setiap harinya. Dalam rangkaian dzikir pagi juga banyak disebut nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sehingga ketika mengamalkan dzikir pagi, puluhan kali shalawat diucapkan.
7. Dalam rangkaian dzikir sore
Sebagaimana hadits pada poin sebelumnya. Seperti paparan sebelumnya, ketika mengamalkan dzikir sore pun, puluhan kali shalawat diucapkan.
8. Ketika hendak berdoa
Sebagaimana hadits pada poin 3. Dan seorang salafi bersemangat memperbanyak doa, dalam rangka mengamalkan firman Allah:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepada-Ku, akan Aku kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang sombong, enggan beribadah kepada-Ku, akan Aku masukkan mereka ke neraka Jahannam yang pedih” (QS. Al-Mu’min: 60)
Terutama pada waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Dan dalam 1 hari ada puluhan waktu mustajab untuk berdoa. Sehingga seorang salafi, puluhan kali bershalawat sebelum berdoa dalam sehari.
9. Pada waktu-waktu bebas yang tidak ditentukan
Seorang salafi senantiasa menggunakan waktunya agar tidak tersia-sia. Salah satu caranya dengan banyak berdzikir, dan diantara dzikir yang dianjurkan adalah bacaan shalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kapan saja tanpa terikat kesempatan tertentu. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan doakanlah keselamatan atasnya” (QS. Al Ahzab: 56)
Juga keumuman sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا
“Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, 384)
Di perjalanan, ketika menunggu, ketika istirahat, ketika berjalan, ketika dalam majelis, dan waktu-waktu lain kapan saja dan di mana saja.
10. Pada hari dan malam Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال فقالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت قال يقولون بليت قال إن الله تبارك وتعالى حرم على الأرض أجساد الأنبياء صلى الله عليهم
“Hari jumat adalah hari yang paling utama. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami sampai kepadamu, sementara kelak engkau dikebumikan?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan bumi untuk menghancurkan jasad para Nabi shallallahu ‘alaihim” (HR. Abu Daud no. 1047. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami, 2212)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة و ليلة الجمعة ، فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat. Karena orang yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Al-Baihaqi, 3/249. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 1407)
Jelaslah sudah bahwa salafiyyin, orang-orang yang berpegang-teguh pada dalil Qur’an dan sunnah yang shahih, akan mengamalkan shalawat ratusan kali dalam sehari, bahkan lebih. Tentu saja dengan suara lirih, sendiri-sendiri, tidak dikeraskan dan tidak pula beramai-ramai. Namun perlu dicatat, bahwa setiap orang tentu memiliki juhud yang berbeda-beda dalam ibadahnya.
Adapun shalawat yang diingkari oleh salafiyyin adalah shalawat yang dikarang-karang serta dibuat-buat oleh orang, dan tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam maupun para shahabat serta generasi salafus shalih. Dikarang-karang lafadznya, juga tata-caranya. Para sahabat Nabi, orang yang paling mencintai beliau jauh lebih cinta dari kita semua, mereka tidak pernah mengarang-ngarang shalawat. Mereka bahkan bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam cara bershalawat:
يا رسول الله ، أما السلام عليك فقد عرفناه ، فكيف الصلاة ؟ قال : ( قولوا :اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ، كما صليت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد ، كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد )
“Wahai Rasulullah, tata cara salam terhadapmu, kami sudah tahu. Namun bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: ‘Ucapkanlah: Allahumma Shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Shallaita ‘ala Ibrahim Innaka Hamiidum Majid. Allahumma Baarik ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Baarakta ‘ala Ibraahim, Innaka Hamiidum Majid‘”. (HR. Bukhari 4797)
Apalagi shalawat-shalawat yang dikarang-karang oleh sebagian orang, dibumbui dengan khasiat-khasiat tertentu tanpa dalil. Diperparah lagi jika shalawat-shalawat buatan tersebut dilantunkan beramai-ramai menggunakan pengeras suara. Padahal Allah Ta’ala memerintahkan kita berdzikir dengan rendah diri, penuh takut dan bersuara lirih:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
“Berdzikirlah kepada Rabb-mu dengan penuh kerendahan diri, rasa takut serta tanpa suara yang dikeraskan” (QS. Al A’raf: 205)
Renungkanlah, dari apa yang kita paparkan di atas, andai kita mau mengamalkan shalawat berdasarkan dalil yang shahih, hari-hari kita akan sangat sibuk sekali. Maka, untuk apa kita masih mencari-cari atau mengarang-ngarang shalawat sendiri? Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu berkata:
اتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا ، فَقَد كُفِيتُم
“Ikutilah saja (sunnah Nabi) dan jangan berbuat bid’ah. Sesungguhnya sunnah Nabi telah mencukupi kalian“
—
Penulis: Yulian Purnama
Artikel www.muslim.or.id
salafush shalih,penerus ajaran nabi
teladan yang patut di contoh
Semua perkataan miring dan tuduhan2 mereka terhadap salafiyin akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Salafiyin hanya akan bershalawat sesuai tuntunan dalil2 shahih, bukan dg shalawat2 tnpa dasar yg jelas dn mrupakn tambahan2 belaka.
jalan ini yg ku tempuh,walau beribu fitnah dan cerca
semoga kita tidak termasuk orang yg bakhil..
semoga kita bukan orang yg enggan untuk bershalawat ketika mendengar Nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disebut
Alhamdalulillah..
Dengan situs http://www.muslim or.id pemahaman ana tentang agama bertambah. Do’a ketika keluar dari masjid,agar dibukakan nya pintu ‘ke utama’an’ maksud nya apa ya ustadz?
Jazzakallah.. ^ ^
#Muja
Ada beberapa penafsiran pada ulama dalam hal ini, diantaranya Imam Asy Syaukani mengatakan bahwa keluar masjid mengharapkan fadhl dalam hadits ini cocok dengan ayat:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
“Jika shalat (Jum’at) telah selesai, bertebaranlah di muka bumi untuk mencari fadhl dari Allah” (QS. Al Jumu’ah: 10)
Fadhl di sini maksudnya adalah rizki yang halal.
subhanallah,ternyata islam yg sesungguhnya itu simple dan mudah di amalkan ya,.. tidak seperti yg kebnyakan orang lakukakan yg menambah-nambah amalan tnpa dasar,….
semoga kita termasuk segolongan orang yg selalu bertawakal terhadap Allah swt.
teruskan aja belaain sunnah hancurkan bid’ah
mas admin,
saya usul, gimana kalo tulisan arab-nya (type dan formatnya) disamakan dgn yg ada di web-nya majalah assunnah ?
agar kalo di copy ke “MS Word” huruf arabnya tdk berubah ato tdk pindah posisi (yg harusnya ditengah bisa pindah ke depan ato sebaliknya)
terima kasih
banyak tapi tidak berlebihan.
bersholawatlah dengan apa yang diajarkan Rasulullah… jangan membuat shalawat sendiri seperti kebanyakan ahlul bid’ah
entah itu namanya salafi entah itu wahabi entah sunati dll… yang penting Islam yang benar adalah bermanhaj sunah Rasulullah dan sahabatnya, nama itu tak penting karena hanya karena nama umat islam terpecah-pecah… naudzubillah..
sebaiknya, kita tidak boleh fanatik dengan sesama muslim dan berpegang teguh dengan apa yang kita prinsipkan
#dulrohman
Silakan simak artikel berikut:
http://kangaswad.wordpress.com/2011/06/07/sebut-saja-muslim-bukan-salafy/
Mari kita selalu berbenah diri dalam tuntunan Alquran dan sunnah.
Subhaanallah, artikel yang bagus yang Insya Allah akan membuka mata hati yang tertutupi.
Tetapi, kalo menurut analisa pribadi ana, orang2 yang memusuhi sunnah tersebut sebetulnya motifnya tidak semuanya masalah “pendapat”, tapi sudah menjurus ke arah “pendapatan”, bayangkan aja kalo orang2 sudah meninggalkan amalan2 bid’ah tersebut, tokoh2nya akan sepi pemasukan, Wallahu A’lam.
yang dimaksud salafi itu kelompok yang mna ya ahki?
#masyhudi
silakan simak: http://kangaswad.wordpress.com/2010/03/18/salah-paham-tentang-salafi-2/
mau bertanya pak ustazd, apakah dulu Rasulullah menamakan Islam itu Salafy, sehingga kita harus menyebut islam yang benar itu salafy. saya hanya tahu kalau kita harus bermanhaj Sunah Rasulullah SAW dan Sunah para sahabatnya karena itulah Islam yang sebenarnya.
mereka yang mengaku Islam akan tetapi tidak mengikutiapa yang Rasulullah SAW ajarkan mereka itu adalah ahlul bid’ah padahal sebenarnya mereka itu sudah bukan orang Islam lagi. seperti Islam Liberal, sangat tidak pantas Islam diembel-embeli istilah kafir begitu. sebenarnya mereka itu beragama kafir “liberal” bukan Islam
#ashabul muslimin
Silakan simak: kangaswad.wordpress.com/2011/06/07/sebut-saja-muslim-bukan-salafy/
#ashabul muslimin
Silakan simak: http://kangaswad.wordpress.com/2011/06/07/sebut-saja-muslim-bukan-salafy/
mengenai artikel ini, saya memiliki pengalaman. Ada seorang teman saya, pimpinan jamaah shalawat di kampungnya. Dia saya pinjami buku tentang cara bershalawat ala nabi.
subhanallah, beliau beberapa hari kemudian menelepon saya dan mengatakan bahwa, dia menangis karena selama ini telah memimpin thoriqohnya bershalawat dengan cara yang berlebihan.
sehingga, subhanallah pada hari ini beliau ‘insyallah’ telah bertaubat dan rujuk denga tatacara bershalawat sesuai perintah nabi.
Tuduhan wahabi rentan sekali pada para ahli sunnah, jujur, aneh,,, julukan wahabi itu kalo dinisbatkan karena kehati-hatian mereka dalam mengikuti agama, berarti julukan wahabi itu baik dong ya, Arab Saudi saja wahabi katanya.
Saya habis buka puasa tadi debat sama nenek ane gara2 bahas orang-orang tasawwuf, iman ane gak terima pas nenek ane bilang kiyai fulan bisa melihat orang-orang di akhirat, mendengar orang teriak-teriak dikuburan, ane yg tau jelas itu bertentangan dengan hadits yang mengatakan bahwa semua makhluk mendengar orang disiksa di kuburan kecuali Jin dan Manusia.
Terus nenek ane cerita kalo kiyai fulan ga sholat jum’at dimesjid di kampung kami, tapi langsung sholat di mekkah.
Ane gak heran sih, karena kiyai fulan itu Ahli Tasawwuf (Yang bagi orang awam tasawwuf itu adalah ilmu yg baik)
Bahkan orang tua protes lagi pas saya tunjukkan dalil,,, mereka bilang “Dijawa kan ada wali yg mati 9 kali”,,, nah itu lebih bertoak belakang pada AL Qur’an dan Hadits.
Semua keganjilan itu semua dibungkus dengan istilah “Karomah”
Wallahu’alam, ane hanya bisa husnudzon kepada para ulama, dan kiyai yg mereka ceritakan itu, karena semua cerita tentang karomah menyimpang itu diceritakan dengan sempelan kata “Katanya ….”
Ilmu Allah memang luas, sumbernya sama AL Qur’an dan Hadits, tapi pemahamannya bisa beda-beda, terserah Allah, jika disesatkan Allah maka sesatlah, jika diberi petunjuk maka tidak akan sesat.
Tapi jujur saya tidak khawatir pada ahli tasawwuf, wali, ahli bid’ah, dsb, karena itu urusan dia pribadi dengan Allah, saya hanya khawatir pada Syi’ah, dan Ajaran sesat lainnya yg jelas dan nampak kesesatannya.
Sekali lagi, Ilmu kita dangkal, sangat sensitif bisa terpecah belah umat jika kita terlalu cepat memvonis.
Soal perselisihan Salafy dan NU bukan urusan kita-kita yg awam ini, semua itu urusan orang alim dikedua kubu tersebut. Karena jika kurang Ilmu maka debat pun bisa kacau. Banyak tuh debat Salafy VS NU yang ujung-ujungnya kalah, kenapa tak sama dengan yg ada diwebsite salafy?, di video-video ceramah salafy?
Alhmadulillahi….ketemu juga yang ane cari…
sangat bermanfaat izin share mksh
Mau nanya ustadz:
Kata ustadz, mengarang shalawat yang
lafazd/redaksinya tidak dari Rasul Shallallaahu ‘Alayhi wa-Sallamitu
bid’ah… Kok ulama-ulama salafi juga mengarang (atau setidaknya mencantumkan) shalawat yang redaksinya
tidak pernah diajarkan Rasul Shallallaahu ‘Alayhi wa-Sallam. Hal ini
bisa dibuka di kitab-kitab bagian muqaddimah. Ini bid’ah atau bukan,
ustadz?
Adapun contoh shalawat yang dikarang (atau setidaknya dicantumkan) ulama salafi bisa
dibaca di buku/kitab mereka bagian mukadimah. Berikut ini beberapa
shalawat karangan ulama salafi:
1. Kitab تيسير علوم الحديث للمبتدئين لعمرو عبد المنعم – مقدمة
صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم
2. Kitab منهج النقد عند المحدثين لعمرو عبد المنعم – مقدمة
صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلّم تسليما كثيرا
3. Kitab الأصول من علم الأصول للعثيمن- مقدمة المؤلف
صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليماً
4. Kitab زادُ الداعِيَة إلى الله للعثيمن- مقدمة المؤلف
فصلوات الله وسلامه عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليماً
5. Buku Ringkasan Pokok Aqidah Salafiyyah Tentang Keimanan versi 2 – Maktabah Abu Salma al-Atsari – Lampiran (9 of 40)
والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن سار على نَهْجِه إلى يوم الدين
6. Buku Kitab Tauhid Oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab – Alih Bahasa M. Yusuf Harun, MA – Kata Pengantar
وصلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه ومن اهْتَدَى بهَدْيِه
7. Kitab صفة صلاة النبي للألباني
مقدمة الطبعة الجديدة
والصلاة والسلام على رسول الله و آله وصحبه ومن اهتدى بهديه وصلى بصلاته إلى يوم الدين
مقدمة الطبعة العاشرة
والصلاة والسلام على نبيه الصادق الأمين وعلى آله وصحبه الغُرِّ الميامين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
Bahkan Imam Syathibi pun yang sering dijadikan rujukan oleh ulama salafi mengarang (atau setidaknya mencantumkan) shalawat sbb:
8. Kitab الإعتصام للشاطبي – خطبة الكتاب (مقدمة المؤلف)
والصلاة والسلام على سيدنا ومولانا محمد نبي الرحمة وكاشفِ الغُمَّة…
Terima kasih saya haturkan atas jawaban ustadz…
Tidak masalah seseorang membuat lafadz doa atau dzikir atau shalawat sendiri selama tidak menjadikannya suatu dzikir rutin atau dzikir yang dikaitkan dengan tempat, waktu, dan ibadah tertentu. Seperti jika seseorang membuat doa: “*Allahummaj’al awladana minash shalihin*” (Ya Allah jadikanlah anak-anak saya menjadi anak-anak yang shalih). Atau seseorang berdoa ketika mau UAS seorang siswa berdoa “*Allahumma yassirni fil imtihan*” (Ya Allah, mudahkan saya dalam UAS). Ini tidak masalah karena ini doa mutlak.
Syaikh Bakr Abu Zaid juga menjelaskan ada 5 syarat bolehnya membuat lafadz doa atau dzikir atau shalawat sendiri:
1. Memilih lafadz yang paling baik maknanya, dan paling jelas, karena doa merupakan munajat seorang hamba kepada Rabb dan sesembahannya.
2. Lafadz doa dan dzikir tersebut harus sesuai dengan makna arab, dan tuntutan ilmu *i’rab*
3. Harus bebas dari larangan syariat, baik secara lafadz maupun maknanya 4. Harus termasuk dalam dzikir dan doa yang mutlak, tidak terkait dengan waktu, atau keadaan, atau tempat tertentu
5. Tidak menjadikannya kebiasaan yang senantiasa dilakukan (selesai nukilan ucapan beliau)
Adapun membuat lafadz shalawat, kemudian dikaitkan dengan waktu tertentu, tempat tertentu atau ibadah tertentu, dengan kaifiyah (cara baca) tertentu, lebih lagi dibumbui dengan fadhilah-fadhilah tertentu, tentu ini tidak dibenarkan syariat.
Simak: https://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-doa-rutin-dengan-lafadz-buatan-sendiri.html
2015-04-22 11:19 GMT+07:00 Disqus :
Terima kasih atas penjelasan ustadz, krn saya baca di website/blog lain kita dilarang mengarang shalawat (bid’ah) krn para sahabat pun bertanya ttg bgmn cara bershalawat…
Meskipun setelah saya baca URL-nya, Syaikh Bakr Abu Zaid tidak menjelaskan tentang shalawat, tapi tentang dzikir dan doa mutlak, tapi saya mengikuti (setuju) penjelasan ustadz bahwa boleh mengarang shalawat dengan syarat-syarat tersebut krn shalawat termasuk doa.
Namun masih ada yg mengganjal di hati saya, ustadz, yaitu tentang lafazh/redaksi shalawat: صلى الله عليه وسلم
Lafazh shalawat tsb (صلى الله عليه وسلم):
1. Karangan ulama, bukan dari hadits marfu’
2. Selalu ditulis dan diucapkan ketika menyebut Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wasallam, berarti menjadi kebiasaan yagn senantiasa dilakukan.
3. Penulisannya pun ada aturannya: harus utuh, tidak boleh disingkat صلعم (shad-lam-‘ain-mim) atau ص saja.
4. Menurut masyarakat umum menjadi syariat krn selalu ditulis dan diucapkan… Ada juga lafazh عليه الصلاة والسلام tp inipun karangan, bukan dari hadits marfu’
Dari definisi yg ustadz berikan, berarti penggunaaan lafazh ini bid’ah…
Seharusnya krn digunakan terus dlm tulisan & ucapan, kita mencukupkan diri dg lafazh shalawat yg benar-benar diajarkan Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wasallam di hadits shahih… Syariat Islam sdh sempurna, doa masuk kamar kecil saja diajarkan apalagi lafazh shalawat…
Mohon penjelasan ustadz… Terima kasih…
Pertanyaan serupa sudah dijawab oleh Ustadz Sufyan Basweidan hafizhahullahu ta’ala, silakan anda cermati baik-baik:
http://basweidan.com/soal-jawab/comment-page-5/#comment-731
2015-04-23 8:57 GMT+07:00 Disqus :
Assalamualikum, saya ingin bertanya perihal solawat, apakah hukum membaca sholawat munjiyat?
Bagaimana cara membalas perkataan ‘hanya setan yang tidak suka mendengarkan sholawat’ ketika kita peringatkan kebid’ahan sholawat mereka?
Mohon izin admin, bahwa pada dasarnya Shalawat tidak dibatasi pada hal-hal yang telah di tentukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ada juga perkataan para Shahabat yang termasuk/di anggap sebagai shalawat, dan Rasulullah menyetujuinya. Bagaimana dengan hal ini, apakah ini juga di anggap sebagai hal yang bid’ah?