Petaka yang sedang menimpa umat Islam secara umum, dan yang sedang diderita oleh saudara-saudara kita di Jalur Gaza adalah menuntut kita untuk berpikir serius nan tulus. Kita mencari sumber permasalahan, kelemahan dan kekalahan, lalu kita membenahinya, satu demi satu.
Betapa tidak, jumlah umat Islam pada zaman ini telah mencapai seperlima dari penduduk dunia. Akan tetapi mengapa di berbagai belahan dunia, umat Islam senantiasa tertindas, terampas hak-haknya? Bukankah Allah ta’ala telah berjanji akan melimpahkan kejayaan, kemakmuran, dan kedamaian kepada mereka?
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah di ridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Mengapa sekarang ini, umat Islam di seluruh belahan bumi tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghentikan kebengisan dan kekejaman zionis terhadap saudara kita di Jalur Gaza? Mengapa umat Islam saat ini hanya bisa berteriak, mengutuk? Bahkan karena merasa putus asa, mereka malah ikut menambah derita dengan demonstrasi yang mereka adakan? Jalan-jalan menjadi macet, berbagai sarana umum menjadi rusak. Tidak cukup sampai di situ, demonstrasi mereka semakin menambah lemah pemerintahan mereka sendiri. Pemerintah-pemerintahan negeri Islam saat ini menjadi disibukkan dengan kegiatan meredam berbagai aksi demonstrasi masyarakatnya.
Tidakkah ini semua menggugah hati nurani kita untuk berpikir dan mencari akar permasalahan?! Akankah hingga saat ini, kita hanya mampu menyalahkan musuh, dan mencari bukti tentang adanya permusuhan dan kekejaman mereka?!. Kapankah kita dapat mempercayai kabar Allah ta’ala bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah tenteram menyaksikan umat Islam hidup di dunia?
مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلاَ الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ
“Orang-orang kafir dari ahlul kitab dan orang-orang musyrikin tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al Baqarah: 105)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata: “Andai orang-orang kafir, dari kalangan Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin mampu untuk menghalangi turunnya hujan dari umat Islam, niscaya akan mereka lakukan. Itu karena mereka tidak senang bila kita mendapatkan kebaikan, walau hanya sedikit. Andai mereka mampu menghalangi kita dari memperoleh ilmu yang bermanfaat, niscaya pasti mereka melakukannya. Perangai buruk ini bukan hanya ada ahlul kitab dan kaum musyrikin yang hidup semasa dengan Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam saja, akan perangai ini senantiasa ada pada mereka di sepanjang zaman. Oleh karena itu pada ayat ini Allah ta’ala mengungkapkan fakta ini dengan fi’il mudhari’ (ما يود ) yang berartikan bahwa perangai ini bersifat “terus menerus.”
Pada ayat lain Allah berfirman:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al Baqarah 120)
Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengajak saudara-saudaraku untuk bersama-sama mencari akar permasalahan yang sedang kita hadapi.
Permasalahan Pertama: Lalai Akan Kehidupan Akhirat
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam menggambarkan fakta yang sedang kita alami ini kepada para sahabatnya:
(يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها ، فقال قائل: و من قلة نحن يومئذ ؟ قال: بل أنتم يومئذ كثير و لكنكم غثاء كغثاء السيل و لينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم و ليقذفن الله في قلوبكم الوهن ، فقال قائل: يا رسول الله و ما الوهن ؟ قال حب الدنيا و كراهية الموت ). روا أحمد وأبو داود وغيرهما.
“Tidak lama lagi umat-umat lain akan saling menyeru untuk menggerogoti kalian bak para penyantap makanan saling menyeru sesama mereka untuk menyantap hidangannya.” Salah seorang sahabat bertanya: Apakah dikarenakan kita berjumlah sedikit kala itu? Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam menjawab: Bahkan kalian kala itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian buih bak buih air bah. Allah sungguh akan menyirnakan rasa segan terhadap kalian dari jiwa musuh-musuhmu, dan Ia akan menimpakan penyakit “al wahanu” pada jiwa kalian. Salah seorang sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan penyakit “al wahanu”? Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam menjawab: “Cinta kepada kehidupan dunia dan benci terhadap kematian.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain)
Pada hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
(إذا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ الله عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لَا يَنْزِعُهُ حتى تَرْجِعُوا إلى دِينِكُمْ.) رواه أحمد وأبو داود والبيهقي وصححه الألباني
“Bila kalian telah berjual beli dengan cara ‘Inah, membuntuti ekor sapi, merasa puas dengan hasil pertanian, dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak pernah Ia angkat hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqi dan dishohihkan oleh Al Albani)
Gambaran transaksi ‘inah adalah: A menjual barang dagangan, misalnya, seekor sapi, kepada B yang sedang membutuhkan uang, seharga Rp 2.000.000,- dengan pembayaran di hutang selama 5 bulan. Setelah transaksi jual beli ini selesai, dan sapi telah berpindah tangan kepada pembeli, yaitu B, pada gilirannya B menjual kembali sapi tersebut kepada A seharga Rp. 1.500.000,- dengan pembayaran kontan. Sehingga pada gambaran transaksi ini, A berhasil mendapatkan kembali sapinya, dan mendapatkan bunga/riba sebesar Rp. 500.000,- atas piutangnya.
Inilah akar permasalahan pertama, kita terlalu disibukkan dengan urusan dunia sehingga lalai dengan urusan akhirat kita. Untuk sedikit membuktikan akan penyakit ganas yang sedang menggerogoti kita ini, saya mengajak saudara-saudaraku seiman untuk bersama-sama menjawab pertanyaan berikut:
- Setiap kali adzan dikumandangkan, berapakah jumlah orang yang menghentikan kegiatannya dan mendirikan shalat berjama’ah di masjid?
- Berapakah jumlah penonton konser suatu klub musik dan pertandingan sepak bola?
- Berapakah wanita yang berjilbab dengan baik dan benar?
- Pernahkah kita memikirkan bagaimana dan dengan apa kita memperjuangkan kemajuan dan kejayaan umat Islam?
- Berapa banyak jumlah bar, pabrik rokok, tempat “remang-remang” di negeri Islam?
- Pernahkah kita tatkala sedang menyendiri lalu memanjatkan doa kepada Allah untuk saudara-saudara kita seiman dan seakidah?
Tidak heran bila salah seorang ahli ibadah mendengar berbagai pemberitaan tentang kebengisan kaum Zionis di Jalur Gaza, berkata:
أي نصر يرجى لأمة عند صلاة الفجر نائمون وعند صلاة العصر لاعبون وعند صلاة العشاء أمام المسلسلات ساهرون.
“Kemenangan bagaimanakah, yang kita harapkan akan terwujud bagi umat yang bila shalat subuh tiba, larut dalam tidur nyenyak, bila shalat ashar tiba, sedang hanyut dalam permainan, dan bila shalat ‘Isya’ tiba, asyik menonton sinetron.”
Singkat kata, umat islam saat ini belum memenuhi persyaratan Allah ta’ala, karenanya Allah ta’ala belum memenuhi janji-Nya pada ayat di atas:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Karena para sahabat -semoga Allah meridhoi mereka- sepeninggal Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam adalah orang paling banyak menegakkan perintah-perintah Allah, dan paling taat kepada Allah azza wa Jalla, maka pertolongan yang mereka dapatkan sesuai dengan amalan mereka. Mereka menegakkan kalimat Allah di belahan bumi bagian timur dan barat, maka Allah benar-benar meneguhkan mereka. Sehingga mereka berhasil menguasai umat manusia dan berbagai negeri. Dan tatkala umat Islam sepeninggal mereka melakukan kekurangan dalam sebagian syari’at, maka kejayaan mereka berkurang selaras dengan amalan mereka.”
Baca juga: Fatwa Lajnah Da’imah Tentang Serangan Yahudi Kepada Muslim Palestina di Jalur Gaza
Permasalahan Kedua: Terperdaya Oleh Kemajuan Musuh
Tidak kita pungkiri bahwa musuh-musuh umat Islam berhasil mencapai kemajuan dalam hal materi, ilmu pengetahuan dan persenjataan. Sebagaimana, kita juga mengakui bahwa saat ini umat Islam dalam keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Begitu jauhnya keterbelakangan umat Islam, sampai-sampai jarum jahitpun harus didatangkan dari negeri kafir.
Fenomena ini menjadikan banyak dari kita ditimpa down mental, sehingga kita berusaha mengais kemuliaan dengan membeo dan bahkan “mengabdi” kepada mereka. Berbagai lapisan masyarakat Islam menyerukan agar kita meneladani berbagai peradaban barat. Kita senantiasa siap untuk mengorbankan berbagai prinsip dan akidah kita demi mengais apa yang disebut dengan kemajuan dan tekhnologi. Kita beranggapan bahwa kejayaan pasti tercapai bila kita meniru mereka.
Tidak hanya berhenti pada meniru, bahkan pada saat-saat ditimpa musibah dan petaka seperti sekarang ini, umat Islam mengemis pertolongan dan pembelaan kepada mereka.
Kita lalai bahwa kejayaan, kemuliaan hidup dan pertolongan hanya dapat terwujud dengan iman dan ibadah kepada Allah ta’ala:
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعًا
“Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai teman penolong (pembela) dengan meninggalkan orang-orang yang beriman. Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kemuliaan itu hanyalah kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa 139)
Tidakkah umat Islam merenungkan pesan Khalifah Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ‘anhu tatkala datang ke Baitul Maqdis untuk menerima langsung kunci pintu Baitul Maqdis dari para pendeta?
Setiba Khalifah Umar bin Al Khatthab radhiyallahu ‘anhu di Palestina, beliau segera menuju ke Baitul Maqdis. Di tengah perjalanan, beliau melewati suatu parit. Tanpa pikir panjang, beliau segera menuntun untanya dan melepas kedua terompahnya lalu meletakkan keduanya di bahu beliau. Menyaksikan pemandangan yang demikian ini, sahabat Abu Ubaidah Al Jarrah berkomentar: Wahai Amirul Mukminin, Engkau melakukan hal ini, melepas kedua terompahmu, lalu meletakkan keduanya di atas bahumu, serta menyeberangi parit sambil menuntun unta. Sungguh aku mengkhawatirkan bila saat ini ada penduduk setempat yang menyaksikanmu. Mendengar ucapan ini, Khalifah Umar bin Al Khatthab menjadi tersentak dan berkata: Aduh! Andai yang berkata demikian adalah selain engkau, niscaya aku akan menghukumnya. Lalu beliau berkata:
إنا كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العز بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله . رواه الحاكم
“Sesungguhnya dahulu, kita adalah orang yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan menurunkan agama Islam, maka acapkali kita mencari kemuliaan dengan selain agama Islam, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kita.” (HR. Al Hakim)
Saudaraku, tidakkah kita menyimak lalu mengamalkan wasiat pemimpin umat Islam pertama yang berhasil membebaskan Masjid Al Aqsha ini?
Sejarah telah menjadi bukti nyata akan wasiat Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu ini. Tatkala Shalahuddin Al Ayyubi hendak membebaskan Baitul maqdis dari belenggu pasukan salib, beliau memulainya dengan mendidik pasukannya untuk meningkatkan iman dan amal saleh, terutama shalat malam. Setiap kali beliau melewati sebagian pasukannya yang sedang membaca Al Qur’an atau shalat malam beliau berkata:
من هنا يأتي النصر
“Dari sinilah kemenangan akan datang.”
Sebaliknya bila ia melewati sebagian pasukannya yang sedang terlelap tidur, beliau berkata:
من هنا تأتي الهزيمة
“Dari sinilah kekalahan akan datang.”
Baca juga: Pelajaran dari Palestina
Permasalahan Ketiga: Mempercayai Setiap Penebar Semangat
Pada saat terjadi petaka atau kejadian besar semacam ini, setiap orang memberikan ulasan, dan pandangannya. Setiap pengamat dengan berbagai latar belakang, aliran, dan bahkan kepentingan, mengutarakan ulasannya. Hal ini tidak mengherankan, yang mengherankan adalah bila umat Islam mempercayai dan membeo dengan setiap pahlawan kesiangan tersebut. Akibat dari sikap tidak terpuji ini, umat Islam di mana saja sering menjadi kelinci percobaan, bahkan tumbal bagi berbagai kalangan untuk mewujudkan kepentingannya.
Terlebih-lebih di negeri seperti negeri kita tercinta, Indonesia, terlebih lagi pada saat-saat pemilu. Berbagai partai menggunakan nama Islam, dan mengesankan sebagai pahlawan yang siap hidup dan mati demi umat Islam. Berbagai slogan, semboyan, dan janji diumbar, sehingga kebanyakan umat Islam menjadi terbuai karenanya. Akan tetapi bila masa-masa kampanye telah berlalu, semuanya sirna bak fatamorgana. Bahkan dengan tanpa rasa malu sedikitpun, berbagai partai Islam atau tokoh muslim menikmati jabatannya, tanpa menengok sedikitpun kepada kepentingan umat islam.
Saudaraku, pada saat-saat seperti ini, Allah ta’ala telah mengajarkan agar umat Islam senantiasa menyerahkan urusan mereka kepada waliyul amri di antara mereka. Waliyul amri dari kalangan ulama’ dan juga waliyul amri dari kalangan pemimpin mereka. Allah ta’ala berfirman:
وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syetan, kecuali sebagian sedikit saja (diantaramu).” (QS. An Nisa’: 83)
Ibnu Katsir mengomentari ayat ini dengan berkata: “Ayat ini mengingkari perbuatan sebagian orang yang terburu-buru dalam mempublikasikan setiap kejadian, padahal ia belum mendapatkan kejelasan dan duduk perkaranya dengan baik.”
Permasalahan Keempat: Perpecahan Umat Islam Biang Kehinaan
Menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam di atas al haq (kebenaran) adalah salah satu prinsip pokok dalam syariat Islam, sebagaimana telah ditegaskan dalam firman Allah ta’ala:
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا واذكروا الله نعمة الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بينكم فأصبحتم بنعمته إخوانا
“Dan berpegang teguhlah kamu semua dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran 103)
Lebih detail, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan persatuan yang seyogyanya dibina oleh umat islam melalui sabdanya
عن النعمان بن بشير قال : قال رسول الله (مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى) رواه مسلم
“Dari sahabat Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu ia menuturkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, kasih sayang, dan bahu-membahu sesama mereka, bagaikan satu tubuh, bila ada anggota tubuh itu yang menderita, niscaya anggota tubuh lainnya akan sama-sama merasakan susah tidur dan demam.” (Riwayat Muslim)
Sebaliknya, perpecahan dan perselisihan adalah suatu hal yang terlarang dalam syari’at Islam, sebagaimana ditegaskan pada ayat di atas, dan juga pada firman Allah berikut:
ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البينات وألئك لهم عذاب عظيم يوم تبيض وجوه وتسود وجوه
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram.” (QS Ali Imran 105)
Ayat-ayat yang melarang perpecahan dan memerintahkan persatuan sangatlah banyak. Ini menunjukkan akan betapa pentingnya persatuan bagi kelangsungan umat Islam dan betapa besar kerusakan yang akan menimpa mereka bila mereka berpecah-belah. Bahkan Allah ta’ala telah menegaskan bahwa perpecahan adalah sumber utama bagi kehancuran dan runtuhnya kejayaan umat Islam:
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, serta janganlah engkau saling berselisih, akibatnya engkau akan mengalami kegagalan dan akan sirna kekuatanmu serta bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal 46)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak kesempatan juga senantiasa mengingatkan umatnya akan kewajiban bersatu di atas kebenaran dan haramnya segala macam bentuk perpecahan.
Walau demikian adanya, umat islam di segala penjuru dunia kurang mengindahkan syari’at Allah ini. Kita dapatkan bahwa umat Islam terpetak-petak ke dalam berbagai kelompok, partai dan sekte. Ini semua membuktikan akan kebenaran sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
(إن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين ثنتان وسبعون في النار وواحدة في الجنة وهي الجماعة) رواه أحمد وأبو داود وابن أبي عاصم والحاكم وصححه الألباني
“Dan (pemeluk) agama ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, dan (hanya) satu golongan yang masuk surga, yaitu Al Jama’ah.” (HRS Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Abi ‘Ashim dan Al Hakim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
Inilah di antara penyebab utama bagi terjadinya petaka yang menimpa saudara kita di Jalur Gaza. Dalam satu negara ada dua kepemimpinan, dan dua partai yang saling bertentangan dan berperang.
Oleh karena itu, solusi pertama yang harus kita tempuh untuk mengentaskan penderitaan saudara kita adalah dengan menyatukan mereka. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk menempuh segala macam cara untuk menyatukan berbagai kekuatan dan aliran yang ada di Palestina. Sudah saatnya bagi segala kekuatan yang ada di Palestina untuk meninggalkan segala kepentingan pribadi dan golongan, serta mendahukan kepentingan umat islam.
Sudah saatnya umat Islam untuk kembali meneladani uswah kaum Aus dan Khajraj. Dahulu, kaum Aus dan Khajraj senantiasa berperang dan bertikai demi merebutkan kepemimpinan. Akan tetapi setelah mereka memeluk agama Islam, mereka bersatu dan melupakan segala perbedaan, dendam kabilah dan kepentingan. Mereka bersatu padu, seiya dan sekata, tiada kepentingan yang mereka perjuangkan selain keridhaan Allah.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka. Lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran 103)
Tidakkah tiba saatnya bagi umat Islam untuk mengambil pelajaran dari jatuhnya kembali bumi Andalus yang indah nan permai ke tangan penyembah salib? Perpecahan antara umat Islam, dan masing-masing kelompok berusaha menjatuhkan kelompok lainnya. Bahkan masing-masing kelompok tidak segan-segan untuk bersekongkol dengan kaum nasrani guna meruntuhkan saudaranya sesama muslim. Suatu fenomena yang memilukan, sampai-sampai salah seorang penyair berkata:
مما يزهدني في أرض أندلس * سماع معتصم فيها ومعتضد
ألقاب مملكة في غير موضعها * كالهر يحكي انتفاخا صولة الاسد
Diantara yang menjadikanku meninggalkan bumi Andalusia
Adanya julukan Mu’tashim dan Mu’tadhid.
Julukan para raja yang tidak pada tempatnya
Bak Kucing yang meniru kegagahan singa.
Demikianlah yang kita rasakan di negeri Islam saat ini, berbagai organisasi yang menamakan dengan nama-nama Islam, partai islam, pembela islam, pejuang islam, persatuan mujahidin dan lainnya. Akan tetapi bila kita periksa dengan seksama, niscaya kita dapatkan tak lebih dari para pengais jabatan dan uang.
Bila ada yang tidak percaya, maka silakan mengoreksi berbagai partai islam dan ormas islam yang ada. Semuanya dipimpin oleh orang yang tidak berilmu, atau kalaupun ada yang berilmu, maka itu hanya sedikit. Penampilan anggotanya tidak mencerminkan sebagai seorang muslim, bahkan tidak jarang sebagian anggotanya dari penganut agama lain, terutama di cabang-cabang yang ada di wilayah Indonesia timur.
Baca juga: Modal Utama Meraih Kemenangan di Palestina
Permasalahan Kelima: Berperang Tanpa Mempersiapkan Kekuatan
Andai Allah menghendaki agar para nabi dan pengikutnya berjaya dan menguasai dunia tanpa harus berperang melawan musuh, niscaya hal itu akan terjadi. Akan tetapi Allah ta’ala telah menentukan bahwa dunia adalah alam percobaan dan ujian. Para nabi dan pengikutnya diuji dengan adanya orang-orang yang kufur, orang yang kaya di uji dengan yang miskin, dan demikianlah seterusnya.
وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لآمَنَ مَن فِي الأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.” (QS. Yunus 99)
Pada ayat lain Allah berfirman:
ذَلِكَوَلَوْ يَشَاء اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِن لِّيَبْلُوَ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ
“Demikianlah, andai Allah menghendaki, niscaya Allah akan mengalahkan/membinasakan mereka, akan tetapi Allah hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain.” (QS. Muhammad 4)
Bila demikian adanya, tidak heran bila pada ayat selanjutnya Allah ta’ala memberikan umat Islam resep yang manjur untuk mengalahkan musuh-musuhnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 7)
Inilah sumber kekuatan pertama yang harus dipersiapkan oleh umat Islam. Umat Islam berjuang dan berperang dengan menggunakan kekuatan iman dan amal sholeh mereka. Mereka senantiasa bertawakkal dan mengharapkan pertolongan kepada Allah.
Inilah yang mendasari Kholifah Umar bin Abdul Aziz untuk berpesan kepada salah seorang panglima perangnya sebagaimana berikut:
“Hendaknya engkau senantiasa bertakwa kepada Allah dalam setiap situasi yang engkau hadapi, karena ketakwaan kepada Allah adalah senjata paling ampuh, taktik paling bagus, dan kekuatan paling hebat. Janganlah engkau dan kawan-kawanmu lebih waspada dalam menghadapi musuh dibanding menghadapi perbuatan maksiat kepada Allah. Karena perbuatan dosa lebih aku khawatirkan atas masyarakat dibanding tipu daya musuh mereka. Kita memusuhi musuh kita dan mengharapkan kemenangan atas mereka berkat tindak kemaksiatan mereka. Kalaulah bukan karena itu, niscaya kita tidak kuasa menghadapi mereka, karena jumlah kita tidak seimbang dengan jumlah mereka, kekuatan kita tidak setara dengan kekuatan mereka. Bila kita tidak mendapat pertolongan atas mereka berkat kebencian kita terhadap kemaksiatan mereka, niscaya kita tidak dapat mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita.
Jangan sekali-kali kalian lebih mewaspadai permusuhan seseorang dibanding kewaspadaanmu terhadap dosa-dosamu sendiri. Janganlah kalian lebih serius menghadapi mereka dibanding menghadapi dosa-dosa kalian.
Ketahuilah bahwa kalian senantiasa diawasi oleh para malaikat pencatat amalan. Mereka mengetahui setiap perilaku kalian sepanjang perjalanan dan peristirahatan kalian. Hendaknya kalian merasa malu dari mereka, dan berlaku santun dihadapan mereka. Jangan sekali-kali menyakiti mereka dengan tindak kemaksiatan kepada Allah, padahal kalian mengaku sedang berjuang di jalan Allah.
Janganlah sekali-kali kalian beranggapan bahwa: “Sesungguhnya (perbuatan) musuh-musuh kita lebih jelek dibanding kita, sehingga tidak mungkin mereka dapat mengalahkan kita, walaupun kita berbuat dosa. Betapa banyak kaum yang telah dikuasai oleh orang-orang yang lebih jelek, akibat dari perbuatan dosa kaum tersebut.”
Mohonlah pertolongan kepada Allah dalam menghadapi diri kalian, sebagaimana kalian memohon pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi musuh kalian. Sebagaimana kamipun turut memohon hal tersebut untuk diri kita dan juga untuk kalian.” (Hilyatul Auliya’, oleh Abu Nu’aim Al Ashbahaany 5/303)
Kekuatan kedua yang belum dipersiapkan oleh umat Islam saat ini ialah kekuatan materi, persenjataan, dan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam dimanapun mereka berada menggantungkan diri kepada musuh-musuh mereka dalam hal persenjataan. Saat ini, Negara Islam terkuat dalam hal persenjataan adalah negara kafir terlemah. Betapa tidak, sebagian besar atau bahkan seluruh persenjataan yang dimiliki oleh negara Islam adalah hasil beli atau bahkan piutang dari negara kafir.
Kita semua ingat tatkala negara kita dikenai embargo persenjataan oleh Amerika dan Inggris, hampir setiap bulan, satu demi satu pesawat tempur kita jatuh, dan yang tidak jatuh pun tidak dapat digunakan.
Dan saya juga yakin bahwa antum juga mengetahui bahwa berbagai radar yang dipasang di negeri kita adalah hasil hibah atau bahkan piutang dari negara-negara kafir.
Sebagaimana kita juga tidak dapat pungkiri bahwa negara kita adalah negara Islam terbesar dan termasuk negara Islam yang cukup kuat bila dibanding dengan negara-negara Islam lainnya.
Saya juga yakin bahwa kita semua tahu bahwa negara kafir tetangga, yaitu Singapura, yang penduduknya tidak sampai satu juta, jauh lebih canggih dan lebih kuat persenjataannya bila dibanding dengan negara Islam manapun.
Bila demikian adanya, maka mana mungkin bagi umat Islam mampu menakut-nakuti negara kafir, apalagi mengalahkannya.
Semua ini kita alami, padahal Allah ta’ala telah memerintahkan kita agar senantiasa membekali diri dengan persenjataan yang dapat menjadikan musuh segan atau takut terhadap kita:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لاَ تَعْلَمُونَهُمُ اللّهُ يَعْلَمُهُمْ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang dipersiapkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya.” (QS. Al Anfaal: 60)
Syaikh Abdurrahman As Sa’dy berkata: “Apabila pada zaman sekarang telah ada persenjataan yang lebih menakutkan musuh dibanding kuda dan memanah, misalnya: kendaraan tempur darat ataupun udara (pesawat tempur) yang dipersiapkan untuk berperang. Dengan senjata-senjata itu kita lebih mudah untuk meruntuhkan musuh, maka kita diperintahkan untuk mempersiapkan dan berusaha untuk memilikinya. Sampai pun bila persenjataan itu tidak dapat diperoleh melainkan dengan terlebih dahulu mempelajari ilmu perindustrian, maka mempelajari ilmu itu wajib hukumnya. Yang demikian itu berdasarkan kaidah:
ما لا يتم الواجب إلا به، فهو واجب
“Apabila ada suatu hal yang suatu amalan wajib tidak dapat terlaksana melainkan dengannya, maka hal tersebut adalah wajib.”
Apalah gunanya senapan, bebatuan bila berhadapan dengan pesawat tempur, tank lapis baja, kapal perang dan berbagai persenjataan canggih lainnya. Mungkinkah musuh akan merasa takut dan gentar bila berhadapan dengan umat Islam yang hanya berbekalkan senapan, katapel, dan beberapa jenis kendaraan perang ringan?
Berdasarkan penjelasan ini, kita semua dapat menyimpulkan bahwa kejayaan umat Islam bukan hanya menjadi tanggung jawab kelompok tertentu saja. Agama Islam bukan hanya milik para ustadz, atau negara arab saja, akan tetapi agama Islam adalah milik dan tanggung jawab kita bersama. Masing-masing dari kita wajib untuk memperjuangkan agamanya, dan berkorban untuk akidahnya. Kita semua berjuang sesuai dengan potensi kita masing-masing, tanpa perlu saling mendahului, atau berebut.
Para da’i berjuang dengan ilmu agamanya, para konglomerat muslim berjuang dengan hartanya, para ilmuwan berjuang dengan ilmunya, para pejabat berjuang dengan jabatannya, wartawan muslim berjuang dengan penanya, dan demikian seterusnya.
Betapa indahnya gambaran yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kerjasama yang saling melengkapi ini. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(إن الله عز وجل يدخل بالسهم الواحد ثلاثة نفر الجنة صانعه يحتسب في صنعته الخير والرامي به ومنبله) رواه أحمد وأبو داود وغيرهما.
“Sesungguhnya Allah azza wa Jalla dengan satu anak panah, memasukkan tiga orang ke dalam surga: pembuatnya yang mengharapkan pahala ketika ia membuatnya, pemanahnya, dan orang yang membantu pemanah dengan mengambilkan anak panahnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya)
Baca juga: Kami Tidak Tinggal Diam Wahai Palestina!!!
Kabar Gembira
Sedahsyat apapun musibah yang menimpa umat Islam, sekejam apapun kejahatan musuh-musuh Islam, dan dengan cara apapun mereka berusaha menumpas umat Islam, kejayaan pasti menghampiri umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“mereka menginginkan untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. As Shaff: 8)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله وهم كذلك). رواه مسلم
“Akan terus ada sekelompok dari umatku yang akan berjaya di atas kebenaran, tiada membahayakan mereka perilaku orang-orang yang mengkhianati mereka. Mereka terus berjaya hingga datang urusan Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap berjaya.” (HR. Muslim)
Berdasarkan ini semua, tidak ada alasan bagi umat Islam untuk berputus asa, atau keluar dari syariat Allah dalam mengupayakan kejayaan Islam. Marilah kita merajut kembali kejayaan dan kemenangan umat Islam dengan kembali mengobarkan iman dan amal saleh. Kita memulai rajutan ini dari diri kita, keluarga, kerabat, tetangga dan masyarakat sekitar. Hanya dengan demikian, kita dapat mempersiapkan diri bagi turunnya pertolongan Allah dan kerahmatan-Nya:
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al Mukmin: 51)
Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
“Dan sungguh-sungguh telah Kami tuliskan (tetapkan) di dalam Zabur sesudah (Kami tuliskan dalam Lauh Mahfuzh) bahwasannya bumi ini akan di warisi oleh hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al Anbiya’: 105)
Bila masing-masing kita benar-benar telah memulai rajutan iman dan amal saleh, niscaya pertolongan Allah akan segera turun. Tidak sepantasnya bagi umat yang beriman kepada Allah ta’ala untuk berputus asa, berkecil hati, sebagaimana tidak sepantasnya berlaku terburu-buru dalam perjuangan. Sikap terburu-buru hanyalah akan mendatangkan kegagalan.
من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barang siapa yang tergesa-gesa dalam mencapai sesuatu, niscaya akan diganjar dengan kegagalan.”
Imam Bukhari meriwayatkan dari sahabat Khabbab bin Arat radhiyallahu ‘anhu, bahwa pada suatu hari beliau mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang berbaring di bawah naungan Ka’bah berbantalkan selimutnya. Lalu sahabat Khabbab berkata kepada beliau: Tidakkah engkau memohonkan pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami? Maka beliau menjawab: Dahulu pada umat sebelum kalian ada orang yang ditimbun dalam tanah, kemudian didatangkan gergaji, lalu diletakkan di atas kepalanya hingga terbelah menjadi dua. Siksa itu tidaklah menjadikan ia berpaling dari agamanya. Dan ada yang disisir dengan sisir besi, hingga terkelupas daging, dan nampaklah tulang atau ototnya, akan tetapi hal itu tidaklah menjadikan ia berpaling dari agamanya. Sungguh demi Allah, urusan ini akan menjadi sempurna, sehingga akan ada penunggang kendaraan dari Sanaa’ hingga ke Hadramaut, sedangkan ia tidaklah merasa takut kecuali kepada Allah atau serigala atas dombanya. Akan tetapi kalian adalah orang-orang yang terburu-buru.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kisah ini kembali menggugah keimanan Khabbab kepada janji Allah. Sebagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegur sahabat Khabbab agar meninggalkan sikap terburu-buru dalam perjuangan di jalan Allah.
Sahabat Khabbab radhiyallahu ‘anhu yang hanya meminta agar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan pertolongan sebelum ada faktor pendukung terwujudnya kemenangan, dinyatakan sebagai sikap terburu-buru, maka bagaimana halnya dengan sikap banyak dari umat Islam pada zaman ini. Dari mereka ada yang menempuh jalan demonstrasi, pengeboman, pendirian partai politik, dan menggalang dukungan dari siapapun, serta berkoalisi dengan partai apapun, tanpa perduli dengan asas dan ideologinya. Semua ini mereka lakukan di bawah slogan: menyegerakan kejayaan bagi umat Islam?!! Mengusahakan jaminan hidup bermartabat bagi umat Islam?! Memperjuangkan nasib kaum muslimin?!! Bahkan dari mereka ada yang berkata: Bila umat islam tidak masuk parlemen, maka siapakah yang akan menjamin nasib mereka?!
Seakan-akan mereka tidak pernah mendengar jaminan dan janji Allah di atas.
Seusai perjanjian Hudaibiyyah ditandatangani, sahabat Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu yang tidak kuasa melihat sahabat Abu Jandal radhiyallahu ‘anhu diserahkan kembali ke orang-orang Quraisy, berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bukankah engkau adalah benar-benar Nabiyullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Ya. Umar pun kembali berkata: Bukankah kita di atas kebenaran, sedangkan musuh kita di atas kebatilan? Nabi pun menjawab: Ya! Umar pun berkata: Lalu mengapa kita pasrah dengan kehinaan dalam urusan agama kita, bila demikian adanya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Sesungguhnya Aku adalah Rasulullah, dan aku tidak akan menyelisihi perintah-Nya, dan Allah adalah Penolongku. Umar kembali berkata: Bukankah engkau pernah mengabarkan kepada kami bahwa kita akan mendatangi Ka’bah, kemudian berthawaf di sekelilingnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Iya, dan apakah aku pernah mengabarkan bahwa kita akan mendatangi Ka’bah pada tahun ini? Umar pun menjawab: Tidak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpalinya: Sesungguhnya engkau akan mendatanginya, dan akan bertawaf mengelilinginya. (Muttafaqun ‘alaih)
Pada kisah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha meneguhkan kembali keimanan Umar bin Khatthab kepada janji Allah agar tidak tergoyah. Dan mengingatkannya agar bersabar dalam menanti datangnya pertolongan Allah, yaitu dengan tetap taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikianlah seyogyanya pertolongan Allah ta’ala digapai. Yaitu dengan keimanan yang benar dan kokoh dan kesabaran yang teguh. Allah ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan dari mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka bersabar dan adalah mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah: 24)
Ibnul Qayyim berkata: “Pada ayat ini Allah ta’ala mengabarkan bahwa Ia telah menjadikan mereka (pengikut nabi Musa -pen) sebagai pemimpin-pemimpin yang dijadikan panutan oleh generasi setelah mereka, berkat kesabaran dan keyakinan mereka. Sebab dengan kesabaran dan keyakinan, kepemimpinan dalam hal agama dapat dicapai. Karena seorang penyeru kepada jalan Allah ta’ala, tidaklah akan terealisasi cita-citanya, melainkan bila ia benar-benar yakin akan kebenaran misi yang ia surukan, ia menguasai ilmu tentangnya. Ia juga bersabar dalam menjalankan dakwah menuju jalan Allah, yaitu dengan tabah menahan beban dakwah dan menahan diri dari segala hal yang akan meluluhkan tekad dan cita-citanya. Barang siapa demikian ini halnya, maka ia termasuk para pemimpin yang telah mendapat petunjuk dari Allah ta’ala.”
Pada akhir tulisan ini, saya hanya dapat berdoa kepada Allah ta’ala agar senantiasa melimpahkan taufik dan ‘inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat istiqamah di atas kebenaran.
اللهم ربَّ جبرائيلَ وميكائيلَ وإسرافيلَ فاطَر السَّماواتِ والأرضِ، عالمَ الغيبِ والشَّهادة، أنتَ تحْكُمُ بين عِبَادِك فيما كانوا فيه يَخْتَلِفُون، اهْدِنَا لِمَا اخْتُلِفَ فيه من الحق بإِذْنِكَ؛ إنَّك تَهْدِي من تَشَاء إلى صراط مستقيم. وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. والله أعلم بالصَّواب، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
“Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Dzat Yang telah Menciptakan langit dan bumi, Yang Mengetahui hal yang gaib dan yang nampak, Engkau mengadili antara hamba-hambamu dalam segala yang mereka perselisihkan. Tunjukilah kami –atas izin-Mu- kepada kebenaran dalam setiap hal yang diperselisihkan, sesungguhnya Engkau-lah Yang menunjuki orang yang Engkau kehendaki menuju kepada jalan yang lurus. Shalawat dan salam dari Allah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Dan Allah-lah Yang Lebih Mengetahui kebenaran, dan akhir dari setiap doa kami adalah: “segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam”. Amin
Baca juga: Derita Palestina Akibat Kekejaman Yahudi
***
Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Bin Badri
Artikel: Muslim.or.id
Assalamu’alaikum,
Ustadz arifin bin badri kapan dong sekali-kali isi kajian di jakarta, ane kangen.
Allohummanbarokfih./
sudah sepatutnya kaum muslimin senantiasa menuntut ilmu dgn benar utk meniti jalan para salafush sholeh utk menggapai kemuliaan. dan hal ini membutuhkan kesabaran dan istiqomah. karenanya, ilmu.. amal, ilmu..amal..!
semoga seluruh umat Islam bisa menyadari kesalahannya, dan berusaha dengan maksimal untuk mengikuti kebenaran, kembali kepada agama yang telah diturunkan kepada Nabi-Nya..
SEBUAH TULISAN YG ILMIYAH, SYUKRON YA USTADZ
Yang tidak senang dengan umat Islam sudah tercantum dalam Al-Qur’an
Subhanallah…sebuah pelajaran yang BAIK yg patut kita semua renungkan. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan ustadz Arifin Badri.
Bismillahi walhamdulillah
Assholaatu wassalaamu ‘alaa Rasulillah
Artikel yg luar biasa. Ada beberapa pelajaran yg bisa kudapat dari artikel2 di website yang kaya ilmu ini, sungguh saya yg dhaif ini tercerahkan sekali:
1. Bahwa untuk mengeluarkan sebuah penilaian atau kesimpulan mengenai keadaan ummat saudara2 kita di sebuah daerah/negeri, kita perlu pergi kesana langsung atau undang orang yg hidup disana untuk datang kesini dan memberitahukan keadaan sebenarnya disana. Insya Allah, kesimpulan/fatwa ttg saudara2 kita disana akan akurat. Jangan sembarang cari info dan sembarang memberikan kesimpulan/fatwa jika kita tidak tahu sebenarnya apa yg terjadi disana. Benak saya mengatakan bahwa alangkah baiknya jika para pemberi fatwa/kesimpulan tersebut bersedia tinggal di negeri/daerah itu untuk beberapa minggu baru kemudian berfatwa/berkesimpulan
2. Kaum muslimin jangan berpecah belah. Jika hanya berbeda persoalan ijtihadiyah, maka jangan sampai menyeret umat ini ke dalam perpecahan.
3. Jika ada golongan kaum muslimin yang berbeda, dan perbedaan itu bukan masalah ushul, maka saling menghina adalah perbuatan yg buruk. Bukankah yg menghina itu tidak lebih baik dari yg dihina.
4. Setahu saya, banyak golongan mengaku ahlus sunnah. Dan setau saya pula, masing2 mereka menerapkan apa yg mjd syarat2 ahlus sunnah. Apakah hadits ttg ahlus sunnah di artikel ini menunjuk dengan jelas kepada “kelompok” pengajian tertentu? Atau kah menerangkan sifat2nya saja? Kalau yang terakhir adalah jawabannya, berarti tidak ada golongan satupun yang berhak mengklaim bahwa dirinya adalah satu2nya golongan yang selamat (ahlus sunnah), yang berarti bahwa ada golongan selain dia yang berpegang teguh pada quran dan sunnah yang juga memiliki predikat ahlus sunnah?
Seingat saya, dulu sewaktu saya kuliah di Jogja, jamaah tercinta kita ini membid’ahkan organisasi. Apa kah benar sekarang ini pergerakan dakwah jamaah salafy tercinta ini menjadi organisasi? Seingatku dulu juga saudara2 seperjuanganku di jamaah dakwah ini mengharamkan akhowat naik motor sendiri, menyepelekan kuliah, dan melarang penggunaan teknologi buatan barat. Kemarin ketika saya pulang Jogja kok berbeda ya? Apa kabar temen2 semua?
Barakallaahu fiik ustadz, tulisan yang menyentuh dan penuh hikmah. Semoga Allah membalas antum dengan kebaikan yang banyak…
Ana tunggu lagi kehadiran antum mengisi kajian di Makassar.
Tidak heran bila salah seorang ahli ibadah mendengar berbagai pemberitaan tentang kebengisan kaum Zionis di Jalur Gaza, berkata:
أي نصر يرجى لأمة عند صلاة الفجر نائمون وعند صلاة العصر لاعبون وعند صلاة العشاء أمام المسلسلات ساهرون.
“Kemenangan bagaimanakah, yang kita harapkan akan terwujud bagi umat yang bila shalat subuh tiba, larut dalam tidur nyenyak, bila shalat ashar tiba, sedang hanyut dalam permainan, dan bila shalat ‘Isya’ tiba, asyik menonton sinetron.”
Alangkah indahnya jikalau umat islam yang terbesar di dunia ini, yaitu di negeri yang kita cintai Indonesia, mengenal aqidah yang benar yang sesuai dengan syariat islam atas bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallama….dan para generasi salafus shalih,….niscaya umat islam akan segera menuai apa yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala kepada kita umat islam…Kita ber’doa tuk umat islam terutama kepada saudara-saudara kita yang masih terbuai dengan angan-angan yang semu agar dikembalikan kejalan yang lurus, tanpa tergoda dengan jalan-jalan yang menyimpang lainnya. AAmin
Subhanallah luar biasa, saya melihat tulisan ustadz ini melemahkan kaum muslimin saudara kita yang sedang berjuang di gaza(seolah-olah kita berkata kalian sih kurang doanya, kurang khusuk shalatnya, kalian sih kurang sabar, dan lain-lain masalah furu’)…cuma dari sebegitu banyak sepertinya ada yang di lupakan ? syara’ itu sendiri..siapa pemimpinya? yang akan memerintahkan kaum muslimin untuk datang ke mesjid shalat subuh, harus bayar zakat, harus jihad, harus menolong kaum muslim di bagian dunia lain…
Dari sirah Nabawiah kita lihat saat itu Rasulullah sebagai pemimpin,juga para sahabat setelah Beliau SAW. nah sekarang apakah pemimpin negara( ulil amri ) yang sedang berkuasa saat ini akan memimpin umat islam?ataukah raja Saud?ataw yang lain.?
Kita perhatikan umat saat ini ataw pemimpin saat ini, apakah mereka tidak melaksanakan shalat?ataw tidak berpuasa?ataw tidak membayar zakat? semua itu mereka lakukan ..ataw sudahkah kita tau batas iman itu sendiri? aqidah yang di bangun untuk iman itu sendiri..
dan kita seakan-akan lupa bahwa masyarakat/umat terdiri dari perasaan,pemikiran dan aturan..pertanyaannya sudahkan itu ada diterapkan di tengah-tengah kaum muslimin?
itulah pentingnya Syariah Islam dan Khilafah yang akan melaksanakan syariah islam itu di terapkan di tengah -tengah umat.agar umat tidak menerapkan hukum Thaghut (selain Hukum Allah)…Bukan kah kaidah ushul mengatakan bila sesuatu kewajiban tidak dapat dilaksanakan tanpa ada sesuatu maka sesuatu itu wajib hukumnya.
Persatuan umat wajib hukumnya tapi tanpa sesuatu tidak dapat terlaksana maka sesuatu itu wajib hukumnya. sesuatu apa? itulah khilafah
perbedaan masalah furu’ tidaklah mengapa dalam islam, sebagai contoh pakah kita mau mengatakan imam Malik RA salah karena berbeda dengan imam syafii RA karena tidak sesuai dengan mazhab kita? tapi apakah mereka berbeda dalam maslah wajib / menolak syariah’ dan khilafah untuk diterapkan di tengah umat?
Berbeda umat islam saat ini yang banyak menolak diterapkannya syariah islam, mereka setuju syariah tapi dalam kerangka nasionalisme dan demokrasi…persis yang seperti di tulis ustad M. arifin..ketika disampaikan bahwa islam meliputi ri’ayah , mereka menolak karena hal tersebut politik.. (akhirnya umat melakukan bid’ah demokrasi) tapi mereka mengakui Rasulullah SAW terlibat dan selalu mengurusi umatnya..
kembali ke masalah palestina , apakah dengan bedoa terus tanpa melakukan usaha perlawanan ataw pembebasan sesuai syar’i pertolongan Allah akan datang? Apakah Rasul SAW, Umar Bin Khatab RA, Shalahuddin Al-Ayyubi RA mereka berdoa saja sehingga dengan doa tersebut Majidil Aqsa dengan sendirinya bebas? Masya Allah …sungguh kita melupakan darah para syuhada…
wahai ustadz takutlah kepada Allah…para syuhada akan menuntut mu di Yaumul akhir kelak..wallahu ‘alam
saudaraku Yanson Awaluddin ini semangatnya tinggi sampai lupa apa yang harus pertama kali diletakan dalam sebuah perjuangan yang mengakar, para pendahulu yang sholih telah membuktikannya.
coba renungkan….
Apakah ada, orang ketika hendak membangun rumah memasang atapnya dahulu?……
Alhamdulillah, risalah yang ditulis oleh ustadz Muhammad Arifin Badri bagus sekali untuk kita cermati dan kita renungkan bersama.
Sungguh kaum muslimin yang berjuang mempertahankan setiap jengkal tanah Palestina serta memperjuangkan darah dan kehormatan mereka di sana dari cengkeraman kaum zionis, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong kaum muslimin di sana.
Hendaklah kita kaum muslimin tidak salah langkah dalam menyikapi isu seperti ini. Tetaplah berpegang teguh pada petujuk Allah dan Sunnah Rasul-Nya di bawah bimbingan para Ulama yang rabbani. Jangan pula terpedaya dengan slogan pembakar semangat..”tegakkan JIHAD”…”tegakkan KHILAFAH”, tanpa mengetahui lebih dahulu ilmunya, kaidah-kaidah syar’i yang harus dipenuhi, sebelum menegakkannya.
Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur [24] : 55). Maka pertanyaannya, apakah kita kaum muslimin tidak ingin memperoleh janji Allah ini? Sudahkah kita berusaha menjadi hamba-hambaNya yang dijanjikan dalam ayat ini?
Kepada Saudara Yanson -semoga Allah menambahkan semangat anda untuk kebaikan- perlu kita ingat bersama bahwa berdoa juga termasuk salah satu usaha. Tidakkah kita ingat kisah tiga orang yaang terperangkap di dalam gua karena pintu gua tersebut ditutup batu besar? Bukankah mereka bertiga bisa selamat berkat doa? Tidakkah kita ingat doa Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada Allah untuk menimpakan hukuman terhadap kaumnya sehingga turunlah air hujan dan terjadilah banjir besar yang menelan sebagian besar permukaan bumi ini?
Ketika umat Islam berada dalam keadaan lemah, maka mereka tidak punya lagi sandaran kecuali kepada Allah Yang Maha kuat. Perjuangan di jalan Allah adalah perjuangan yang ditegakkan di atas ilmu (bacalah QS. Yusuf : 108). Ingatlah bagaimana perjuangan ‘jihad’ Nabi ketika berada di mekah selama 13 tahun, bukan dengan senjata pedang namun dengan dalil-dalil al-Qur’an (bacalah QS. al-Furqan : 52). Kita harus realistis, rudal dan peluru harus dilawan dengan rudal dan peluru pula, bukan dengan ketapel dan batu. Kita yakin bahwa Allah akan menolong kaum beriman, bagaimana tidak? Namun satu hal yang harus kita pertanyakan -bukan dalam rangka su’udzhan kepada saudara kita yang lain- apakah iman yang selama ini kita yakini sudah benar sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tidakkah anda tahu bahwa HAMAS dan tokoh-tokohnya mengajak umat Islam di Palestina untuk membangun negara demokrasi? Bahkan kalau perlu menghargai partai komunis sekali pun? Silakan dengar penjelasan Syaikh Abdul Aziz ar-Rays dalam ceramahnya Rasa’il Ila Harakati Hamas [islamancient.com] atau ceramah Ust. Luqman Ba’abduh -semoga Allah membalas kebaikannya- tentang hamas [salafiyundpad.wordpress.com]. Dunia telah menjadi saksi bahwa perjuangan yang tidak dilandasi aqidah yang benar justru akan menjadi bumerang yang akan memecah belah kesatuan kaum muslimin. Ambillah pelajaran wahai saudaraku…
Akhi Yanson yang terhormat, terima kasih atas kritikannya, dan semoga Allah menambahkan semangat dan ilmu pada ana dan antum, serta seluruh saudara kita di manapun mereka berada.
Terus terang ana bingung membaca komentar antum ini. Betapa tidak, pada tulisan ini, saya mengajak agar umat islam bergerak, berjuang dan merintis kejayaan dengan membangun iman, amal sholeh, dan kekuatan fisik (persenjataan) dengan sendiri, tidak seperti sekarang yang hanya bisa beli dan nunggu hibah dari orang kafir. Coba antum baca kembali tulisan saya. Apakah dengan kobaran semangat dan seruan ini semangat antum malah menjadi kendur dan luntur?
Akhi, coba antum renungkan, saudara-saudara kita di Gaza saaat ini dan juga yang sekarang berkoar-koar disaat berdemo di Jakarta atau lainnya, apa yang dapat mereka lakukan? Bukankah hanya doa, istighosah, dan teriak, tanpa dapat melakukan sesuatu yang berarti? Paling-paling hanya bisa menembakakkan senjata atau mortor yang tidak mengenai sasaran?Coba antum periksa berita2 di koran, atau internet, berapa serdadu Ziones yang berhasil dibunuh oleh Hammas? Apa persenjataan Hammas?, dan Dari mana Hammas serta rakyat Palestina mendapatkan dana untuk menjalankan roda pemerintahannya? Bukankah dari sumbangan dan santunan dari negara-negara lain termasuk negara kafir dan bahkan Yahudi? Tidakkah antum ingat, tatkala Hammas berhasil memenangi pemilu, apa yang dilakukan oleh dunia barat?
Pemerintahan Hammas runtuh dan akhirnya digantikan oleh Al Fateh (PLO) akibat negara2 barat memutuskan sumbangannya, sehingga Hamas tidak mampu menggaji pegawainya? Lupakah antum terhadap ini semua? Renungkanlah akhi.
Apa yang telah dan sedang antum serta kawan2 antum dapat lakukan? Bukankah antum seperti saya, hanya bisa berdoa, dan paling-paling menyumbangkan beberapa rupiah saja ke para penggalang donasi?
Dari ucapan antum, ana dapat memahami bahwa antum telah tergabung dalam suatu jama’ah/tanzhim dan telah merintis “khilafah bawah tanah”. Bila kesimpulan ana ini benar, saya ingin bertanya: Apa yang dapat dilakukan oleh pemimpin antum/ “imam jamaah” atau “amir tanzhim” antum? Bukankan hanya bisa berbicara, berdoa, dan menggalang dana seperti yang beberapa hari lalu dilakukan oleh kawan2 pengelola situs ini? Kalaupun “amir jama’ah” antum mengaku telah memerintahkan jama’ahnya untuk berjihad, berapa orangkah yang benar-benar berangkat? Dan dengan senjata apa mereka berangkat? Jangan-jangan hanya berbekal ketapel?
Jujur dan berpikir jernihlah akhi, agar kita tidak menjadi korban kelalaian orang lain yang hanya pandai menjajakan semangat dan lupa akan jati dirinya yang hanya rakyat jelata seperti saya dan lainnya.
Dan akhirnya, bila antum mengajak umat untuk melupakan perbedaan furu’, saya ingin bertanya: perbedaan furu’ yang mana yang harus kita tinggalkan?, dan dengan pendapat siapa kita beramal? Sudikah kiranya antum dan kawan2 antum meninggalkan furu’ yang diajarkan oleh “imam jama’ah antum? Dan tidakkah antum sadar bahwa perbedaan yang ada di masyarakat kita bukan sekedar furu’, tapi juga ushul, coba antum survei ke kuburan wali songo, coba antum sensus jumlah dukun dan ki gendeng atau ki edan yang membuka praktek di sekitar antum? Itukah yang antum maskdukan dengan furu’? innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Akhi: padaakhir komentar, antum berkata: “para syuhada akan menuntut mu di Yaumul akhir kelak”, mana dalilnya, kok antum tahu apa yang akan terjadi di akhirat? Bukankah ini termasuk perbedaan ushul yang harus diluruskan? Antum tanpa dalil merasa memiliki wewenang untuk menceritakan apa yang bakal terjadi di akhirat. Subhanallah.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya kepada kita, serta kembali membangkitkan umat Islam di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bismillah,alhamdulillah wassolatu wassalaa mu’ala Rosulillah
@suryo haryo
rahimakallah, semoga Allah selalu menambah semangat antum dalam menuntut ilmu syar’i
soal: “Jangan sembarang cari info dan sembarang memberikan kesimpulan/fatwa jika kita tidak tahu sebenarnya apa yg terjadi disana. Benak saya mengatakan bahwa alangkah baiknya jika para pemberi fatwa/kesimpulan tersebut bersedia tinggal di negeri/daerah itu untuk beberapa minggu baru kemudian berfatwa/berkesimpulan”
jawab:
.- ya akhi, coba antum tanyakan kepada ustadz2 atau shiekh2 yang memberikan fatwa tentang palestina, “darimana sheikh tau hal2 yang terjadi di palestina?”
insya Allah mereka akan menjawab “dari orang2 palestina(yang terpercaya) yang mengabarkan kepada ana” atau jawaban yang semisal dengan itu
– ya akhi sheikh2 tersebut tentunya sudah mengetahui bagaimana kondisi di palestina,sheikh2 tersebut pun tahu kondisi masyarakat palestina terkotak-kotak, aqidah yang kurang diperhatikan, wanita2 banyak yang memakai pakaian tapi hakikatnya telanjang,
darimana sheikh tersebut tau?, tentu saja dari orang2 palestina sendiri yang tsiqoh(terpercaya) yang merekapun berjihad mempertahankan agama dan diri mereka di palestine..kalau antum tidak percaya silahkan datang sendiri ke palestina atau tanyakan kepada orang2 palestina
soal: ” Bahwa untuk mengeluarkan sebuah penilaian atau kesimpulan mengenai keadaan ummat saudara2 kita di sebuah daerah/negeri, kita perlu pergi kesana langsung atau undang orang yg hidup disana untuk datang kesini dan memberitahukan keadaan sebenarnya disana”
jawab:
-dalam kaidah, tidaklah seseorang memberi fatwa ( tentang jihad) untuk berjihad dulu di tempat tersebut sebelum memberi fatwa(silahkan cek sendiri di kitab2 fiqih jihad), tapi baiklah, tidak apa2, jika antum ingin fatwa dari orang yang pernah berjihad langsung di palestina, antum bisa membaca fatwa sheikh nashiruddin al-albani rahimahullah(ulama yang banyak dituduh orang2 haraki sebagai ulama haid dan nifas atau ulama tidk tau waqi’ ,atau bahkan ulama antek yahudi dan sebutan2 mengerikan lainnya) ini telah mengangkat senjata dan berjihad ke palestina pada tahun 1948,mungkin jauh sebelum antum lahir…
tapi afwan ya akhi,salafiyin tidak di ajarkan untuk menggembar gemborkan amal mereka terlebih2 hanya untuk sekedar nama mereka terpampang di media massa atau koran2 atau majalah2..namun salafiyin di ajarkan untuk benar2 berusaha menyembunyikan amal2 mereka..dan begitulah memamng islam mengajarkan.
mungkin antum juga tidak tau bahwa muhammad izzudin al qossam rahimahullah adalah salafiyin, atau sheikh jamilurrahman rahimahullah yang berjihad di afghanistan adalah seorang salafi dan masih banyak lagi du’at2 salafiyin yang berjihad di medan jihad, namun mereka tidak menggembar gemborkan amal mereka..
ikhlaskan hati dan renungkanlah
soal: “2. Kaum muslimin jangan berpecah belah. Jika hanya berbeda persoalan ijtihadiyah, maka jangan sampai menyeret umat ini ke dalam perpecahan”.
jawab: jika antum anggap perseteruan sunny vs syi’ah atau yang semisal dengan itu merupakan persoalana ijtihadiyah, bukan masalah aqidah, maka saran ana pelajari kembali kitab2 aqidah para ulama yang shahih
soal: “3. Jika ada golongan kaum muslimin yang berbeda, dan perbedaan itu bukan masalah ushul, maka saling menghina adalah perbuatan yg buruk. Bukankah yg menghina itu tidak lebih baik dari yg dihina.”
jawab:
apakah yang antum maksud perkara ushul?mengapa tidak antum beri contoh? apakah antum mengira masalah beda aqidah itu masalah furu’ ?, ya mungkin saja antum berpendapat spt itu, sebab di kelompok antum mungkin sejak awal tidak pernah di tekankan masalah aqidah/tauhid terlebih dahulu, namun mengutamakan masalah polotik praktis, jihad tanpa ilmu syaer’i, atau pembentukan khilafah tanpa memperhatikan dng sungguh2 masalah aqidah
dan satu catatan lagi ya akhi, tolong bedakan antara melecehkan dengan memberi nasihat..
soal: “Dan setau saya pula, masing2 mereka menerapkan apa yg mjd syarat2 ahlus sunnah”
jawab:
salah satu ciri ahlu sunnah adalah mengutamakan dakwah kepada aqidah yang benar, menjauhkan syirik menegakkan sunnah &meruntuhkan bid’ah. sekarang tolongsebutkan mana kelompok yang memproiritaskan dkwah tauhid& aqidah yang shahih sebelum yang lainnya, apakah antum hendak menyebutkan kelompok2 yg memprioritaskan kpd politik praktis itu,atau yang memprioritaskan pembentukan khilafah padahal aqidah masyarakat masih rusak, bahkan aqidah mereka sendiri pun di pertanyakan, atau yang menyuruh berbuat amal sebanyak banyaknya namun tanpa ilmu yg shahih, atau yang bersemangat jihad tapi masih menggantungkan jimat2 di mobil2 mereka (seperti yang dilihat langsung oleh salah seorang ust. dr indonesia saat berjihad di afghanistan). apakah antum masih menyebut mereka dengan ahlu sunnah?? sungguh ini adalah suatu hal yang mengherankan
soal: “Seingat saya, dulu sewaktu saya kuliah di Jogja, jamaah tercinta kita ini membid’ahkan organisasi. Apa kah benar sekarang ini pergerakan dakwah jamaah salafy tercinta ini menjadi organisasi? Seingatku dulu juga saudara2 seperjuanganku di jamaah dakwah ini mengharamkan akhowat naik motor sendiri, menyepelekan kuliah, dan melarang penggunaan teknologi buatan barat.”
jawab: tolong sebutkan siapa yang memberi fatwa tersebut beserta sumbernya agar kami bisa merujuk langsung kpd fatwa tersebut..
atau antum hanya mengira ira saja, karena ikhwan2 salafiyin tidak mau masuk organisasi milik antum shg langsung antum vonis tidak mau ber organisasi?
atau antum hanya dengar2 dari sebagian salafiyin yang menomer duakan ilmu dunia(kuliah), lalu langsung antum vonis semua salafiyin menyepelekan kuliah?
dan tolong ya khi, tolong di bedakan antara menyepelekan kuliah dengan menomor duakan ilmu dunia daripada ilmu akhirat
melarang teknologi barat?, ana rasa itu juga vonis berlebihan dari antum. sekarang siapa yang memboykot produk2 orang kafir &semangat mengaharamkan jual beli??
ikhlaskan hati dan renungkanlah..
Bismillah,alhamdulillah wassolatu wassalaa mu’ala Rosulillah
@yanson awaluddin
rahimakallah, semoga Allah selalu menambah semangat antum dalam menuntut ilmu syar’i
membaca komentar antum ana hanya katakan innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
antum mengatakan do’a (yang harus ditujukan hanya untuk Allah Ta’ala), sholat khusyuk &sabar adalah furu’?, antum tampaknya melakukan keslahan fatal, tolong belajar dan belajar lagi ya akhi,terutama masalah aqidah yang shahih..
ya akhi, semua umat islam yang bersih hatinya pasti menginginkan sistem kekhalifahan memimpin dunia, tapi sudahkah antum menegakkkan khilafah di diri antum,keluarga antum,masyarakat antum terlebih dahulu?
apa antum mau menegakkan khilafah sedangkan aqidah masih hancur, sungguh aneh antum dan teman2 antum yang hendak membangun rumah tapi malah langsung membangun atap tapi melupakan kekokohan pondasi (yaitu aqidah yang shahih), bisa2 baru sebentar di bangun rumah tersebut langsung ambruk,..atau bahkan rumah tersebut tidak akan jadi selama-lamanya
coba lihat di masyarakat antum. apakah jimat2 telah hilang?,apakah kuburan2 telah rata dengan tanah? apakah penyembelihan untuk selain Allah telah hilang, apakah di masyarakat bid’ah telah lenyap?
wallahi ya akhi, kerusakan aqidah dan menyebarnya bid’ah masih sangat2 banyak di masyarakat. bagaimana antum bisa memikirkan hal yang jauh (yaitu khilafah dunia) akan tetapi masyarakat, atau keluarga atau bahkan (mungkin)diri antum sendiri belum mengerti aqidah yg shahih yang merupakan pondasi.
ikhlaskan hati dan renungkanlah..
soal: “kembali ke masalah palestina , apakah dengan bedoa terus tanpa melakukan usaha perlawanan ataw pembebasan sesuai syar’i pertolongan Allah akan datang? Apakah Rasul SAW, Umar Bin Khatab RA, Shalahuddin Al-Ayyubi RA mereka berdoa saja sehingga dengan doa tersebut Majidil Aqsa dengan sendirinya bebas?”
jawab: “ya akhi apakah nasihat itu bukan usaha? apakah pembenaran aqidah itu bukan usaha? apakah penegakan sunnah itu bukan usaha?apakah penghancuran kesyirikan itu bukan usaha? atau apakah menghilangkan bid’ah itu bukan usaha?
wallahi, bahkan itulah sebaik baik usaha sebelum melakukan usaha persiapan fisik dan senjata
soal: “Masya Allah …sungguh kita melupakan darah para syuhada…”
jawab: ya akhi, siapa yang melupakan darah para syuhada?. bahkan salafiyin/umat islam/ahlu sunnah selalu mendo’akan para syuhada, ulama selalu memberi nasihat bila mereka melakukan kesalahan dan jika kondisi mensyari’atkan untuk ikut berjihad maka insya Allah salafiyin termasuk yang terdepan dalam berjihad mengangkat senjata sebagaimana yang dilakukan sheikh al albani, muhammad izzudin alqossam, shiekh jamilurrahman(yang dibunuh oleh orang salah seorang harakiyin dng cara ditembak) rahimahumullah, dan para asatidz yang berjihad di afghanistan dan tempat2 lainnya
soal: “wahai ustadz takutlah kepada Allah…para syuhada akan menuntut mu di Yaumul akhir kelak.”
jawab: sekali lagi innalillahiu wa inna ilaihi roji’un, antum mengancam seseorang yang menasihati dengan alqur’an & sunnah untuk antum bantah dngan akal dan perasaan antum?, coba lihatlah mana antum satu kalipun memakai dalil?
ikhlaskan hati dan renungkanlah…
wallahu a’lam
hmmm Suatu risalah yang sarat manfaat dari Ust. Arifin, ditunggu lho tad kedatangan antum di dammam akhir safar ini ya..
subhanallah
yahudi sudah ada sejak dahulu,tapi pada jaman dulu,kaum yauhudi tidak mampu berbuat semena-mena terhadap muslim seperti sekarang ini.Apakah yang menyebabakan pada jaman dulu yahudi tidak mampu berbuat semena-mena terhadap umat islam?dan umat Islam mampu meraih kejayaannya?coba kita renungkan akan hal itu,kita cari tahu..
Kita harus selalu berdo’a kepada ALLAH untuk selalu dilindunginya.
Subhanalloh….. pelajaran dari Gaza….. hhhhh….. beruntung saya masih diberi nikmat oleh Alloh untuk bisa membaca sirah Nabawy… kejadian di Gaza sungguh hampir seperti keadaan masa Rasulullah SAW ketika perang khandaq. Gaza saat ini yang terkepung oleh israel dari semua sisi, di dalam kota Gaza terjadi perpecahan ummat Islam yang ada di sana, entah yang tergabung dengan HAMAS, Fatah, Jihad Islam, atau yang diluar itu semua, keadaan ini hampir seperti keadaan Rasulullah dan para sahabatnya ketika Madinah dikepung oleh kaum kafir Quraisy dari arah depan, dan para pengkhianat Yahudi dari arah belakang, tidak hanya itu, dari dalam Madinah kaum munafik menghembuskan kata-kata untuk menurunkan semangat Jihad orang-orang Mukmin di Madinah….. rakyat Gaza menderita kelaparan begitupun keadaan kaum muslim Madinah, bahkan Rasulullah sampai mengganjal perutnya dengan dua buah batu…… dari sisi persenjataanpun sama, Israel memiliki persenjataan lengkap yang mereka gunakan untuk mengepung kota Gaza, begitu pula dengan persenjataan kaum kafir Quraisy juga menggunakan persenjataan lengkap untuk mengepung kota Madinah….. ada satu lagi yang hampir sama, Rasulullah dan para sahabatnya, bahkan para wanita dan anak-anak pun tetap memiliki semangat untuk berjihad, berjuang berperang melawan kaum Quraisy dan antek-anteknya, dengan persenjataan yang minim, dan usaha-salah satunya membuat parit disekeliling kota Madinah- dan tentu saja berdo’a kepada Alloh SWT… begitupun kota Gaza, kaum muslimin disana pun tetap memiliki semangat berjihad, berjuang untuk melawan zionis israel, walaupun hanya dengan senjata seadanya, roket yang katanya dibuat dengan bahan sekadarnya dan dibuat di rumah-rumah, bahkan di dapur, senapan-senapan hasil rampasan dari Israel, dan bantuan kaum muslimin diluar kota Gaza, dan bahkan batu….. Subhanalloh..benar-benar pelajaran yang menarik… rasanya ingin menangis ketika mengingat peristiwa ini, Gaza dan Madinah ketika perang khandaq
satu koment lagi…. tentang perlawanan dengan batu dan ketapel, saya jadi teringat kisah peperangan pasukan Thalut melawan pasukan Jalut yang perkasa…… subhanalloh di surat al baqarah ayat 243-252 disana diceritakan kisah peperangan itu…. tapi ada satu yang menarik, di ayat 251 pada akhir kisah peperangan itu, ada seorang anak kecil berumur 10 tahun berhasil mengalahkan Jalut yang tinggi besar perkasa…hanya dengan menggunakan “KETAPEL”…. Subhanalloh…inilah ayat-ayat Alloh
-dan tentang kita mempersiapkan persenjataan untuk menghadapi musuh-musuh Islam…….. Subhanalloh, belum pernah ada dalam sejarah Islam… pasukan mujahidin, pasukan Muslimin menang melawan pasukan kafir dengan mengandalkan persenjataan yang canggih dan jumlah pasukan yang besar….. saya jadi teringat kisah perang Badar , perang Uhud, dan semua perang yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat beliau…banyak pelajaran yang kita bisa ambil dari itu….. atau peperangan penaklukan Konstantin oleh al-fatih, penyebaran Islam samapi Andalusia oleh Thariq bin Ziyad, atau Shalahuddin membebaskan Palestina….. atau tidak perlu jauh-jauh, perjuangan para Mujahid dan Syuhada Negri kita ketika melawan para penjajah Belanda dan Jepang (BAMBU RUNCING VS TANK dan SENAPAN -dan do’a tentunya-)
-maaf…. saya lebih senang dengan menggunakan sejarah, karena bukankah sejarah itu adalah cerita yang selalu berputar, hanya waktu dan tempatnya yang berbeda…..
menurutku nasehat ulama/ustadz salafy sangat jauh lebih BERILMU dan REALISTIS untuk diamalkan.
Wah pak Naked truth seeker, masa sama sih perang khandaq dengan Gaza? Coba kita inventarisir ya
1. Perang khandaq semata2 untuk menghancurkan ahli tauhid. Perang Gaza, penyebab utama (khusus dalam perang ini) karena Hamas sering lontar roket ke negeri Yahudi.
2. Seluruh kabilah kafir baik musyrik maupun ahli kitab bersekutu. Gaza, hanya diserang Yahudi, dan negeri Islam yang lemah.
3. Pada peristiwa khandaq ada orang munafiq (sedikit), dan Rasul serta sahabat. Di gaza ada orang munafiq (banyak apa dikit ya?), jahil agama, dan sedikit ahli ilmu.
4. Khandaq: Rasul dan para sahabat bersiaga didepan orang tua, wanita dan anak-anak. Gaza: Hamas nyerang lalu lari dan sembunyi dibalik rumah/bangunan, para wanita, anak-anak dan orang tua, atau paling banter diantara mereka, bukannya didepan mereka melindungi anak-anak dan wanita dengan dada-dada mereka.
4. Khandaq: muwahid vs musyrikin/kafir. Gaza: ahli tauhid (dikit nih)+??+?? VS ahli kitab/kafir
Sama gak ya? Tapi pasti ada samanya lah, sama-sama perang
Apa betul pak, kalau Dawud membunuh Jalut dengan ketapel? Kalo lempar batu sekepal, ya bukan ketapel pak namanya.
Lalu hadits ini gimana dong?
Dari ‘Abdullah bin Mughaffal Radliyallahu ‘Anhu, bahwa ia melihat seorang laki-laki bermain ketapel. Beliau berkata kepadanya, “Janganlah bermain ketapel. Sesungguhnya Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam melarang bermain ketapel -atau beliau membenci permainan ketapel-, beliau Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, ‘Sesungguhnya ketapel itu tidak dapat membunuh binatang buruan dan tidak dapat melumpuhkan musuh. Akan tetapi kadangkala dapat mematahkan gigi dan mencederai mata.’
Kemudian ‘Abdullah bin Mughaffal melihat orang itu kembali bermain ketapel. Beliau berkata kepadanya, ‘Bukankah aku telah menyampaikan kepadamu hadits dari Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata bahwa beliau melarang bermain ketapel -atau beliau membenci permainan ketapel- sedangkan engkau masih melakukannya? Sungguh aku tidak akan mengajakmu bicara’!” (HR Bukhan [5479] dan Muslim [1954]).
Bagi yg berjihad sembarangan, bagaimana kalau kita berjihad/perang pakai jimat trus mati masuk sorga apa neraka kira2 .. jd semua ada aturannya .. trus kalau kita berjihad pake ketapel lawan tank kapan kira2 menang ?? bukankah terbukti saudara muslim kita yg selalu lebih banyak korban dari pada musuh, jd semua ada aturannya ..
Maka belajarlah aturannya dari yg dicontohkan Rosululloh tentang ilmu jihad dulu sebelum berjihad apalagi berfatwa tentang jihad … karena kemenangan dan pertolongan Alloh hanya akan datang bila kita ikut Aturan Alloh ….
Assalamu’alaikum…
to: abu faisal
*tentang ketapel ‘n hadits2 yang anda sebutkan…
—-jazakalloh atas koreksinya…
*tentang ini:
“Apa betul pak, kalau Dawud membunuh Jalut dengan ketapel? Kalo lempar batu sekepal, ya bukan ketapel pak namanya.”
—berarti kalo ingin meniru nabi Dawud, melawan pakai batu masih diperbolehkan, kan??
*tentang pelajaran dari Gaza,
—masing-masing orang bolehkan mengambil pelajaran sendiri-sendiri, dari suatu kejadian? seperti kita melihat suatu pohon, tentu antara satu orang dengan yang lain bisa memiliki pendapat yang berbeda, atau bisa mengambil pelajaran yang berbeda dari pohon itu…gimana?
*tentang HAMAS menggunakan anak-anak dan wanita sebagai “perisai” “Hamas nyerang lalu lari dan sembunyi dibalik rumah/bangunan, para wanita, anak-anak dan orang tua, atau paling banter diantara mereka, bukannya didepan mereka melindungi anak-anak dan wanita dengan dada-dada mereka.”…
—maaf saya belum mendapatkan informasi yang akurat dan benar terkait kejadian itu, so, dari pada saya su’udzon kepada mereka or kebablasan memfitnah mereka…so, saya no comment, kecuali kalau anda bisa memberikan rujukan informasi yang akurat, bukan informasi dari orang-orang kafir yang banyak menyesatkan…gimana???
to: abu abdurrozaq
*tentang ini
“trus kalau kita berjihad pake ketapel lawan tank kapan kira2 menang ?? bukankah terbukti saudara muslim kita yg selalu lebih banyak korban dari pada musuh, jd semua ada aturannya ..”….
—cuma nambahi komentar, anda lupa, masih ada pertolongan Alloh, selama kita mau berusaha… saya jadi ingat, kejadian Maryam sesaat melahirkan Isa A.S, saat itu beliau merasa lapar, dan kemudian Alloh memerintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma tempat ia bersandar…dan kemudian Alloh menjatuhkan kurma yang ada di pohon tersebut… bayangkan!!, seorang wanita barusaja melahirkan, yang tentu menguras tenaga… diminta untuk menggoyang sebuah pohon…. secara logika pohon itu ga akan bergerak sedikitpun, tapi ternyata Alloh berkehendak lain…so intinya adalah, kita berusaha dan hasilnya serahkan pada Alloh… kalo misalnya ketapel vs tank kok menang, itu berkat pertolongan Alloh, pun kalo belum menang, berarti perlu “up-grade” senjata, AK-47 or RPG misalnya..hehehehe.. maaf
*tentang ini
“Maka belajarlah aturannya dari yg dicontohkan Rosululloh tentang ilmu jihad dulu sebelum berjihad apalagi berfatwa tentang jihad … karena kemenangan dan pertolongan Alloh hanya akan datang bila kita ikut Aturan Alloh ….”
—saya sepakat
@naked truth seeker:
Apakah anda lupa bahwa Nabi Daud adalah seorang yang bertauhid dan dikaruniai Allah kekuatan di atas manusia-manusia yang lainnya. Permasalahan jihad di Palestina tidak hanya permasalahan ketapel melawan rudal dan tank, mas.. permasalahannya jauh lebih kompleks dari itu.. permasalahan terbesar adalah aqidah, kemudian tercerai berainya kaum muslimin yang ada di Palestina, mereka terpecah menjadi kelompok-kelompok yang antara kelompok tersebut saling berselisih, dan mereka membangun rasa wala dan baro’nya berdasarkan kelompok mereka..
Coba kita tengok sejarah kaum muslimin pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perang Badar misalnya.. betapa sekelompok kecil kaum muslimin bisa mengalahkan sekelompok besar (sangat besar bahkan!) kaum kafir musyrikin. pertolongan Allah datang karena apa akhi? anda tentu dapat menjawabnya..
Tengok sejarah perang Uhud.. kenapa kaum muslimin dapat juga dikalahkan oleh kaum kafir? jawabannya karena ada diantara tentara kaum muslimin yang tidak mengindahkan perintah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tergiur dengan harta rampasan perang yang berlimpah.. padahal hanya segelintir saja yang berbuat salah tapi Allah menimpakan kekalahan kepada kaum muslimin secara keseluruhan, hingga sampai-sampai diceritakan pada perang uhud tersebut, gigi rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam patah..
Coba sekarang tengok perang Hunain.. kenapa kaum muslimin bisa kalah, padahal jumlah tentara kaum muslimin lebih besar dari tentara kaum kafir? jawabannya adalah karena kesombongan, ujub, dan takabur sudah meliputi kaum muslimin. sehingga Allah menimpakan peringatan dengan bentuk kekalahan..
Ingat, bahwa kaum muslimin yang ikut perang uhud dan hunain adalah manusia-manusia terbaik yang sudah kokoh tauhidnya, akan tetapi sedikit kesilapan dan kealpaan membuat Allah memberikan peringatan dengan kalahnya mereka. sekarang lihatlah kaum muslimin sekarang, terutama di Palestina, Iraq, dan Afghanistan.. kesyirikan merajalela, perpecahan merajalela (yang masing-masing kelompok berbangga diri terhadap kelompoknya).. sekarang, bagaimanakah Allah akan menurunkan pertolongannya kepada kaum seperti itu??
Tragedi Palestina yang barusan menimpa saudara kita. masih ingatkah anda dengan klaim HAMAS? mereka mengatakan bahwa mereka telah memenangkan pertempuran dan tentara kafir yahudi berhasil dipukul mundur. bukankah ini lelucon garing ya ikhwah? mereka lupa bahwa kaum muslimin di Palestina sudah ribuan yang dibantai oleh tentara kafir Yahudi!!!
Berjihad dan mati syahid adalah cita-cita kita ya ikhwah.. insya Allah…. akan tetapi jihad haruslah dengan ilmu, bukan hanya sekedar semangat yang terbakar saja, bukan pula semangat yang hangat-hangat tai ayam, teriak sana sini untuk jihad tapi gak pergi2 jihad… siapkan diri anda dari semenjak sekarang ya ikhwah untuk jihad.. perkuat aqidah anda, mental, fisik, dan kekuatan anda..
mohon maaf jika ada perkataan ana yang salah..
to Abdul jabbar
—tentang HAMAS, or kelompok yang mengatas namakan Mujahidin di belahan bumi manapun
>>>> maaf karena saya tidak memiliki informasi dan berita yang valid, yang bia dipercaya, yang akurat etc, maka saya tidak bisa berkomentar, baik tetnang akidah mereka, tentang jihad mereka, and everything ’bout them…. maaf takut su’udzon terhadap mereka…. biarlah hanya Alloh saja yang mengetahui niat para “mujahidin” itu, karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib…dan kita manusia..siapa kita??? jangan sampai kita hanya mengira-ngira, menduga-duga, dan akhirnya fitnah..naudzubillah… karena kita hanya manusia biasa , kita tidak tahu apa yang ada di dalam hati mereka……… tentang niat mereka berjihad, itu urusan mereka denga Alloh…… dan saya, saya lebih memilih berkhusnudzon aja terhadap mereka (bukankah khusnudzon lebih baik daripada su’udzon??) …. semoga niat jihad mereka benar-benar tulus kepada Alloh
—-tentang perlawanan Hamas, kalau menurut saya, sejak tahun 1947, pejuang Hamas tetap istiqomah melawan Israel….mungkin (wallohualam) jika tidak ada Hamas, Jihad Islam, etc….. ummat muslim yang terbantai oleh kebiadaban Israel jumlahnya akan lebih besar, atau mungkin (wallohualam)……..ummat muslim di palestina sudah tidak ada lagi….. maaf kalo saya salah…namanya juga “naked truth seeker” sedang mencari “kebenaran sejati”…bukan kebenaran yang didasarkan kepentingan hawa nafsu
to abdul jabbar
—tentang kisah nabi Dawud… jazakalloh atas koreksinya….
so….kita do’akan saja kepada HAMAS or siapapun yang sedang berjihad atau mengaku berjihad disana, agar mereka mendapat hidayah dari ALLOH, dan mereka tetap memiliki semangat untuk berjihad…….. ALLOHU AKBAR
to: Naked truth Seeker
anda berkata:
mungkin (wallohualam) jika tidak ada Hamas, Jihad Islam, etc….. ummat muslim yang terbantai oleh kebiadaban Israel jumlahnya akan lebih besar, atau mungkin (wallohualam)……..ummat muslim di palestina sudah tidak ada lagi…..
maaf mas, mungkin anda melupakan ALlah SWT ,yang menyelamatkan bangsa Palestina ya Allah.
ucapan jika tidak ada hamas…maka…., ungkapan ini kalau si pengucap sadar menyampaikannya bisa terancam kemusyrikan.
Harusnya mas bilang, “jika Tidak ada Allah, KEMUDIAN…. ”
Jangan lupa menyertakan Allah.
Idzin copas & share di facebook. Jazakumullahu khayran katsiiran.
izin copas ya ust.
Ass.Wr.Wb
Jangan cuma banyak fatwa yang penting Action kongkrit dilapangan,Islam dianiaya di muka bumi ini,yang penting Action !Mana kontribusi Antum ?
#Wury
Semoga Allah merahmati anda. Jika yang anda maksud ‘Action’ adalah demonstrasi, maka ketahuilah demonstrasi bertentangan dengan ajaran Islam.
https://muslim.or.id/manhaj/khurofat-demonstrasi.html
Jika yang anda maksud ‘action’ adalah pergi ke Palestina tanpa dukungan pemerintah, atau pergi perang atas nama pribadi atau kelompok, yakinlah anda hanya tidak menolong Palestina namun memperburuk keadaan.
Jika yang anda maksud ‘action’ adalah memperbanyak doa, memberikan sumbangan dana, bahan makanan, ini semua amalan kebaikan yang sepatutnya disembunyikan, Allah Maha Mengetahui amal kebaikan kita. Tidak perlu kita umumkan “Saya telah menyumbang sekian juta untuk palestina”. Jadi, berbaik-sangkalah saudara anda telah berbuat sesuatu untuk Palestina tanpa sepengetahuan anda.
Simak juga https://muslim.or.id/manhaj/kami-tidak-tinggal-diam-wahai-palestina.html
Assalamu ‘alaikum
@Wury
Kalau kita ‘action’ adalah demonstrasi apa ada mashlahatnya bahkan anda hanya dapat capek dan dahaga serta tidak didengar Yahudi hanya dianggap angin lalu. Mungkin anda akan bertanya apa yang harus kita lakukan? Jawabannya adalan anda berdoa,menyumbang dana,dan membaca qunut nazilah saat shalat fardhu 5 waktu. Kan dalam demonstrasi itu banyak mafsadatnya daripada manfaat yang diraihnya. Contoh mafsadatnya adalah anda telah meninggalkan amalan-amalan yang disyariatkan dan melestarikan budaya kafir serta dampak buruknya paling besar adalah membuka pintu kerusuhan.
@wury,
Wis mas/mbak, daripada antum cape2 berkoar2 di jalanan dan tidak akan didengar oleh yahudi itu sendiri, mending antum berqunut nazilah setiap shalat 5 waktu, do’akan laknat tertimpa untuk Yahudi dan semoga Allah Ta’ala melindungi saudara2 kaum muslimin maupun relawan2 yg ada di palestina, bantu jg dengan dana yg antum miliki. Itu lebih sesuai sunnah dibanding antum turun ke jalan2 dan memproklamirkan boikot.
Assalamualaikum
Jadi yang benar ini siapa? ngomong begini salah ngomong begitu salah kok malah menjadi debat kusir yang tak berujung, kalau begitu om-2 dan tante-2 istighfar yang banyak saja sambil terus mendoakan saudara-2 kita seiman
wassalam
ALLAHUAKBAR,,,,,,,,,,,,,,,,,,
melihat komen2 di atas, terlihat mana yang komen dgn ilmu dan yg tidak (jahil).
ketahuilah, bahwa kebaikan itu tdk diukur dari banyaknya orang yg melakukan, tetapi diukur dari dalil yg shahih..