Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi akhir zaman dan da’i yang menyeru kepada jalan Allah dengan ilmu dan keterangan.
Amma ba’du.
Saudara-saudaraku sekalian kaum muslimin -semoga Allah semakin mempererat tali persaudaraan kita karena-Nya- perjalanan hidup kita di alam dunia merupakan sebuah proses perjuangan untuk menggapai keridhaan-Nya. Kita hidup bukan untuk berhura-hura atau memuaskan hawa nafsu tanpa kendali agama.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (hanya) kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Saudara-saudaraku sekalian -semoga Allah menumbuhkan kecintaan yang dalam di dalam hati kita kepada al-Qur’an, as-Sunnah dan para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum– sebagaimana kita sadari bersama bahwa agama Islam adalah ajaran yang sempurna. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang tidak paham dan orang yang menyombongkan dirinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)
Saudara-saudaraku sekalian -semoga Allah mencurahkan hidayah dan taufik-Nya kepada kita untuk meniti jalan yang lurus dan tidak berpaling darinya- Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang Rasul setelah petunjuk terang benderang baginya dan dia malah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing di dalam kesesatan yang dipilihnya, dan Kami akan memasukkan dirinya ke dalam neraka jahannam. Dan sungguh jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’: 115)
Bagi kita ajaran atau Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari kehancuran dan mata air yang akan mengalirkan kesejukan iman. Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnah/ajaranku dan ajaran para khalifah yang berpetunjuk lagi lurus sesudahku, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham serta jauhilah perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam agama), sebab setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah pasti sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi menilai hadits ini hasan)
Oleh karena itu sudah semestinya kita -sebagai orang yang mengaku beriman- untuk mengembalikan segala bentuk perselisihan kepada Hakim yang paling bijaksana yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kemudian apabila kalian berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (as-Sunnah), hal itu pasti lebih baik bagi kalian dan lebih bagus hasilnya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. An-Nisaa’: 59)
Mujahid dan para ulama salaf yang lainnya menafsirkan perintah kembali kepada Allah dan rasul yang terdapat dalam ayat ini dengan mengatakan yaitu kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ini merupakan perintah dari Allah ‘azza wa jalla yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan orang -dalam hal pokok agama maupun cabang-cabangnya- maka perselisihan itu harus diselesaikan dengan merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apa saja perkara yang kalian perselisihkan maka keputusannya dikembalikan kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10). Maka apa pun yang telah diputuskan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah serta didukung oleh dalil yang benar dari keduanya itulah kebenaran, “dan tiada lagi sesudah kebenaran melainkan kesesatan.” (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 250).
Baca Juga: Antara Zuhud Sunni dan Zuhud Sufi
Di hadapan kita terdapat persoalan yang telah membuat lisan sebagian orang melontarkan tuduhan-tuduhan yang tak pantas kepada Ahlus Sunnah dan dakwahnya, bahkan saking getolnya memuja keyakinan sufi yang dianggapnya benar maka dia pun tidak segan melontarkan ucapan-ucapan aneh yang menunjukkan kerancuan aqidah yang tertancap di dalam dadanya.
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Kita berasal dari Allah. Menyembah hanya untuk Allah, Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.” Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Allah ada di mana-mana. Tapi bukan berarti ada di mana-mana. Seluruh dunia ini terjadi [karena] Campur tangan Allah. Karena Allah tidak tidur. Di dalam diri kita ada Tuhan, manusia sendiri yang membuat HIJAB ( batasan) kepada Allah.” Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Akan tetapi Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia. Karena sebegitu dekatnya…” Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Seluruh Imam Madzhab pada Akhirnya kembali kepada Sufi. Kecuali Wahabi…” ?!
Baiklah, memang pahit di lidah dan panas di telinga, namun terpaksa kalimat-kalimat ini kami sebutkan di sini demi menerangkan kebenaran dan membantah kebatilan, semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bersatu di atas kebenaran, Allahul musta’aan.
Sebagai jalan untuk memecahkan persoalan ini maka akan saya kutip ucapan indah dari orang yang sama yang telah mengucapkan kalimat-kalimat di atas. Orang tersebut -semoga Allah menambahkan hidayah kepada-Nya- mengatakan dengan jujur dan tulus, “Maka sebaiknya kita tanya dulu kepada Orang yang lebih tahu daripada Kita, Karena di atas langit masih ada langit.” Alangkah bagus ucapannya sebab bersesuaian dengan sebuah firman Allah yang mulia (yang artinya), “Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui suatu perkara, dengan dasar keterangan dan kitab-kitab…” (QS.An-Nahl: 43-44). Tentu saja tempat kita bertanya adalah para ulama yang mengikuti pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Insya Allah ucapan dan keterangan mereka akan kami sebutkan untuk menenangkan hati dan pikiran kita.
Sebelum lebih jauh menanggapi hal ini, dengan memohon taufik dari-Nya maka kami perlu kemukakan beberapa hal di sini agar duduk perkaranya menjadi jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman.
Saudaraku sekalian -semoga Allah mengokohkan kita di atas kebenaran, bukan di atas kebatilan- ajaran Sufi yang populer dan kata orang mengajarkan penyucian jiwa, pendekatan diri kepada Allah serta membuang jauh-jauh ketergantungan hati kepada dunia serta mengikatkan hati manusia hanya kepada Allah, kita telah akrab dengan istilah ini. Meskipun demikian, sebagai muslim yang baik tentunya kita tidak akan berbicara dan bersikap kecuali dengan landasan dalil dari Allah ta’ala. Allah berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, itu semua pasti dimintai pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Israa’: 36)
Saudaraku sekalian, sesungguhnya perkara penyucian jiwa, melembutkan hati dan pendekatan diri kepada Allah serta melepaskan ketergantungan hati kepada dunia dan mengikatkan hati manusia kepada Rabbnya merupakan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa kita ragukan barang sedikit pun. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah mengaruniakan nikmat bagi orang-orang yang beriman ketika mengutus rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al Hikmah (As-Sunnah) padahal sebelumnya mereka dulu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164). Maka tugas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membacakan dan menerangkan ayat-ayat Allah, menyucikan jiwa manusia dari berbagai kotoran dosa dan kesyirikan, dan mengajarkan Al-Kitab dan As-Sunnah kepada mereka.
Oleh karena itulah apabila kita membuka kitab-kitab hadits akan kita jumpai di sana sebuah bab khusus yang menyebutkan riwayat-riwayat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkan penyucian jiwa dan melembutkan hati. Contohnya di dalam Sahih Bukhari, Al-Bukhari rahimahullah menulis Kitab Ar-Riqaaq (hal-hal yang dapat melembutkan hati), di sana beliau membawakan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkait dengan hal ini sebanyak seratus hadits lebih, yaitu hadits no. 6412-6593 (lihat Sahih Bukhari cet. Maktabah Al-Iman, halaman. 1306-1332)
Demikian juga murid Al-Bukhari yaitu Muslim rahimahullah membuat Kitab Ar-Riqaaq, Kitab At-Taubah, Kitab Shifatul Munafiqin wa ahkamuhum, Kitab Shifatul qiyamah wal jannah wan naar, dan lain sebagainya hingga Kitab Az-Zuhd wa raqaa’iq yang mencantumkan dua ratus hadits lebih tentang penyucian jiwa dan hal-hal yang terkait dengannya di dalam Sahihnya (lihat Sahih Muslim yang dicetak bersama Syarah Nawawi, hal. 5-259). Demikian pula di antara para ulama ada yang menyusun kitab khusus tentangnya seperti Adz-Dzahabi yang menulis kitab Al-Kaba’ir tentang dosa-dosa besar. An-Nawawi yang menulis Riyadhush Shalihin yang mencakup berbagai pembahasan tentang penempaan diri dan penyucian jiwa. Shifatu Shafwah dan Al-Latha’if karya Ibnul Jauzi. Bahkan banyak kitab hadits yang dinamakan dengan kitab Az-Zuhd, seperti Az-Zuhd karya Abu Hatim Ar-Razi, Az-Zuhd karya Abu Dawud, Az-Zuhd karya Imam Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain, semoga Allah merahmati mereka semua. Bukankah dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian riwayat-riwayat hadits sahih serta penjelasan ulama yang ada di dalam kitab-kitab tersebut kita dapat mempelajari bagaimanakah menyucikan jiwa, bagaimana mendekatkan diri kepada Allah dan bagaimana melepaskan ketergantungan hati kepada selain-Nya…
Baca Juga: Usaha Ulama Nusantara Dalam Membantah Ajaran Sufi
Inilah pelajaran-pelajaran akhlak dan penyucian jiwa yang disampaikan oleh para ulama kepada kita. Sehingga kalau yang dimaksud sufi adalah itu semua (penyucian jiwa dsb) maka akan kita katakan bahwa itulah yang diajarkan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah alias manhaj salaf kepada umat manusia. Oleh sebab itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata mengenai salah satu sifat Ahlus Sunnah, “Mereka memerintahkan untuk sabar ketika tertimpa musibah, bersyukur ketika lapang, serta merasa ridha dengan ketetapan takdir yang terasa pahit. Mereka juga menyeru kepada kemuliaan akhlak dan amal-amal yang baik, mereka meyakini makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.’…” (Aqidah Wasithiyah, hal. 87). Kalau ajaran menyucikan diri dan menggantungkan hati hanya kepada Allah -sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabat- disebut sufi maka saksikanlah bahwa saya adalah seorang sufi!
Namun, ketahuilah saudaraku -semoga Allah merahmatimu- kalau kita cermati lebih jauh ajaran sufi atau tasawuf dan berbagai macam tarekat yang dinisbatkan ke dalamnya beserta tetek bengek ajaran dan lontaran-lontaran aneh yang mereka angkat, niscaya akan teranglah bagi kita bahwa sebenarnya ajaran Sufi yang berkembang hingga hari ini -di dunia secara umum ataupun dinegeri kita secara khusus- telah banyak menyeleweng dari rambu-rambu Al-Kitab dan As-Sunnah. Sebagaimana pernah disinggung oleh Buya HAMKA rahimahullah di dalam pidatonya dalam acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar di Mesir pada tanggal 21 Januari 1958 -lima puluh tahun yang silam-, beliau mengatakan, “Daripada gambaran yang saya kemukakan selayang pandang itu, dapatlah kita memahamkan bagaimana sangat perlunya pembersihan aqidah daripada syirik dan bid’ah dan ajaran tasawuf yang salah, yang telah menimpa negeri kami sejak beberapa zaman, dan perlunya kepada kemerdekaan pikiran dan memperbaharui paham tentang ajaran Islam sejati.” (Sejarah Perkembangan Pemurnian Ajaran Islam di Indonesia, penerbit Tintamas Djakarta, hal. 6-7)
Inilah ucapan yang adil dan bijak dari orang besar seperti beliau. Berikut ini akan kami kutip penjelasan yang diberikan oleh Bapak Hartono Ahmad Jaiz -semoga Allah membalas kebaikannya- yang telah memaparkan mengenai sejarah ajaran sufi ini di dalam bukunya ‘Tasawuf Belitan Iblis’. Beliau mengatakan: “Abdur Rahman Abdul Khaliq, dalam bukunya Al-Fikrus Shufi fi Dhauil Kitab was Sunnah menegaskan, tidak diketahui secara tepat siapa yang pertama kali menjadi sufi di kalangan ummat Islam. Imam Syafi’i ketika memasuki kota Mesir mengatakan, “Kami tinggalkan kota Baghdad sementara di sana kaum zindiq (aliran yang menyeleweng, aliran yang tidak percaya kepada Tuhan, berasal dari Persia, orang yang menyelundup ke dalam Islam, berpura-pura –menurut Leksikon Islam, 2, hal 778) telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan assama’ (nyanyian).
Kaum zindiq yang dimaksud Imam Syafi’i adalah orang-orang sufi. Dan assama’ yang dimaksudkan adalah nyanyian-nyanyian yang mereka dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi’i masuk Mesir tahun 199H. Perkataan Imam Syafi’i ini mengisyaratkan bahwa masalah nyanyian merupakan masalah baru. Sedangkan kaum zindiq tampaknya sudah dikenal sebelum itu. Alasannya, Imam Syafi’i sering berbicara tentang mereka, di antaranya beliau mengatakan: “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum zhuhur ia menjadi orang yang dungu.” Dia (Imam Syafi’i) juga pernah berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akalnya (masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis, hal 371). Sekian nukilan kami dari Tasawuf Belitan Iblis.
Baca Juga: Fatwa Ulama: Bahayakah Sufiyah?
Pembaca sekalian, dari keterangan di atas kita mengetahui bahwa Imam Syafi’i rahimahullah sendiri termasuk ulama yang mengecam kaum sufi dan ajaran tasawufnya yang menyimpang. Agar tidak terlalu berpanjang-lebar, maka baiklah untuk membuktikan penyimpangan mereka akan kita akan kutip kembali pendapat dan keyakinan mereka beserta komentar atas kerancuan yang ada di dalamnya, Allahlah pemberi petunjuk dan pertolongan kepada kita.
Pertama:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Kita berasal dari Allah. Menyembah hanya untuk Allah, Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.”
Tanggapan:
Yang menjadi masalah di sini adalah ucapannya “(kita) Hidup dan mati di dalam Allah. Karena kita bagian dari Allah.” Apakah maksud dari ucapan ini? Apakah artinya manusia adalah bagian dari Allah sebagaimana makna yang bisa secara langsung ditangkap dari ucapannya ataukah yang lainnya? Kalau yang dimaksud adalah yang pertama, maka sangat jelas kebatilannya. Allah bukan hamba dan hamba bukan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah, alias hamba dan bukan tuhan atau bagian dari tuhan!
Kalau ada orang yang meyakini demikian -dirinya adalah Allah- maka dia telah kafir. Lantas kalau yang dimaksud adalah makna yang lain, kita akan bertanya apa maknanya? Kalau pun maksud yang mereka inginkan benar, maka kita katakan bahwa ucapan-ucapan semacam ini adalah ucapan yang tidak pada tempatnya bahkan bid’ah! Adakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan demikian? Adakah para sahabat, imam yang empat mengajarkan demikian? Bacalah kitab-kitab tafsir dan hadits… Wajarlah apabila Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelumz dhuhur ia menjadi orang yang dungu.” Cobalah kaum sufi itu berguru kepada Imam Syafi’i. Beliau rahimahullah mengatakan, “Aku beriman kepada Allah serta apa yang datang dari Allah sebagaimana yang diinginkan oleh Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah serta apa yang disampaikan oleh Rasulullah sebagaimana yang diinginkan oleh Rasulullah.” (lihat Lum’at Al-I’tiqad). Apakah Allah atau Rasul-Nya mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah bagian dari-Nya? Kita hidup dan mati di dalam diri-Nya? Allah Maha suci dari ucapan mereka.
Kedua:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Allah ada di mana-mana. Tapi bukan berarti ada di mana-mana. Seluruh dunia ini terjadi [karena] Campur tangan Allah. Karena Allah tidak tidur. Di dalam diri kita ada Tuhan, manusia sendiri yang membuat HIJAB ( batasan) kepada Allah.”
Tanggapan:
Aneh bin ajaib! Menurutnya Allah di mana-mana tapi tidak ada di mana-mana. Di dalam diri kita -katanya- ada Tuhan… [?] Maha suci Allah… Ucapan semacam inilah yang membuat orang semakin bertambah dungu -sebagaimana disinggung oleh Imam Syafi’i di atas-, adakah orang berakal yang mengucapkan perkataan seperti ini, “Allah ada di mana-mana tapi tidak ada di mana-mana” Allahu akbar! Apakah ada anak kecil yang mengatakan, “Saya laki-laki tapi bukan laki-laki” [?]
Padahal Allah ta’ala sendiri berfirman tentang diri-Nya (yang artinya), “Ar-Rahman menetap tinggi di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5). Bagaimanakah kita memahami ayat ini? Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jalan yang selamat dalam hal ini adalah jalan ulama salaf yaitu memberlakukannya sebagaimana adanya di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa membagaimanakan, tanpa menyelewengkan, tanpa menolak, dan tanpa menyerupakan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 5 hal. 202). Apakah ayat ini menunjukkan bahwa Allah membutuhkan Arsy sebagaimana sangkaan sebagian orang? Sama sekali tidak. Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah di dalam kitab Aqidah Thahawiyahnya, yang menjadi rujukan ulama dari keempat madzhab mengatakan, “Dan Dia (Allah) tidak membutuhkan Arsy dan apa pun yang berada di bawahnya, Allah meliputi segala sesuatu dan Dia berada di atasnya…” (dinukil dari Syarah Ibnu Abil ‘Izz dengan tahqiq Al-Albani, hal. 280)
Dikisahkan bahwa Abu Hanifah rahimahullah pernah ditanya mengenai orang yang mengatakan, “Aku tidak mengetahui apakah Rabbku di atas langit atau di bumi.” Maka beliau menjawab bahwa orang yang mengucapkan itu telah kafir, sebab Allah telah berfirman (yang artinya), “Ar-Rahman menetap tinggi di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5). Sedangkan Arsy-Nya berada di atas tujuh lapis langit-Nya.” Kemudian ditanyakan lagi kepadanya bagaimana kalau dia mengatakan, “Allah berada di atas Arsy, tapi aku tidak tahu apakah Arsy itu di atas langit atau di bumi.” Maka Abu Hanifah berkata, “Dia juga kafir. Sebab dia telah mengingkari Allah berada di atas langit. Barangsiapa yang mengingkari Allah berada di atas langit maka dia kafir.” (Syarh Ath-Thahawiyah, hal. 288). (Akan tetapi dalam prakteknya sekarang tentunya kita tidak begitu saja mengatakan kafir apabila bertemu orang yang berkata seperti di atas, karena untuk mengafirkan masih ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi -ed)
Ketiga:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Akan tetapi Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia. Karena sebegitu dekatnya…”
Tanggapan:
Subhanallah, tidak henti-hentinya kaum sufi ini berdusta dan mempermainkan kata-kata semaunya. Apakah Al-Qur’an dan As-Sunnah menyatakan bahwa Dzat Tuhan dapat dijumpai dan menyatu dalam diri manusia, karena sebegitu dekatnya? Sekali lagi inilah bukti bahwa orang-orang sufi telah meninggalkan ilmu dan terpedaya dengan akal mereka yang rusak. Untuk menanggapi ucapan semacam ini cukuplah kami kutip fakta sejarah yang dibawakan oleh penulis buku Tasawuf Belitan Iblis berikut ini:
“Jika kita meneliti gerakan sufisme sejak awal perkembangannya hingga kemunculan secara terang-terangan, kita akan mengetahui bahwa seluruh tokoh pemikiran sufi pada abad ketiga dan keempat Hijriyah berasal dari Parsi (kini namanya Iran, dulu pusat agama Majusi, kemusyrikan yang menyembah api, kemudian menjadi pusat Agama Syi’ah), tidak ada yang berasal dari Arab.
Sesungguhnya tasawuf mencapai puncaknya, dari segi aqidah dan hukum, pada akhir abad ketiga Hijriyah, yaitu tatakla Husain bin Manshur Al-Hallaj berani menyatakan keyakinannya di depan penguasa, yakni dia menyatakan bahwa Allah menyatu dengan dirinya, sehingga para ulama yang semasa dengannya menyatakan bahwa dia telah kafir dan harus dibunuh. Pada tahun 309H/ 922M ekskusi (hukuman bunuh) terhadap Husain bin Manshur Al-Hallaj dilaksanakan. Meskipun demikian, sufisme tetap menyebar di negeri Parsi, bahkan kemudian berkembang di Irak.” (Sekian nukilan kami)
Kalau mereka mengatakan bahwa Allah bisa menyatu dalam diri mereka, lantas buat apa mereka beribadah, lantas untuk apa mereka menyembah, kalau semua orang mengaku dirinya adalah Allah maka siapakah yang akan disembah? Maha suci Allah, ini adalah kedustaan yang sangat besar! Kemudian, kalau mereka maksudkan dengan ucapan-ucapan itu makna yang lain, maka akan kita katakan bahwa ucapan ini adalah bid’ah dan tidak dikenal oleh para ulama salaf. Kalau ucapan-ucapan semacam ini dibiarkan maka syariat Islam akan berantakan. Ketika ada seorang lelaki yang berkata kepada orang tua mempelai perempuan, “Saya terima nikahnya Fulanah binti Fulan.” Kemudian setelah itu dia akan berkata kepada si mertua “Saya terima nikahnya tapi tidak menerima nikahnya.” Lah, bagaimana ini? Sejak kapan orang-orang itu menjadi kehilangan akalnya? Rumah sakit jiwa lebih layak bagi orang-orang semacam itu daripada masjid.
Keempat:
Orang tersebut -semoga Allah menunjukinya- berkata, “Seluruh Imam Madzhab pada Akhirnya kembali kepada Sufi. Kecuali Wahabi..”
Tanggapan:
Saudaraku, kalau memang ajaran sufi dengan berbagai macam aliran tarekatnya adalah benar dan para imam madzhab mengikutinya apa alasan kami untuk tidak mengikuti kalian? Namun yang menjadi masalah adalah ajaran-ajaran sufi telah jelas terbukti penyimpangannya. Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan para ulama yang lain telah memaparkan kepada kita tentang kesesatan ajaran mereka. Al-Qur’an dan As-Sunnah bagi orang sufi sekedar kata-kata yang bisa dipermainkan ke sana kemari. Allah ta’ala mengatakan bahwa Allah itu esa (Qul Huwallahu Ahad). Sementara orang-orang sufi mengatakan Allah menyatu dalam diri hamba-hambaNya, padahal hamba Allah itu banyak. Allah mengatakan bahwa diri-Nya tinggi berada di atas Arsy-Nya, sementara orang-orang sufi mengatakan Allah di mana-mana tapi juga tidak di mana-mana. Allahul musta’an, kalau memang boleh mengatakan demikian maka kita juga akan mengatakan “Semua Imam Madzhab pada akhirnya kembali kepada Wahabi. Kecuali sufi.” Allahu yahdik.
Baca Juga: Keyakinan Nur Muhammad, Cikal Bakal Keyakinan Wihdatul Wujud
Saudaraku, kami tidak bermaksud untuk mencaci maki siapa pun, kami hanya ingin saudara kami kembali ke jalan yang benar, itu saja. Syaikh Ihsan Ilahi Zahir –rahimahullah– dalam kitabnya: Tashawwuf Al-Mansya’ Walmashdar (Tasawuf, Asal Muasal dan Sumber-Sumbernya) [halaman 28] berkata: “Jika kita amati ajaran-ajaran tasawuf dari generasi pertama hingga akhir serta ungkapan-ungkapan yang bersumber dari mereka dan yang terdapat dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu hingga kini, maka akan kita dapatkan bahwa di sana terdapat perbedaan yang sangat jauh antara tasawuf dengan ajaran-ajaran al-Quran dan as-Sunnah, begitu juga kita tidak akan mendapatkan landasan dan dasarnya dalam sirah (sejarah) Rasulullah serta para sahabatnya yang mulia yang merupakan makhluk-makhluk pilihan Allah. Bahkan sebaliknya kita dapatkan bahwa tasawuf diadopsi dari ajaran kependetaan kristen, kerahiban Hindu, ritual Yahudi dan kezuhudan Buda” (sebagaimana dikutip oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan hafizhahullah -salah seorang ulama besar Saudi Arabia- dalam bukunya Hakikat Tasawuf [terjemah], hal. 20)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Orang yang meniti jalan kefakiran, tasawuf, zuhud dan ibadah; apabila dia tidak berjalan dengan bekal ilmu yang sesuai dengan syariat maka akibat tanpa bimbingan ilmu itulah yang membuatnya tersesat di jalan, dan dia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Sedangkan orang yang meniti jalan fikih, ilmu, pengkajian dan kalam; apabila dia tidak mengikuti aturan syariat dan tidak beramal dengan ilmunya, maka akibatnya akan menjerumuskan dia menjadi orang yang fajir (berdosa) dan tersesat di jalan. Inilah prinsip yang wajib dipegang oleh setiap muslim. Adapun sikap fanatik untuk membela suatu urusan apa saja tanpa landasan petunjuk dari Allah maka hal itu termasuk perbuatan kaum jahiliyah.” (Majmu’ Fatawa, juz 2 hal. 444. Asy-Syamilah)
Sebelum menutup tulisan ini, perlu kiranya kita ingat bersama dampak yang timbul akibat merebaknya ajaran sufi ini di masyarakat -khususnya di negeri kita ini- sebagaimana yang pernah kami saksikan sendiri bahkan kami dahulu termasuk di antara mereka -dengan taufik dari Allahlah kami meninggalkannya dan menemukan manhaj salaf yang mulia ini-, perhatikanlah dengan mata yang jernih dan pikiran yang tenang… bukankah tersebarnya pemujaan kubur-kubur wali dan orang-orang salih -yang notabene adalah syirik dan bid’ah- di negeri ini timbul karena dakwah dan ajaran sufi? Cermatilah wahai saudaraku yang cerdas… betapa ramainya kubur para wali dikunjungi dan dijadikan tempat untuk mencari berkah, berdoa, beristighotsah dan bertawassul dengan orang-orang yang sudah mati. Dimanakah gerangan itu terjadi?, apakah di pusat-pusat dakwah salafiyah -yang hakiki- ataukah di pusat-pusat dakwah salafiyah yang sebenarnya lebih layak untuk disebut sufi? Padahal, kita semua mestinya sudah mengerti bahwa dosa kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik itu bagi orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 48)
Sebagaimana pula kebid’ahan bukan semakin menambah pelakunya dekat dengan Allah, namun justru semakin dekat dengan syaitan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini salah satu lafazh Muslim). Simaklah keterangan Ibnu Hajar dan An-Nawawi berikut ini… semoga hati kita menjadi semakin mantap mengikuti kebenaran…. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ini tergolong pokok ajaran Islam dan salah satu kaidahnya. Makna dari hadits ini adalah; barangsiapa yang mereka-reka sesuatu dalam urusan agama yang tidak didukung dengan dalil di antara dalil-dalil agama yang ada maka hal itu tidak diakui.” (Fath Al-Bari, 5/341, lihat juga keterangan serupa oleh An-Nawawi dalam Syarh Muslim, 6/295). An-Nawawi rahimahullah berkata, “Di dalamnya terkandung bantahan bagi segala bentuk perkara yang baru (dalam agama), sama saja apakah yang menciptakan itu adalah pelakunya atau ada orang lain yang lebih dulu membuatnya.” (Syarh Muslim, 6/295). Itulah ucapan yang adil dan bijak dari dua orang ulama besar penganut madzhab Syafi’i…
Sungguh bijak ucapan buya HAMKA rahimahullah yang mengatakan, “Daripada gambaran yang saya kemukakan selayang pandang itu, dapatlah kita memahamkan bagaimana sangat perlunya pembersihan aqidah dari syirik, bid’ah dan ajaran tasawuf yang salah, yang telah menimpa negeri kami sejak beberapa zaman, dan perlunya kepada kemerdekaan pikiran dan memperbaharui paham tentang ajaran Islam sejati.” (Sejarah Perkembangan Pemurnian Ajaran Islam di Indonesia, penerbit Tintamas Djakarta, hal. 6-7. Buku ini dapat didownload di perpustakaanislam.com).
Semoga Allah berkenan memberikan taufik kepada saudara-saudara kami yang meninggalkan jalan yang lurus agar mereka kembali menuju jalan yang lurus itu kembali. Alangkah senangnya hati kami jika saudara-saudara kami mendapatkan hidayah, sebagaimana kami juga meminta kepada-Nya dengan nama-namaNya yang terindah dan sifat-sifatNya yang maha tinggi untuk mewafatkan kita di atas jalan yang lurus itu dalam keadaan Allah meridhai kita dan mengampuni segala dosa dan kesalahan kita. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengabulkan doa.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Baca Juga: Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian Wol
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel muslim.or.id
To muslim.or.id
Di salah satu paragraf (18) tertulis sbb:
…”(Sejarah Perkembangan Pemurnian Ajaran Islam di Indonesia, penerbit Tintamas Djakarta, hal. 6-7. Buku ini dapat didownload di perpustakaanislam.com).”
Setelah saya cek (perpustakaanislam.com) ternyata salah alamat, seharusnya perpustakaan-islam.com.
kita harus memberantas kejawen selayaknya memberantas pki sampai ke akarnya
kalau tidak, ini akan merusak kaidah dan membawa kesesatan
negeri ini akan hancur karena bahaya laten
Di dalam artikel diatas penulis memberikan Tazkiyah kepada syaikh Abdur Rahman Abdul Khaliq, padahal menurut ulama-ulama ahlussunnnah bahwa beliau mempunyai pemikiran-2 yang menyelisihi manhaj ahlussunnah wal jamaah.
Mohon penjelasan tentang masalah Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq apakah beliau termasuk jajaran ulama ahlussunnah?
Kami suatu saat pernah mendapat short message seperti ini :
Itulah pesan singkat yang kami peroleh.
Kami cuma bisa berkomentar : Akhi, bagaimana bisa shalat dengan khusyu kalau engkau pikirannya melayang2 sana-sini, masih mikir dagangan, masih pikir kerjaan di kantor, dll. Bagaimana engkau bisa khusyu’ namun apa yang engkau baca saja tidak engkau paham.
Shalat khusyu’ bukanlah dari ajaran hakekat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah mengajarkan demikian. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya memerintahkan : Shollu kama roaytumuni usholli. (Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat)
Nabi tidak katakan shalatlah sesuai dengan ajaran HAKEKAT. Manakah yang tepat untuk diikuti, ajaran Nabi ataukah hakekat?
Tentu hati yang jernih akan mengatakan, “saya akan tetap ikut tuntunan Nabiku shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Dan berdasarkan tuntunan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar shalat khusyu adalah dengan menghadirkan hati dan memahami apa yang dibaca. Bagaimana mungkin orang yang tidak paham surat yang dia baca, bisa dikatakan khusyu? Kata orang Arab, “Ini mustahil.”
Buang jauh-jauh HAKEKAT yang engkau maksudkan. Jika yang engkau maksudkan adalah memahami dan mentadaburi Al Qur’an, maka kami terima. Namun jika yang engkau maksudkan adalah HAKEKAT ala sufi, maka kami akan tolak karena ajaran sufi tidak ada asalnya dari Nabi.
Silakan kunjungi blog yang akan terus diupdate :
http//:rumaysho.wordpress.com
Saudaraku, kebenaran diterima dari siapa pun datangnya. Oleh karena itu kita dapati para ulama menukil ucapan sebagian tokoh harakah islamiyah dan sama sekali itu bukan bermaksud mentakzkiyah/merekomendasikan mereka atau pemikirannya. contohnya Syaikh Al-Albani rahimahullah sering menukil ucapan Hasan Al-Hudhaibi salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin, “Tegakkanlah daulah Islam di hatimu, niscaya daulah itu akan tegak di negeri kalian.” Adapun Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq memang terdapat catatan atas sebagian tulisan beliau sebagaimana yang diberikan oleh Syaikh Bin Baz rahimahullah. Maka di sini kami sama sekali bukan bermaksud memberikan pujian bagi beliau, semoga Allah menunjukinya dan rujuk dari kesalahannya. Terima kasih atas perhatiannya.
Assalamu ‘alaikum,
Hakikat orang shalat adalah jika orang tersebut mengerjakan shalat sebagaimana shalat yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika satu saja diantara rukun dan wajib sengaja ditinggal, maka hakikatnya dia tidak shalat.
Ucapan menyimpang dari golongan sufi tersebut, karena tidak menyadari bahwa setan dan nafsunya telah memenangkan pergulatan yang menggiring tuannya menuju kesombongan.
Jika seseorang merasa dirinya sangat dekat dengan tuhannya, maka yang dapat merasakannya hanya dirinya sendiri. Jika kedekatan tersebut terlepas dari lisannya, sesungguhnya itu adalah kesombongan.
Seperti orang yang bersedekah kemudian lisannya mengatakan ‘saya ikhlas’, maka sesungguhnya ia menyombongkan diri dan ia tidak benar-benar ikhlas. Karena keikhlasan tersebut rahasia antara hatinya dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Wassalamu ‘alaikum
semoga 4JJI selalu memberi hidayah dan petunjuk
Terima kasih Saudaraku….
Semoga Alloh yang maha sempurna, senantiasa membimbing kita dalam dalam berfikir ,.. berniat,… berucap,… berprilaku,… dan mengampuni segala kehilafan kita semua,.. Amin Ya Robbal Alamin.
” Allohhumma inna nas’aluka salamatan fiddin….. ”
“Allohumagfir lil muslimina wal muslimat, wal munina wal muminat, al ahya iminhum wal amwat Innaka ala kulli saiin kodir.. ”
Mohon maaf lahir & Bathin
Hamba Alloh.
Assalamualaikum…
maaf kalo salah dalam penyampaian; saya pernah membaca ada terusan arti dari ayat suci alquran yang terusannya `allah meliputi mahluknya` mohon penjelasan nya tentang arti dari arti tersebut…?
Makasih
rasulullah prnh bkata kpd para sahabat beliau : ” aku sangat bersedih “. dgn sgt tkejut para sahabat lgsg btanya apa yg mbuat baginda rasul bserdih. “kata rasulullah aku bersedih karena aku tdk bisa mengatakan semua yg ada dhatiku kepada kalian. tdk ada lg kata2, bahasa atau pun tulisan yg bisa d ungkapkan.
nabi musa jg pernah berdoa “ya Rabb yg maha agung, lapangkan lah dada ku, sempurna & mudahkan urusan lidahku.
Baginda Rasulullah & nabi musa mengetahui sesuatu tentang ALLAH SWT yg tdk bisa ungkapkan melalui kata2 atau pun tulisan. mereka mengetahui hal tsb karena hidayah Allah, adapun org2 atau sahabat nabi yg di beri rahmat & hidayah ALLAH sj yg bisa di kasih tahu oleh rasulullah tntg rahasia ALLAH swt tsb. klu hal ini di ungkapkan oleh rasulullah kpd khalayak umum maka org2 yg awam atau yg tdk mndapat hidayah tdk akan bs menerima & tdk akan bs mengerti.
org2 sufi yg asli mereka mendapat hidayah dari Allah swt. hidayah tsb klu di ucapkan sgt susah, di tulis pun seperti’y g ada lg huruf yg bs menjelaskan tntg rahasia ALLAH swt. kata2 sufi yg kalian anggap salah, kadang2 terbalik & membingungkan. mereka ingin mengungkapkan tetapi hanya kata2 itulah yg bisa. hanya mereka yg bs mengerti. tsrh kalian mau menganggap mereka salah atau benar. sy rasa sedikit pun mereka tdk ada merugikan kalian atau pun org lain. malahan hati mereka selalu sabar & pemaaf.
Tanggapan moderator muslim.or.id:
Mas Ikhwan, cerita tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Anda ceritakan pada komentar Anda ini, Anda dapatkan darimana? tolong sebutkan sumber cerita tersebut…
Salah satu ciri khas para penganut sufi adalah suka menenggelamkan diri para romantisme kisah-kisah dusta yang tidak ada asal-usulnya dalam Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, penyampai wahyu dari Allah Azza wa Jalla. Tentulah sebagai seorang rasul, beliau memiliki lisan yang fasih dalam menyampaikan setiap wahyu dari Allah kepada umatnya. Semuanya telah disampaikan kepada umatnya. Coba buka mushaf Anda pada surah Al-Maidah ayat 3:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
….Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu….
Agama Islam ini adalah agama yang mudah. Siapapun dapat mempelajarinya dengan mudah. Siapapun dapat khusyu tenggelam dalam keindahan ajaran Islam tanpa harus menjadi penganut sufi terlebih dahulu.
Mas Ikhwan, kembalilah kepada Islam sebagaimana Islamnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Tinggalkan segala angan-angan dan cerita dusta suufiyyah. Kembalilah ke dunia nyata….
mohon maaf, saya ingin bertanya tentang islam itu mudah, kalau dalam hal ini yang saya tangkap agak kontradiksi dengan salah satu artikel blog ini mengenai tingkatan dalam islam, ada islam, iman, ihsan, disitu yang saya tangkap semua pasti islam, namun islam belum tentu iman, lalu islam dan iman belum tentu ihsan. disitu ada tingkatan yang saya yakin perlu dipelajari dan benar2 perlu hidayah dari Allah agar mencapai tingkat tertinggi, islam memang mudah, tetapi menjadi seorang ihsan apakah semudah itu??. saya ingin mengetahui pendapat admin, saya baru membaca artikel2 di blog ini dan menemukan kontradiksi ini mohon dijelaskan… terima kasih semoga Allah membalas kebaikan dan keikhlasan admin dalam mengajarkan agama islam
Islam itu mudah tapi bukan mudah versi kita masing-masing. Nanti orang tidak shalat karena menganggap shalat itu sulit.
Islam itu mudah artinya semua ajaran Islam itu pasti bisa diamalkan oleh kita. Islam di sini adalah Islam yang sesuai dengan al Qur’an dan as Sunnah.
Maka berislam itu simple saja, pelajari al Qur’an dan as Sunnah dengan pemahaman para sahabat Nabi.
marilah kita beribadah yang benar yang sesuai dengan tutunan Rasulullah jangan terpengaruh ajaran sufi yang penuh angan2. Marilah kita berpegang teguh pada Kitabullah dan sunah Rasulullah niscaya kita akan selamat dunia akhirat.
perbezaan itu rahmat.
mudah2 kita semua berada dijalan Nya yg benar. kerana di akhirat nanti, msg2 akan ditanggungjwbkan pd apa yg di dengar, dikata, dilihat.
moga Allah menunjukkan kita semua jalan yang lurus.amin.
mas ridzuan
Perbedaan itu bukan rahmat, umat islam itu harus disatukan aqidah, ibadah, akhlak, bersatu diatas kebenaran, bersatu diatas sunnah yg shahih, bukan bersatu dengan berbagai warna aqidah, ibadah dan akhlak, hadist perbedaan adalah rahmat bukanlah hadist shahih, tidak bisa dipakai patokan …
untuk akhi Ridzuan,berhati2lah dengan perkataan “perbedaan itu rahmat”.itu perkataan yg hanya dikenal oleh org yg segolongan dgn J.I.L.kalau perbedaan itu rahmat,mengapa kita harus menentang ahmadiyah?mengapa kita harus sholat mengikuti RASULALLAH?buat apa ada da’wah2 salaf?justru da’wah2 itu ingin menghapus kan perbedaan2 menjadi persamaan,agar sama dgn ajaran original Islam.
Mas Moderator ane minta penjelasan dong tentang Isra Mi’raj…
sekaligus arti dari isra Mi’raj..
mohon maaf mas.saya mau tanya nih ..untuk segala keyakinan yang ada pada diri saya .siapa yang letakin yah(menurut saya …. ALLAh ).maksud tiada daya dan upaya kami kecuali ALLah apa yah mas?.apa saya salah kalo saya ikutin yang saya yakini?.siapa yang gerakin saya nulis ini padahal saya tiada kuasa apapun kecuali Allah(saya gak ngaku tuhan loh.saya hanya bingung).Siapa yang nentuin takdir(kalao anda percaya takdir) padahal kita berusaha dan akhirnya Takdir jua yang menentukan. siapa yang menggerakan hati kita..? apakah memang kita karena semua sudah di takdirkan termasuk apa yang ada dalam hati saya.apakah tujuan dalam Islam adalah Surga,karena klo surga rasanya seperti hal yang tak pantas ya mas,karena ibadah mengharap pahala kan seperti mengharap imbalan .sedangkan kita di suruh ikhlas.nah klo mengharap ridho Allah bukan kah dia yang mentakdirkan saya seberapa banyak amalan yang saya lakukan sepanjang hidup saya karena semua juga sudah takdir Allah(itu kalau saya masuk surga).Apakah saya Muktazilah mas.Saya Mohon ampun Pada Allah jika saya salah dan mohon maaf karena ilmu agama saya harus banyak belajar dan itu adalah apa yang muncul dari hati saya sendiri.sedikit dari banyak pertanyaan yang saya belum dapat jawabannya.terimakasih
Saudara Sakti, semoga Allah menganugerahkan anda semangat yang lebih untuk mempelajari Islam yang benar…
Anda tidak perlu bingung, karena pertanyaan anda sudah di jawab langsung oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika beliau bersabda:
ما منكم من أحد إلاَّ وقد كتب مقعده من الجنة ومقعده من النار
“Setiap dari kalian sudah tertulis tempatnya nanti di surga atau di neraka”
Para sahabat yang mendengat itu kontan bertanya (sama seperti anda):
يا رسول الله، أفلا نتكل
“Wahai Rasulullah, lalu apakah kita pasrah saja?”
Dalam riwayat lain:
ففيم العمل يا رسول الله ؟
“Wahai Rasulullah, lalu untuk apa kita beramal?”
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjawab:
اعملوا فكل ميسر لما خُلق له
“Kalian harus tetap beramal, karena setiap manusia akan dimudahkan jalannya untuk menuju apa yang telah ditetapkan baginya (surga atau menuju neraka)” [HR. Bukhari]
Sehingga jelaslah, bahwa kita tetap diwajibkan untuk menempuh cara dan jalan yang benar dalam beragama, bukan pasrah pada isi hati kita dan apa yang kita yakini. Seperti metode beragamanya orang sufi.
Untuk apa Allah menurunkan Al Qur’an dan mengutus para Rasul jika manusia hanya diminta mengikuti hatinya dalam beragama??
Imam Abu Hanifah (Imam mazhab Hanafi) –rahimahullah– memiliki perkataan yang bagus dalam menjelaskan prinsip takdir yang benar:
“Tidak ada hamba yang oleh takdir Allah dipaksa untuk beriman atau untuk kafir. Namun Allah menciptakan para hamba-Nya dengan memiliki pribadi masing-masing. Iman dan kufur adalah perbuatan hamba. Namun Allah Ta’ala MENGETAHUI (bukan memaksa) siapa saja yang kafir. Dan jika hamba yang kafir tersebut lalu beriman, Allah mencintainya dan sesungguhnya Allah sudah mengetahuinya (bahwa ia akan beriman) tanpa ada perubahan ilmu pada sisi Allah (dari tidak mengetahui menjadi mengetahui)” (Al Fiqhu Al Akbar, hal. 302)
[Dinukil dari I’tiqad A-immatil Arba’ah, Muhammad Bin Abdirrahman Al Khumais]
apa yang di maksud dengan lafadz LAAILAHAILLALLOH dan LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘ADZIM. mohon penjelasan mengapa rosululloh memerintahkan untuk di amalkan ummatnya. Dan kita di suruh untuk selalu ingat pada ALLOH di manapun kita berada. dan kenapa rosululloh berkhalwat di gua hira’ semoga ALLOH mengampuni kita semua.terima kasih
Bismillah…
subhanalloh…maha suci Alloh atas semua rahmat yang diberikan kepada kita semua…Allohu Yubarrik Fikum
Alhamduliih dengan membaca artikel diatas semua kegundahan dan segala pertanyaan “on my brain” dapat terjawab…
tentang ajaran tasawuf sendiri memang yang sekarang ini menggelora sudah memiliki banyak penyimpangan…misalnya saja…saya baca di artikel tentang “pandangan ulama terhadap ihya ulumudin”..dalam hal ini juga banyak terjadi kesalahan..yang mana telah diungkapakan oleh beberpa ulama misalnya: syaikh Nashiruddin ALbani, inbu taimiyah, ibnu qayyim , ibnu katsir,dll..
sungguh penjabaran yang sangat bermanfaat…insyaAlloh akan saya sebarkan lewat facebook…
Ma’annajah lakum wa fiina…
Nahmaduhu ‘alaa KUlli Ni’mah…
Allohu yubarrik fikum wa fiinaa…
‘ Semoga dengan adanya tulisan di atas dapat memberikan pencerahan
Dan mendapatkan kebenaran yang hakiki amien,.
saya pernah di anggap sesat oleh penganut Sufi hanya lantaran pemahaman saya (akhlusunnah) yg berbeda dengan mereka. Semoga Allah akan memberikan kekuatan kepada saya sehubungan dgn niat saya yang akan menyampaikan risalah ini kepada mereka . . amien
Jd kesimpulannya apa sich?¡ Apakah seluruh ajaran sufisme tidak dibenarkan dalam islam menurut al kitab dan as shunnah.?!
Kalau memang ada sufi yang ajarannya mengikuti AlQur’an dan Sunnah sesuai pemahaman Rasulullah dan para shahabat, itulah sufi yang bener… itu juga kalau ada.
Dan kalau pun ada, pastinya gak akan memakai nama sufi… tapi salafi.
“Iblis lebih menyukai pelaku bid’ah daripada pelaku kemaksiatan.”
Kenapa???
Karena pelaku bid’ah dan ajaran2 baru lagi sesat tidak merasakan mereka berada di dalam kesesatan, hingga ajal menjumpai mereka dan mereka meninggalkan dunia fana ini dalam keadaan tetap berada dalam kesesatan.
Bagaimana nanti di akhirat? Penyesalan kemudian tiada berguna.
Bagaimana dengan pelaku kemaksiatan??
Orang awam sekalipun sudah banyak yang mengerti apa itu perbuatan maksiat secara umum. Sehingga pelaku maksiat tahu bahwa mereka sedang berada dalam kesesatan.
Orang yang tahu bahwa dirinya sedang sakit dan ingin sembuh akan mau berobat dan mudah menerima pengobatan.
“Bertaubatlah para sufiyyin sebelum ajal tersisa di tenggorokan saat akan dicabut oleh Malakul Maut.”
“Man yahdillahu falaa mudhillalah, wa man yudlil fala haadiyalah.”
Allahul musta’an.
Berarti, orang yang gak solat, suka judi, mabok, zina, lebih mudah disadarkan daripada orang yang tersesat karena sufi ?
Hmm.. kalo menurut saya dua-duanya sama sulit, tapi ga tau juga sih, soalnya blom pernah ngajakin solat sma yg gak solat, ataw menyadarkan org2 yg bermaksiat, atau juga menyadarkan orang2 yg sesat karena sufi.
Tapi kalau menurut saya, daripada kita membahas hal2 seperti ini terus menerus dan tiada akhir, lebih baik semua umat islam di Indonesia segera membuat rekening bank, dan mohon transfer sejumlah uang seikhlasnya ke no. Rekening saya, karena saya lagi frustasi butuh duit… hehe
Salam
Terima kasih
aku akan sebarkan ajaran ini sebagai pegangan kita kaum muslimin.
Dear All (special 4 moderator muslim.or.id)
Saya pernah mendengar atau mendapatkan kalimat MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU ok, mohon penjelasan,
Mohon pencerahan kepada Sdr Aswad
Benarkah setiap manusia itu sdh ditentukan nanti tempatnya di surga atau neraka? Klw sprti itu sy brpikir, betapa kejamnya Allah jika menciptakan manusia hanya untuk disiksa di neraka? Bukanlah Allah maha pengasih lg maha penyayang? Lantas bagaimana hubungannya dg ayat yg menyatakan Allah akan membalas kebaikan atau kejahatan setiap perbuatan manusia? Ada juga ayat lain yg menyatakan bahwa Allah tdk akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya? Kok sprtinya menurut sy bertentangan sekali.
Mohon pencerahannya
Bismillah…
Memangnya anda tahu anda sudah ditakdirkan masuk surga atau neraka?.
Jika anda hanya meyakini takdir itu sudah diatur sejak awal sampai akhir lalu pasrah berusaha
Perhatikan persamaan berikut
Lalu buat apa anda bekerja dari pagi pulang malam?. Kan rezeki sudah diatur, nah anda tiduran saja dirumah dan tidak usah bekerja,
Toh anda tetap butuh bekerja walau rezeki sudah ditetapkan dari awal, ntar kalo ga kerja ga dapet duit dong.
Jadi anda tetap butuh untuk berusaha yang dimana anda berusaha tersebut merupakan bagian dari takdir juga, jadi Allah sudah menakdirkan 1 paket yaitu usaha dan hasil, jadi anda bukan merubah takdir dengan usaha tapi anda ditkdirkan berusaha dan mendapatkan hasil.
Wallahu a’lam…
Syukron.
Allahu musta’an…
perlu penjelasan tambahan lain , karena belum ukup untuk membuat suatu keyakinan penuh soalnya saya termasuk yang mendalami aliran sufi
menurutq sufi ajaran yang neko2 ribet di pikir piki cri2 kesibukan yang aneh dg dalih mendekatkan diri pd Rob
Trims.. Uztad, ats ilmuna..
Smga dpt brmanfaat bgi qta smwa.
Amin.
marilah kita perbaiki diri kita,tentang ajaran sufi.untuk saat ini memang bergeser.karena tidak sesuai urutanya.dan suka keluar dari syariat.jgn lah terlalu membahas panjang lebar tentang sufi.lebih baik kita perbaiki diri kita masing2.apakah kita semua sudah bisa menjamin ibadah kita di terima.kt itu jauh dari mereka.kita tidak tau mksut mrk.
@ Hamba Allah
Intinya kembalilah pada Al Qur’an, As Sunnah dan pemahaman salaf. Itulah solusinya. Niscaya dengan mengikuti cara tadi kita akan mendapatkan kebaikan yang banyak,
Semoga Allah senantiasa memberkahi antum.
asslm. mhn maaf klo ada kkliruan dlm menulis,blh brtnya apa ada hadist yg menyatakan bhw agama yahudi,nasrani,dan islam terbagi2? klo ada sy cm hamba-Nya yg tdk mengerti apa2 ingin beri masukan klo itu semua la haula wa la quwata illa billah,jd tdk ada daya&kekuatan atas izin Alloh maka apapun aliran islam terbagi tetaplah mereka adalah saudara kita juga,gimana klo kita kembali saja kpd “Al-Qur’an yg tdk dipungkiri kebenarannya dan As-Sunnah(hadist”yg sahih), bersyahadat yg benar” dan tidak menyebarluaskan kekurangan/kesalahan suatu aliran yg nantinya akan menimbulkan fitnah&aib,karena Alloh sajalah Al-Haqq (Yang Maha Benar)sedangkan kita hanyalah hamba-Nya yg tdk luput dr dosa,bahkan klo di liat memang hanya manusia sj yg selalu mencari kebenaran dirinya sendiri wallohualam.. astaghfirulloh…wassllm
sufi adalah ajaran yang benar,, sareat torekot hakekat ma’rifat dan biasanya orang sufi itu orang ma’rifat NB klo tidak sependapat silahkan hub KH syeh muhamad yusuf cilcap,,ataw habib lutfi pekalongan,,atw KH subahan ma’mun PONpes Assalafiah luwungragi brebes Jateng
@ Al Fakir
Kok tanyakan pak Kyai?! Seharusnya jadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai petunjuk. Jika sufi benar, buktikan dalam Al Quran dan As Sunnah.
Kyai kok jadi patokan? Mungkin kalau pak Kyai shalat tiarap, kita pun demkian!
Mohon bisa baca artikel menarik di web ini agar jangan hanya taklid buta pada kyai >> https://muslim.or.id/manhaj/jangan-hanya-taklid-buta.html
Hanya Allah yang beri taufik.
Anda mengatakan jangan taklid buta kepada Kyai. Seharusnya itu juga untuk anda. Katakan “pemirsa sekalian, jangan taklid buta sama saya, muslim.or.id”
Pemirsa sekalian, jangan taklid buta sama saya, muslim.or.id
Sudah ya
Ass.Wr.Wb.
Kebenaran hanya milik ALLOH, kita sebagai hamba yang terbaik harus selalu mawas diri, istiqfar dan selalu bertaubat kepadaNYA. Tidak semua orang sufi ajarannya salah. jg demikian mungkin ada yang mengaku salaf tp ilmunya jg kurang sempurna. Jd kembalikan semua kpd ALLOH. Dan Pengadilan Akhiratlah nanti yg akan menjadi Hakim adil buat masalah ini. Mohon maaf apabila ada kekurangan.
Wass. Wr. Wb
assl,,,sy mau tanya tentang kalamullah,,,artinya,,Allah itu bersemayam di langit yag ke tujuh,,,mohon penjelasan rinci,,krn dia maha ghaib yang sll ada beserta kita
#achmadi
Tolong baca artikel berikut:
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/tahukah-kamu-di-manakah-allah
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/kelirunya-keyakinan-tuhan-di-mana-mana
https://muslim.or.id/aqidah/sifat-istiwa-allah-di-atas-arsy.html
lam kenal kami suka bergabung disini karna penuh pengetahuan dan ilmu
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Sufi atau apapun namanya itu tidak masalah, hanya sekedar penamaan saja, Guru Mursyid saya tidak mengajarkan ataupun menamakan ilmu dan amalan yang ia ajarkan adalah SUFI. hal terpenting apakah ILMU dan AMAL yang kita kerjakan membuat hati kita tenang, tenteram dan.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah bersiaga-siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS Ali Imran 200 – ayat tawajjuh)
#tarmizi
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,
Semoga Allah merahmati anda. Anda benar, nama ‘SUFI’ tidak bermasalah, karena yang bermasalah adalah ajarannya. Mohon baca kembali artikel di atas dengan pikiran yang jernih dan tenang.
Ajaran agama yang benar bukan sekedar yang membuat hati tenang dan tentram. Buktinya, penganut agama lain pun tenang dan tentram dengan agama mereka. Pendeta khusyuk dan tentram di gerejanya, bhiksu khusyuk dan tenram di kuilnya, dst. Lantas apakah itu menandakan agama mereka benar?
Ajaran agama yang benar adalah yang berlandaskan dalil dari Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tenang dan tentam bukan tidak menunjukkan kebenaran, namun sebaliknya agama yang benar pasti akan memberikan ketentraman dan ketenangan.
Semoga Allah memberi taufik.
makrifatullah itu orang yang mengenal allah..kan..mbak,, ini ku mo nanya.. apa benar makrifatullah itu adalah salah satu asmaul husna yang di berikan pada satu wujud sebelum jasadnya ada di bumi ini.Tolong penjelasannya mbak
#rahmad
Ma’rifatullah = mengenal Allah. Bukan salah satu asmaul husna.
@Tirmidzi
Demikian pula dg nama AHMADIYYAH. . . tdk ada masalah krn nama itu mengandung pujian tetapi yg bermasalah adalah akidahnya, ajarannya. .
Yang penting tidak sekedar ilmu dan amal. . tetapi yg penting adalah ilmu dan amal itu sesuai dengan petunjuk dan sunnah Nabi shollollohu’alaihi wa sallam. . ahsanul ‘amala yaikni yg benar sesuai sunnah dan ikhlas. . .
Tegakkan Tauhd,hancurkan Syirik..!!
Terakan Syari’at Alloh..!!
Wujudkan Masyarakat slami..!!
Hdukan Sunnah, Matikan Bd’ah..!!
Tinggalkan Kemaksatan..!!
Semoga Alloh ta’ala memudahkan kita untuk senantiasa mengikuti sunnah Rsululloh shollalloh ‘alahi wa sallam hingga ajal tiba,amin.
Semoga Alloh membuka mata hati kita untuk selalu menerima kebenaran yang hakiki…
bagaimana cara mengenal allah..? dan bgmn cara sholat agar slalu khusyuk, supaya tidak terombang ambing dlm sholat kita..?
@ Rizki
Isilah hari2mu dg ilmu. Pelajarilah aqidah dan tauhid sesuai dg pemahaman salaful ummah, niscaya amalan2 lain akan ikut sempurna.
saya setuju ulasan bapak terima kasih atas pencerahan nya
ada lagi pemahaman kaum sufi tasawuf bahwa jika ingin mengenal Allah Taala harus lebih mengenal dirinya terlebih dahulu disertai 4 macam pendukung atau apalah namanya diantaranya adalah
1. syariat, hakikat, tarekat, ma’rifatullah
2. tanah, air, api, hati, Rahasia
3. seperti kitab yang juga ada 4 yaitu zabbur, taurat, injil dan Alquran.
4. seperti alam kita yg terbagi menjadi alam arwah atau alam rahim, kemudian dunia, alam barzakh terkhir akherat.
jika orang awam yang jauh dari Sunnah RAsulullah Shallallahu alaihi wasallam pasti mengiyakan bahkan mengikutinya karena memang sesuai dengan pemikiran awam mereka. tetapi jika ditelusuri lebih jauh dan mendalam berdasarkan Alquran dan Sunnah yang Shahih maka akan banyak pertentanngan didalamnya. semoga Allah Taala memberikan keteguhan hati pada manhaj yang haq ini agar tidak kembali disesatkan oleh pemikiran semata.
saudaraku untuk mengetahui benar atau salah adalah haknya Allah lalu kalu anda merasa benar bukankah itu berarti anda mengambil haknya Allah dengan kata lain anda mengaku Allah lalu apa bedanya anda dengan penganut aliran sufi, saya beritau bedanya aliran sufi mengaku bahwa Allah beserta mereka oleh karena itu segala perbuatan mereka harus menampakan sifat Allah sedangkan anda memakai hak Allah. maaf kalau saya lancang marilah kita lihat surah alkafirun. segala perbuatan manusia baik buruknya hanya Allah yang tau dan hanya Dia yang akan memberikan ganjarannya.
@ Cikal
Mengetahui yang benar dan salah memang hak Allah. Namun bukankah dengan terangnya Allah telah jelaskan yang benar dan keliru baik dalam Qur’an dan melalui lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas apa gunanya diutusnya seorang Rasul jk tdk dg tujuan demikian, untuk menjelaskan mana yg benar dan mana yg keliru. Kita tdk sembarang dalam menuduh ajaran ini keliru, ini semua kembali dan berpegang pada dalil.
Hanya Allah yg beri taufik.
Semoga pencerahan ini menjadikan kita sebagai kaum muslim mendapatkan jalan yang lebih terang menuju jalan Allah SWT……….Amien
izin copy mas …jazakallahu khair
Assalamu’alaikum, wr.wb.
Permisi,numpang masuk.Melihat kenyataan bahwa, searif dan sebijaksananya orang, pada saat mengomentari sesuatu yang tak sepaham, kebanyakan ada nada dan kata yang cenderung sinis. Macam ” ajaran dan segala tetek bengeknya” Membuat kami kaum awam menjadi lebih bingung.Mohon Kaum Cerdik Cendekia, lebih bijak Ya? agar kami bisa tenang. Tunjuki kepada kami kebenaran, kearifan karena Islam adalah agama yang Rohmatan lil’alamin.
jadi kesimpulannya islam sufi itu aliran sesat ya? Knp pemerintah ato para ulama tdk melarang ya?
#ojie
Tidak semua yang tidak dilarang pemerintah itu halal menurut agama.
Tidak semua yang dilarang oleh pemerintah itu haram menurut agama.
Bukankah kalo dibiarkan akan semakin meluas yg akhirnya mendominasi?
#ojie
Tentu tidak boleh dibiarkan. Dan tidak boleh juga mengingkarinya dengan cara yang salah. Kita ingkari sesuai dengan kemampuan kita. Kalau mampunya sebatas menasehati dengan ilmiah dan penuh lemah lembut, menyebarkan ilmu syar’i yang shahih, maka itulah yang layak dilakukan.
alhamdulilah
2minggu yg lalu aku ditanya allah dimana basri.. aq bingung dan gak jwb takut salah,batinku allah itu dekat..
Trus yg tanya aku kasih tau aku kalo allah itu ada dihati kita sendiri,jdi aq mengikuti omonganya dia..karna ia lebih tau..
alhamdulilah dari baca ini aq dah tau skrng bahwa aku salah.. alhamdulilah..
Sufi itu mengkalaim dirinya paling dekat dgn Allah. Ada diantaranya yg tdk perlu sholat karna dia sdh menyatu dgn Allah.
A’udzubillahi minzalik.
Insan terbaik adalah yg : khairunnas anfa uhum linnas…itulah hakekat Insan kamil…
Assalaamu alaikum wr wb.
Alhamdulillah kiranya jemari saya dituntun oleh Allah untuk mencari blog ini. Saya juga salah satu pelaku ajaran kejawen, namun Allah melindungi saya dari kemusyrikan dngan tetap berpegang teguh pada syariat Islam, Insya Allah tetap menguatkan akidah.
Memang benar apa yg dibahas di atas, bahwa sufisme dalam beragama ini terkadang menafikan syariat serta berlaku tidak adil pada Allah, karena menganggap diri kita `manunggal dng Allah`.
Saya ikut mendalami itu, tapi justru sya menemukan bahwa, yg dimaksd dng manunggal itu sejatinya adalah `keikhlasan total kita kepada Allah untuk diatur melalui syariat Nya`.
Tapi perkembangannya, orang jadi merasa suci, hingga kita tidk memerlukan syariat. Menurut saya ini pandangan yg keliru, karena syariat itu adalah pondasi kita mengenal diri sendiri,..menyadarkan kita akan posisi dan fungsi kita.
Demikian semoga ini semua bermanfaat. Amiin YRA. TErimakasih atas tulisan ini, karena semakin menyadarkan saya. Namun saya akan tetap menempuh jalan ini dng tidak sama caranya dng Al Halaj atau Syeh siti jenar. Jazakallahu khiron katsiran. Wassalaamu alaikum wr wb.
ass.wr.wb
sdr arie adie, bisakah memberikan info ke saya dimana belajar spt yg anda maksud” keikhlasan total utk diatur melalui syariatnya” spt anda sebut diatas.tks
wass.wr.wb
Alkhamdulillah,setelah saya baca artikel diatas saya mendapatkan masukan yang sangat berharga sebagai pondasi akidah dan ke Imanan saya,saya telah berniat untuk menimba ilmu kepada se orang ulama ahli sufi,dan artikel tersebut telah membuka wawasan saya tentang ajaran sufi,saya berlindung kepada Alloh dari godaan Syaiton yang terkutuk.
SUBHANALLOH
allahu akbar
assalamualaikum wr.wb
sebelumnya saya mohon maaf…
setelah membaca beberapa komentar,,saya cuma orang bodoh yg ingin tau kebenaran..
apakah sebenarnya arti ISLAM tsb.?
lalu islam yg mana yg paling benar,,semua mengaku bedasarkan al qur’an dan hadist sesuai dgn dalil.?
dan d setiap sabda nabi pasti ditutup dgn (HR siapa lah),,kenapa tidak memakai (HR 4 sahabat nabi).?
perbedaan adalah rahmat itu benar karena ALLAH memberikan manusia akal dan pikiran,.
kembalikan semua pada ALLAH,,dan surah al kafirun : Lakum di nukum waliadin…
#limo priyogodo
* Makna agama Islam silakan simak:
https://muslim.or.id/aqidah/agama-islam.html
* Islam yang benar adalah yang sesuai dengan Qur’an, hadits dan pemahaman para sahabat Nabi
https://muslim.or.id/manhaj/meneladani-sahabat-nabi-jalan-kebenaran.html
* Jika sebuah hadits ditulis (HR Fulan), berarti Fulan ini adalah ulama muhaddits yang menulis hadits tersebut dengan sanadnya.
* Perbedaan itu adzab bukan rahmat, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk bersatu, bukan berbeda. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan berpecah-belah” (QS. Al-Imran: 103)
* Ayat dalam surat Al Kafirun itu ditujukan kepada orang kafir, bukan sesama muslim. Adapun sesama muslim, hendaknya saling menasehati. Silakan simak:
http://kangaswad.wordpress.com/2011/06/06/jangan-campuri-urusanku/
alhamdulillaah… paparan tadi bisa menambah wawasan saya.agar tidak melenceng dari ajaran alquran dan hadits. subhanallaah.. trims,
Allah maha pengasih lagi maha penyayang,,jika tasawuf, sufi ajaran yang sesat,,kenapa Allah membiarkannnya berkembang,,??saya temui ajaran tasawuf yang mengikuti ajaran nabi dan sesuai didalam Alquran,,bagaimana dengan hal yang demikian,,mohon penjelasan,,
#rina
Mengapa agama kristen dan agama yahudi berkembang pesat di dunia barat? Apakah itu jadi indikasi bahwa kedua agama tersbeut benar?
Assalamualaikum.. ana merasa tercerahkan berada di blog ini ..
Barokallahufiikum
agama mengajarkan tentang budi pekerti..Rasul pun memberikan contoh tentang budi pekerti yang baik. saya rasa itu yang terpenting dalam agama tentang budi pekerti. dengan budi pekerti yang baik secara langsung pasti akan melaksanakan syariat agama.
semoga ridhoNya senantiasa bersama qt
Izin Share Ya Mas di FACEBOOK PAGE SAYA
Saya Mau nanya Apakah Penulis akan menhukumi Al Hallaj , Al ghozali Maupun Junaid Al Bghdadi sebagai Orang Musyrik ?………
#imam
Tidak
Ajarn sufi lebihmirip sistem kependetaan dalam ajaran budha atau hindu, dimana para penganutnya lebih mementingkan urusan akhirat dan menganggap urusan duniawi tidaklah penting, apakah Rasulullah mengajarkan sesuatu peribadatan yang seperti ini ? tentu tidak Rasullullah mengajarkan agar urusan duniawi dan ukhrowi berjalan seimbang. Tetapi tidak ada salahnya jika kita menganbil hal-hal positif dari ajaran sufi.
@ALL..
asslmualikum..buat pra koment yg merasa pinter..ga usah sok pinter
udah jelass di terngkn sufi itu ajaran menyesatkan,tolong fahami dengn teliti secerdas anda,sekemmampuan anda berfikir.,,klo anda merasa tidak terima dengn penjelsan itu,berarti anda adalah golongn orang2 sufii,,berarti anda lh orng yg telh mnerusak norma AJARN agama kami,yaitu agama islam agama yg ALLH RIDHOI…
terima kasih perkenlkan KAMI DARI HAMBA ALLAH SWT. UMAT NABI MUHAMMAD SAW,BERPGNG TEGUH DALAM AJRN ALQURAN DAN SUNNAH..
tolong kau jangn merusak ajran kami kepada org2 keturan kami..kami tiduk butuh AJRAN sufii.,kami tau persis ap itu suffi
KAMI BERPEGNG TEGUH PADA ALQURAN HADIST DAN SUNNAH…..ALLAHHUAKBAR..
“Aku (Muhammad SAW) tinggalkan 2 hal, n jika kmu berpegang teguh kepada ke2x maka km sekalian tidak akan tersesat selamax, ke2x adalah AlQuran dan As Sunnah (Hadits)”
kembalikan semua hal trutama urusan agama kepada ke2x,, jika menyalahi keduax, dipastikan sesat/keliru ..
walaupun yang diutarakan dengan kata2 indah,, cara2 yg seolah2 benar, penampilan yg meyakinkan namun menyalahi keduax,, g usah qta ikuti … n kwajiban qta mngingatkan mreka ..
n smoga bersamaan dengan Hidayah Allah Ta’ala … amin
salam…
Saat ini dini pagi, saya sadar dan sedang mendapati diri diantara hasil pemikiran yang saling membedakan antara lain. namun sepertinya lalai atas adanya kesamaan.
trimakasih atas apa yang kalian suguhkan, seperti bekal tambahan, saya meneruskan perjalanan.
wasalam…
assalamu’alaykumwrwb, ustadz, Alhamdulillah saya menemukan halaman ini, sangat bermanfaat buat saya. syukron jazzakumulloh khoir..
Btw, saya di luar negeri, punya teman-teman muallaf…then ketika makin dekat, saya jadi mengetahui mayoritas muslimah Eropa masuk Islam karena “pertama-nya” mengenal Islam dari pria muslim, jadi rata2 teman muslimah ini punya pacar, dan anehnya ‘pacarnya’ ini ada yang syiah dan ada pula yang sufi. Tak terelakkan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka tentang sufi, maka saya cari di internet, dan bertemulah dengan artikel ini. Benar banyak kalimat yang sama (di artikel ini) yang mereka lontarkan, kalimat indah terselubung kata-kata sesat saat menganggap diri adalah makhluk tersuci, istilahnya “naik maqom” jadi ‘sekelas’ dengan malaikat, bidadari, githu lho ustadz…
semoga Allah ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq hidayah-Nya agar kita selalu berada dalam rambu Islam yang lurus, aamiin.
sebenarnya kita memang harus mengejar akhirat nantinya juga duniawi akan mengikuti kita.
assalamu alaikum. mohon maaf bapak ustadz, sy cuma seorang pemuda yang baru belajar… tapi saya hanya ingin menyampaikan, bahwa kita sebagai ummat muslim tidak boleh saling mengkafirkan satu sama lain. sudahkah anda paham tentang ajaran sufi kemudian anda menyatakan kekafirannya? menurut saya ajaran sufi itu hanya berusaha mendalami apa yang di ajarkan dalam al-quran, karena alquran adalah kalamullah yang tidak maknanya sangat dalam. itulah gunanya Allah swt. menganugerahkan akal bagi manusia agar senantiasa berfikir…kita telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah sejak masih dalam kandungan…dan kita diwajibkan oleh Allah untuk mencari kebenaran melalui petunjuk Rasulnya… dan saya kira ajaran sufi jg tidak semuanya menyimpang…
#Zaenal
Wa’alaikumussalam, beberapa aqidah sufi itu memang termasuk kekufuran sebagaimana dijelaskan di atas, itu pun perkataan para ulama. Namun perlu dipahami perbedaan antara takfir mu’ayyan dengan takfir ghayru mu’ayyan. Takfir muayyan adalah mengkafirkan person atau individu tertentu, misal mengatakan “Fulan itu kafir“, ini bukan perkara yang terpuji jika dilakukan orang awam seperti kita.
Adapun takfir ghayru mu’ayyan semisal yang ada di artikel “Kalau ada orang yang meyakini demikian -dirinya adalah Allah- maka dia telah kafir” ini bukan berarti setiap orang yang mengikuti tasawuf itu pasti kafir. Karena bisa jadi ia melakukan perbuatan kekufuran namun tidak kafir karena ada penghalangnya, misalnya ia melakukannya karena tidak tahu. Namun kalimat tersebut adalah kalimat yang benar, karena bagaimana mungkin mengaku sebagai Allah itu bukan perbuatan kekufuran?
Lebih jelasnya silakan simak artikel2 berikut:
https://muslim.or.id/manhaj/kasih-sayang-manhaj-salaf-3.html
https://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-seputar-sikap-ekstrem-pengkafiran-dan-sebagian-ciri-ciri-khawarij-1.html
https://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-seputar-sikap-ekstrem-pengkafiran-dan-sebagian-ciri-ciri-khawarij-2.html
https://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-seputar-sikap-ekstrem-pengkafiran-dan-sebagian-ciri-ciri-khawarij-3.html
https://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-seputar-sikap-ekstrem-pengkafiran-dan-sebagian-ciri-ciri-khawarij-4.html
https://muslim.or.id/manhaj/fatwa-ulama-seputar-sikap-ekstrem-pengkafiran-dan-sebagian-ciri-ciri-khawarij-5.html
sepengetahuan saya Islam adalah Agama damai, ketakutan saya ketika perbedaan pendapat memecah persaudaraan kita sesama Muslim…
saya berharap perbedaan pendapat tdk menjadikan bibit-bibit penyakit dalam hati menjadi benci kepada saudara-saudara kita yang berbeda pemahaman tentang islam….
hanya allah lah yang maha benar.
karna ddunia ini tempat duji manusia kmbali untuk kpdNYA dg keadaan suci.
assalamualaikum
rosullulloh saw bersabda.Islam akan terpecah menjadi bnyk golongan dan
aku nenyakininya,aku berlindung kpd ALLAH swt semoga aku terlindung dr
nafsuku utk terikuti agama Islam yg semakin jauh dariMU Amin.
Sodaraku seiman,semoga Allah selalu memberi petunjuk kepada kita agar kita dapat melalui berbagai cobaan dan rongrongan kepada akidah kita,maka untuk menuntun kita kepada akidah yang syar’i dan insya Alloh sesuai tuntunan Alquran dan sunnah Nabi Muhammad SAW yang berdasarkan pemahaman Nabi dan para sahabatnya , sebagai referensi silahkan anda simak siaran radio Rodja Frekwensi 756 AM atau Rodja TV dengan antena Parabola,insya Aloh anda akan mendapatkan informasi yang tepat dan benar.Amin
assalamualaikum, afwan, karena kejahilan dan tidak sabar manghadapi ujian, sekarang ana ada dalam lingkungan penganut faham sufi. baru saja masuk, ana bingung jika dilanjutkan takut akan semakin terjerumus karena kejahilan ana, tapi disisi lain ana bingung juga jika mau keluar dari asrama tersebut karena baru dua hari disana. apakah boleh kita melihat dulu kondisi dan ajaran orang sufi sekedar untuk menambah pengetahuan?
jika tidak sebaiknya apa yang seharusnya ana lakukan?
@ Abdul Fatah
Wa’alaikumussalam. Saran kami, tinggalkan majelis sufi semacam itu. Ajaran mereka kebanyakan tidak ada tuntunan dan ada yang mengarah pada kesyirikan.
Alhamdullilah,semoga dgn artikel ini saudara2 kita banyak yg sadar akan kesesatan sufi/tasawauf,di indonesia tercinta sejarah membuktikan ajaran manugaling kawulo lan gusti/menyatunya allah swt dan hambanya yg diajarkan syech siti jenar ditentang oleh para WALI SONGO,dengan hukuman pancung karna syech siti jenar sesat karna menggangap dirinya allah SWT,kalau semua muslim telah sampai tingkat maarifat/mengaku dirinya allah SWT tidak perlu lagi sholat&syariat,untuk apa nabi Muhamad SAW diutus
kita di dunia cuma perjalanan dan perjalanan itu penuh laka liku tp sejatinya semua kembali ke hadirat ALLAH swt.dan di alqur an kl cuma di baca teks nya di antara kaum muslimin pasti banyak perbedaan. kita harus mendalami nya kita hrs tau hadist yg komlit jgn separoh2 biar gak terjadi salah tapsir sadaraku baca lg dan pelajarilah alquran dan hadist dan kitab2 ulama tampa ulama kita tdk akan bisa memahami sesuatu yg di yakini. contoh salat contoh lg baca alquran dan sebagainya yang menyangkut ibadah kl kita cuma alquran dan hadis pasti byk yg salah jalan jd harus ada penfsiran ya penafsiran itu ya ulama ulama. seperti imam safii dan imam lainnya terima kasih
Ass. Menurut hemat saya, Penulis diatas pada umumnya mengambil “tulisan” dari sumber-sumber yg spekulatif kearah mendeskreditkan Para Sufi,.. padahal Sang Sufi yg doeloenya berasal dari orang – orang sufah dizaman Nabi Muhammad s.a.w disambut mesra oleh Rasulullah.
Wallahu-a’lam bishowabb.
Wass.
#Ruslianto
Beda antara sufi dengan kaum shuffah
ya allah ya rosulallah……..terimalah hamba sebagai umat mu ..
karna smua ksalahan ku,lalai ku dalam menjalankan semua perintahmu kini aku tkut akan murka mu……..kuat kan hamba ya robbb.
ma af numpang nimbrung,sy org awam kurang ilmu.sekarang banyak aliran….tp aku yakin yg benar adalah alqur an dan sun nah,yg pentang sy ber usaha apa yg di kerjakan nabi ( sun nah) itu yg sy ikuti semampu saya,yg lain,mudah2n akur2 aja,ada surga ada neraka,mau masuk surga ikuti nabi kita..mau masuk neraka ya ikuti iblis saja….
Berpikir baik, berkata baik, berprasangka baik, tawakal dan selalu berdzikir asma Alla. insyaAllah selamat dunia akherat.
meraih dunia sekaligus akhirat. Bukannya meraih akhirat saja. Kalau seluruh umat islam menganut sufi, waduh islam bakalan gak maju2. Thanks atas ilmunya. Maaf kalau ada yang tersinggung dengan koment saya. Hehehe
Assalamu’alaikum
Bagaimana cara menasehati orang yang berpaham sufi?
Terimakasih
Wa’alaikumus salam, bisa berbeda-beda tergantung : keadaan orang yang dinasehati (berat tidaknya syubhat, sifat dan status sosial orng tsb, dll), waktu dan tempat menasehati. Secara umum : do’akan, nasehati empat mata, dg bahasa yang bijak, hendaknya sebisa mungkin mendahulukan orang yg didengar ucapannya oleh org yg dinasehati , sebagai penasehat.
Syukron untuk tips nya,
jangan menasehati dulu, coba tabayyun. pahami se paham-pahamnya.
Setelah tabayyun (konfirmasi/cek) dan diketahui akar masalahnya ( kondisi dan kesalahannya), barulah dinasehati dengan cara yang bijak sesuai dengan hasil tabayyun tsb.
artikel di atas menunjukkan kedangkalan cara beragama & cara berpikir si penulisnya. saya tidak bakal menulis banyak2 soal hal ini utk si penulis. saya hanya berpesan: “riset dan buktikan dengan amalan2 sholeh seperti para kekasih2 ALLAH pendahulu2 kita yg telah mereka lakukan. ribuan khilafiyah di dunia ini tidak selesai2 karena ketololan. maka buktikan dulu bahwa di balik tembok itu ada kodok atau bukan. belum dibuktikan yang satu bilang ada yg satunya lagi bilang tidak. buktikan dulu jangan banyak omong. jangan main yakin itu benar ini salah. buktikan! baru kau bisa omong”. maaf kawan, saya tidak membela & memusuhi siapapun dalam hal ini. saya hanya sebatas mengingatkan kepada saudara sesama Islam agar tidak mudah membid’ahkan sesama umat Islam.
Bismillah,
1. “artikel di atas menunjukkan kedangkalan cara beragama & cara berpikir si penulisnya”—-> ini tuduhan yang harus Anda pertanggungjawabkan tidak hanya di dunia, namun sampai akherat, maka renungkanlah, apakah tuduhan Anda berdasarkan dalil?
2. Kedangkalan cara beragama Islam yang sesungguhnya adalah ketika memahami, meyakini , mengucapkan dan mengamalkan sesuatu tentang agama tanpa dalil dari Alquran atau As-Sunnah.
3. “jangan main yakin itu benar ini salah. buktikan! baru kau bisa omong”—> Apanya yang harus dibuktikan? Kalau masalah salahnya praktek beragama, maka cara membuktikan secara ilmiyyah bahwa sebuah cara beragama Islam itu salah adalah dengan dalil.
Dan keyakinan dalam beragama Islam itu dibangun atas dasar dalil, karena agama Islam itu sumbernya Alquran dan As-Sunnah.
4. ” agar tidak mudah membid’ahkan sesama umat Islam”—-> mudah tidaknya membid’ahkan itu bukan berdasarkan pandangan subyektif seseorang tanpa dasar dalil, kembalikan ke dalil, niscaya akan didapatkan siapa yang dikategorikan bermudah-mudahan atau berlebih-lebihan dalam menvonis bid’ah.
Kesimpulannya: Berbicara tentang agama Islam harus berdasarkan dalil Alquran atau As-Sunnah, karena Islam bukan produk manusia.
Saran: coba Anda buat tulisan tentang sufi berdasarkan dalil dengan pemahaman para Salafush Shaleh jika memang Anda bermaksud menasehati penulis dengan ilmiyyah. Barakallahu fikum.
Alhamdullillah.. semoga yang membaca mendapat jalan yang lurus…
coba sentuhlah air, apakah air itu panas atau dingin? minum air itu, manis atau asam? pendek kata “buktikanlah/ riset” terlebih dahulu baru berteori. jadi berkatalah yang jujur & benar sesuai fakta di lapangan melalui pengalamanmu & uji terlebih dahulu kebenarannya, sebab itu kelak yg dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. seorang penulis hendaklah menguji kebenaran, jika memasukkan data asal2an akan menjadi informasi / teori yg rusak. coba dengan hati dingin, telaah kembali di mana ketidak-akuratan data tsb. sebab saya setelah membaca ini malah bingung, tuduhan2an di artikel ini tidak benar, tidak seperti yang ada di lapangan, tidak cocok dengan fakta. kami tidak pernah melakukan hal yg seperti artikel sebutkan. nah jika demikian tidak sesuai fakta maka ini namanya tuduhan. jadi menurut saya data tidak valid. coba telaah saja diri anda sendiri dulu, telaah tulisan anda. janganlah demikian, sayangi sesama muslim-lah. jangan dalil dipakai utk memperindah tuduhan. itu tidak baik. sungguh tidak baik. saya hanyalah rakyat biasa, yg ingin agar kita sesama muslim hidup damai, melaksanakan ibadah dengan tenang.
Sekedar memberi saran :
1. Mari saling berbaik sangka, saya berbaik sangka kepada Anda, Andapun berbaik sangka kepada penulis.
Anda bisa kan berbaik sangka demikian:
“Tuduhan sedetail itu, kemungkinan besar penulis memiliki data yang valid” .
2. Tidak semua kenyataan di lapangan Anda ketahui kan? Sesuatu yang Anda tidak temukan di lapangan belum tentu benar-benar tidak ada di lapangan, bisa jadi pengamatan Anda kurang sempurna.
3. Saran untuk Anda, silahkan Anda kirim email ke penulisnya langsung minta data yg mnjadi referensi tulisan tersebut. Emailnya kan ada di bawah artikel di atas.
Assalamu’alaikum. sekedar ingin bertanya pak ustad / kyai. jadi penjelasan yang mana yg sudah benar-benar benar? yang sudah sesuai dengan keinginan tuhan? trims
Wa’alaikumus salam, yang benar adalah yang didasari dalil dari Alquran dan Al-Hadits yg shahih . Maka yg bertentangan dg dalil jangan diterima.
tapi saya sering bingung dengan para penceramah. tiap2 orang menafsirkan Alquran dan Al-Hadits berbeda-beda. tapi kalau dipikir tujuannya sama. apa yang menyebabkan tafsiran tiap ulama berbeda ya?
Selama perbedaan pendapat itu merupakan perbedaan yang didasari dalil yang dipahami dg kaedah-kaedah ilmiah sebagaimana yang para Salaf Sholeh terapkan,dg tujuan mencari kebenaran maka tidak masalah. Namun , jika suatu pendapat bertentangan dengan dalil yg tidak menggunakan kaedah ilmiah tersebut, maka tertolak, karena itu berarti menentang kebenaran , bukan mencari kebenaran.
Kalimat
Apakah para wali Allah SWT yang di beri karomah oleh Allah SWT itu justru punya tanggungjawab yang jauh lebih besar dari kita karena karomah itu bisa membuat seorang manusia berbuat kerusakan secara massive lahir dan batin
DI ganti dengan
Justru menurut hemat saya, para wali Allah SWT yang di beri karomah oleh Allah SWT itu punya tanggungjawab yang jauh lebih besar dari kita karena karomah itu bisa membuat seorang manusia berbuat kerusakan secara massive lahir dan batin jika di salah gunakan.
Barakallah..
artikel ini sangat bermanfaat. Sangat mudah dipahami penjelasannya.
Terimakasih!!
https://books.google.com/books/about/MENGENAL_TASAWUF_RASULULLAH.html?hl=id&id=jsJhDwAAQBAJ
Buat menjawab tuduhan dari kaum wahabi bahwa tasawuf itu syirik,sesat,murtad,bid’ah
Untuk saya pribadi Sampai saat ini saya tidak menghargai tasawuf zaman ini dan tektek bengeknya. sory…saya tidak mau taklid buta sekalipun pada habaib atau ulama terkenal dengan klaim wali sekalipun… nonono….sampai saya pelajari dan jelas bagi pemahaman saya bahwa itu benar…
Alhamdulillah Insyaallah inilah yang mendekati kebenaran karena tidak hanya mengungkapkan pendapat tapi alasan dan hujjah yang kuat ikut disertakan terlebih dari Alquran Dan Sunnah yang sohih
Barakallah Fikkum @muslim.or.id
Dimana saya bisa baca buku hadist yg di sebutkan diatas?
sudah selayaknya kita saling mendoakan diantara sesama umat islam agar tetap pada ridho-Nya…..buat penulis….salah benar menurut manusia belum tentu dimata Allah……dihawatirkan kita terjebak dengan sifat sombong….jangan langsung menyalahkan…..maaf….mungkin kita yang belum cukup ilmu….
selamat berpuasa….mohon maaf lahir bathin……
Semoga yang baca hafal
Iman setiap orang tentu berbeda cara dan prosesnya. Saya memilih instropeksi diri dahulu sebelum asal mengetik yang hanya untuk Menjelek – jelekkan umat islam yang laen. “Perbaiki dulu iman dan akhlakmu” bila hatimu telah tenang, tidak mungkin kamu jumpai keburukan pada ciptaan Allah yang lain. Atau karna kamu dengki terhadap ibadah orang lain.
Zazakumullah atas paparannya.
Akhir zaman, harus hati hati dalam beramal. Memang untuk orang awam seperti saya akan sangat sulit mengenali ulama yang baik dan yang menyesatkan …
Sampai hari ini… Yang saya ambil amalan2 sederhana yang dicontohkan Rosulullah dan yang jelas ada sumbernya quran dan sunnah.
Amalan dan pemikiran yang aneh aneh, ucapan ucapan para ustadz tanpa dasar sumbernya yang bikin otak muter 7 keliling saya tinggalkan dan saya tidak mempercayainya sampai jelas dan yakin apakah ada sumbernya dari quran dan sunnah.
Assalaamu Alaikum
Ana Syakir
Ingin bertanya
Apakah boleh saya membaca/ mnyalin ilmu” dari sini
Kemudian saya share?
Jadzakallaah khair