Pada saat sesi tanya jawab kajian risalah Ushul Tsalastah di masjid Nabawi, Madinah An-Nabawiyyah, Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili mendapatkan sebuah pertanyaan,
Soal:
Sebagian orang menyerukan untuk menjauhi dakwah wahabi. Bagaimana menjelaskan kepada mereka?
Jawaban Syaikh Ibrahim:
Tidak ada agama yang namanya wahabi. Yang ada adalah dakwah tauhid yang telah dibawakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dahulu, dan para ulama rabbani, telah ikut andil mendakwakannya. Di antara mereka adalah Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah.
Syaikh Muhammad bin Abdulwahab tidak datang membawa agama baru. Ini salah satu karyanya, ada di hadapan kita (kitab Ushul Tsalastah).
Kita baca bersama, kemudian kita jelaskan setiap pemaparannya. Anda semua menyaksikan, bahwa orang ini tidaklah menjelaskan suatu masalah melainkan menyebutkan “dan dalilnya adalah ini (kemudian beliau menyebukan ayat Al Qur’an atau hadist)”, tanpa berlebih-lebihan dalam menjelaskan, gaya bahasa yang beliau gunakan mudah.
Siapa yang membaca karya tulisnya, ia akan tahu bahwa beliau adalah muttabi’ (pengikut tuntunan Nabi shallallahu’alaihiwasallam) bukan mubtadi’ (orang yang membuat ajaran baru).
[su_highlight background=”#fff454″]Bahkan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah tidak pernah ridha, apabila seruan dakwahnya dijuluki dakwah wahabi. Julukan ini, baru muncul setelah beliau meninggal dunia.[/su_highlight]
[su_spacer]
Yang ada justru malah sebaliknya, beliau rahimahullah mengatakan, “Saya mengajak manusia kepada tauhid serta mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan jejak para salafus shalih.”
Beliau juga mengatakan kepada para penentang dakwah beliau, “Saya mengikuti imam mazhab yang empat. Siapa di antara kalian yang bermazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i atau Hambali, maka saya akan mendakwahi mereka melalui perkataan-perkataan imam mazhab mereka”.
Ini menunjukkan, bahwa apa yang beliau dakwahkan, sama seperti yang didakwahkan oleh para ahli fikih (imam mazhab yang empat, pent).
Ini sebagai bantahan terhadap tuduhan dusta kepada beliau, yang sudah tersebar bahwa beliau melarang segala bentuk taklid dan mencela para Imam mazhab yang empat dan pengikutnya. Padahal (kenyataannya), beliau berlepas diri dari semua uduhan ini.
Namun, demikianlah watak orang-orang yang tidak menyukai tersebarnya kebenaran. Bila mereka tak mampu lagi melawan dengan argumen, mereka menempuh jalan lain, yaitu berdusta, menfitnah dan memutar balikkan fakta.
Semua tuduhan dusta ini sama sekali tidak membahayakan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah. Bahkan Allah ‘azza wa jalla telah mengangkat namanya, menolong dakwahnya serta menjadikan apa yang beliau dakwahkan bermanfaat untuk segenap kaum muslimin.
Sampai saat ini, kita merasakan tentramnya hidup di negeri ini (Saudi Arabia), yang merupakan hasil dari dakwah yang penuh berkah ini (dakwah tauhid) setelah taufik dari Allah. Karena Allah ‘azza wa jalla telah menetapkan adanya sebab pada segala hal.
Taufik ada di tangan Allah, dakwah ini merupakan sebab dari sebab-sebab taufik Allah untuk umat ini, serta kembalinya mereka kepada agama mereka (Islam), dan kepada mengesakan Allah semata, melalui dakwah yang penuh berkah ini (dakwah tauhid).”
***
Diterjemahkan dan didengar langsung oleh: Ahmad Anshori
Simak rekamannya disini (pada menit 00.00-02.14)
Artikel: Muslim.or.id
Beliau juga mengatakan kepada para penentang dakwah beliau, “Saya mengikuti imam mazhab yang empat. Siapa di antara kalian yang bermazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i atau Hambali, maka saya akan mendakwahi mereka melalui perkataan-perkataan imam mazhab mereka”.
Assalaamu’alaikum, wr.wb.
Akhi fillah, perkataan beliau ini benar2 dahsyat. Tetapi saat ini saya kecewa dengan kawan2 dari Salafy.
Tanpa mengurangi hormat, kita akui mayoritas kaum muslim di Indonesia mengikuti Syafi’iyah. Studi sejarah juga menyimpulkan datangnya Islam ke Nusantara dibawa oleh ‘Ulama daerah pesisir Yaman s/d India melalui jalur perdagangan laut, dan mereka mayoritas dari madrasah2 Syafi’iyah.
Tetapi yg saya dapati sekarang, di kajian2 Salafy, baik ceramah, kitab, buku, artikel, dll selalu yg dinukil fatwa2 dari Imam Ahmad, Syaikh Ibnu Taymiyyah, Syaikh Ibnu Qayyim, Syaikh Albani, Syaikh Bin Baz, Syaikh Utsaimin, dkk.
Tidak pernah / jarang saya dengar nukilan2 dari Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Imam Rafi’i, Imam Ghazali, maupun ‘Ulama Syafi’iyah generasi sekarang yg populer misalnya Prof Wahbah Zuhaili dan Musthofa Bugho. Bahkan di Banjarmasin dimana saya tinggal, Masjid Salafy yg terkenal bernama Masjid Imam Syafi’i, tapi apakah ada kitab2 Syafi’iyah yg diajarkan disana?
Saya melihat contohnya Ustadz Abduh Tuasikal di website beliau mulai banyak menukil fatwa2 dari ‘Ulama Syafi’iyah, dan juga Ustadz Arifin Badri yg lebih memilih berpakaian dengan peci hitam, baju muslim batik, dan sarung. Beliau2 itulah yg menurut saya menjadi contoh yg sangat baik bagi dakwah di Indonesia ini. Betapapun jeleknya tradisi leluhur kita, pasti ada yg baik yg bisa kita lestarikan dimana masih selaras dengan hukum Islam.
Saya ingat Mufti Saudi, Syaikh Shalih alu Syaikh, menulis artikel yg dimaktud oleh Muslim.or.id, beliau berkata bahwa perbedaan mahzab bukan terjadi dikalangan Ahli Fikih saja, tetapi pendapat2 Ahli Hadis pun memiliki mahzabnya masing2. Berarti betapapun hadis itu dinilai lemah oleh Syaikh Albani, tetap sah2 saja jika dikomparasi oleh ‘Ulama2 lainnya yg menilai hadis itu hasan, dan masyarakat bebas memilih pendapat ‘ulama yg diikutinya.
Jazakallahu khairan.
Jazakallahukhoiron atas masukannya..
Jazakallahukhoiron atas masukannya…
Terus kalau ustadnya tidak berdasarkan hadist sahih atau quran tp berdasarkan sesuatu yg ditambahkan oleh ulama, hrs diikuti? Logikanya kalau bukan dr quran dan hadits berarti itu dr siapa? Terima kasih infonya, artikel ini sangat membantu, saya dr dulu ga paham apa itu wahabi, dan taunya ya kata org itu paham sesatlah apalah. Justru ternyata masuk akal.
Jika semua harus dikembalikan kepada alquran dan hadist maka kita juga harus mengikuti alur cara dan manhaj dalam memahami dan mengkajinya seperti Ulmul Quran, ulumul hadist, Ushul Fikih, Hingga perangkat dari ilmu bahasa arab. Sehingga tidak dikhawatirkan ada benturan satu dengan lain. Karena setiap mujtahid memiliki cara pemahaman berbeda dalam alquran dan hadist yang karena sebab adanya perangkat yang sangat banyak. Sehingga perbedaan adalah suatu Keniscayaan yang tidak mungkin di bantah.
Cobalah untuk saling menghargai perbedaan karena cara setiap orang berijtihad memahami lingkungan itu juga cara yang berbeda2 namun tetap dalam koridor syariah.
Terakhir, Sebaiknya teman2 dan saudara2 dari Salafy agar tidak memprovokasi saudara2 muslim lainnya dengan ucapan2 yang memecah belah. Mengatakan sesat, syirik, bid’ah dan lain-lainya. Karena setiap saudara kita memiliki pemahaman yang berbeda di setiap amaliyah mereka.
Wallahu a’lam bis showab.
Assalamu’alaykum. Afwan apakah kolom komentar ini tidak dimoderasi? Komentar “masyarakat bebas memilih pendapat ulama yg diikutinya” ini rawan disalahartikan oleh orang awam-yang tolok ukur mereka : ulama adalah siapapun yg berbicara di atas mimbar. Bahkan ahlul bid’ah dan syubhat pun mereka gelari ulama.
Jazakumullahu khairon atas masukannya.. barakallahu fiikum
Untuk lebih jelasnya kita sepakati dulu bahwa ada dua firqoh Wahabi , yang pertama adalah Muhammad bin Abdul Wahab, dan yang kedua Abdul Wahab bin Abdul Rahman bin Rustum Al khariji yang merupakan pecahan wahabbiyah ibaddiyah yg berpaham khawarij jadi inilah Wahabi yang menjadi pobia bagi kebanyakan umat Islam Indonesia terutama kalangan NU