Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita agar melaksakan taat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh, taatilah Rosul-Nya dan pemimpin kalian.” (An Nisa’: 59)
Para ulama menjelaskan ayat di atas bahwa ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya merupakan ketaatan yang mutlak, sedangkan ketaatan kepada makhluk itu tergantung pada ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Jika makhluk itu mengajak kepada perbuatan maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mengikutinya. Karena tidak ada taat kepada makhluk dalam maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya. Sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada ketaatan kepada siapa pun dalam maksiat kepada Alloh, ketaatan hanyalah dalam perkara yang baik menurut syariat.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Tetapi apa yang terjadi pada kaum muslimin? Di antara mereka ada yang menentang perintah Alloh dan Rosul-Nya, menentang Al Qur’an, menentang sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam padahal dalil tersebut sudah jelas bagi mereka. Mereka lebih memilih pendapat pemimpin golongan mereka, orang yang mereka anggap sebagai wali, pendapat Pak Kyai atau orang alim meskipun jelas-jelas pendapat tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sampai-sampai mereka menghalalkan sesuatu yang Alloh Ta’ala haramkan, dan mengharamkan sesuatu yang Alloh Ta’ala halalkan demi mengikuti pendapat seseorang. Karena inilah mereka telah menjadikan tuhan-tuhan selain Alloh Ta’ala. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka jadikan orang-orang alim dan rahib-rahib (pendeta-pendeta) mereka sebagai Tuhan selain Alloh.” (At Taubah: 31)
[lwptoc]
Kami Tidak Menyembah Mereka
Ketika mendengar ayat ini dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu yang dulu beragama nasrani berkata, “Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”. Kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bukankah mereka mengharamkan yang Alloh halalkan kemudian kalian ikut mengharamkannya, dan mereka menghalalkan yang Alloh haramkan kemudian kalian ikut menghalalkannya?” Kemudian sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu menjawab, “Ya!” Rosululloh berkata, “Itulah bentuk peribadatan kalian kepada mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Inilah yang disebut syirik dalam ketaatan. Oleh karena itu, Syaikh Muhammad At-Tamimy rohimahulloh Ta’ala memasukan hadits di atas dalam Kitab Tauhid karya beliau pada bab: Barang siapa yang menaati ulama dan pemimpin dalam mengharamkan yang dihalalkan oleh Alloh dan menghalalkan yang diharamkan oleh Alloh, maka dia telah menjadikannya sebagai tuhan-tuhan selain Alloh.
Marah Karena Alloh Ta’ala
Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata, “Hujan batu dari langit akan segera menimpa kalian. Aku katakan, ‘Rosululloh berkata demikian-demikian’, namun kalian mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata demikian’.” Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma marah karena ada yang menentang perkataan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma. Padahal Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menginformasikan bahwa mereka berdua termasuk penghuni surga, bahkan Abu Bakar dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma adalah orang yang paling utama di antara umat ini dan orang yang pendapat-pendapatnya lebih mendekati kebenaran. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mentaati Abu Bakar dan Umar, kalian akan mendapat petunjuk.” (HR Muslim). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Kalian wajib mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, peganglah dan gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Hatim, shohih)
Jadi apabila ada yang menentang perkataan atau hadits Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan Abu Bakar dan Umar saja terlarang, bagaimana lagi jika menentang hadits Rosululloh dengan pendapat atau perkataan selain mereka berdua? Tentunya lebih terlarang lagi. (Lihat Al Qoulul Mufid 2/88-89).
Perkataan Ulama’ Tentang Menentang Hadits
1. Imam Abu Hanifah rohimahullohu
- “Tidak halal bagi seorang pun untuk mengambil perkataan kami jika dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya”.
- “Jika saya menyampaikan perkataan yang bertentangan dengan Kitabulloh dan hadits Rosululloh, maka tinggalkanlah perkataanku”.
2. Imam Malik rohimahullohu
- “Sesungguhnya saya hanyalah manusia, kadang salah dan kadang benar, maka telitilah pendapatku. Yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah ambillah dan yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah tinggalkanlah”.
- “Pendapat semua orang dapat diterima atau ditolak kecuali perkataan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam”.
3. Imam Syafi’i rohimahullohu
- “Jika suatu hadits itu shohih, maka itulah pendapatku”.
- “Seluruh kaum muslimin sepakat bahwa jika ada yang mengetahui hadits Rosululloh, maka dia tidak boleh meninggalkannya karena mengikuti pendapat seseorang”.
Imam Ahmad rohimahullohu
- “Janganlah engkau mengekor kepadaku, Malik, Syafi’i, Auza’i, dan Ats-Tsaury. Ambillah dari sumber mereka mengambil”.
- “Barang siapa menolak hadits Rosululloh maka dia dalam jurang kehancuran”. (Lihat Sifat Sholat Nabi hal 47-53).
Demikianlah perkataan para ulama yang melarang kita menentang hadits Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan pendapat seseorang. Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk memperhatikan hal ini. Hanya kepada Alloh Ta’ala kita memohon supaya kita termasuk orang-orang yang selalu mendahulukan perkataan Alloh dan Rosul-Nya dari pada perkataan manusia, dan menjadikan kita selalu berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Wallohul Musta’an.
***
Penulis: Abul Abbas Didik Suyadi
Artikel www.muslim.or.id
lha kalau mengkultuskan ulamanya dan kalau yang mengisi kajian kalau bukan ulamanya ngak mau mendengarkan malah di teras ngobrol sama temannya kejadian ini sering saya pantau pada bulan Romadhon
kyai itu apaan sih…?
aneh judulnya. karena hanya orang goblok saja yang mengatakan bahwa saya menyembah kyai. kyai dihormati karena ilmu dan alimnya. kita mengenal figur tentang rasul, karena mereka mengajarkan ilmu kepada kita. jadi hanya sebagai sababiyah/perantara saja. kyai itu seperti guru, seseorang yang harus kita hormati. lalu orang macam apa, bila kita tidak menghormati mereka.
orang yang yang menjadikan kiyai sebagai sesembahan selain Allah adalah orang yang bodoh & goblok, ingatlah wahai saudaraku kalo qita bersandar kepada kiyai maka qta akan tersesat selama-lamanya..! tapi kalo qta bersandar kepada Allah & Rosul-Nya maka qta tdk akan tersesat selama-lamanya
yah, gitu deh sifat manusia: ada yang inginnya dikultuskan atau ada yang inginnya mengkultuskan. ngeliat orang punya ilmu tinggi, ilmu kanuragan, ilmu apalah udeh maen dikultuskan saja. syirik tuh namanya.
bahkan ada sebagian anggota partai tertentu yang berani mati demi ketua dewan partai tersebut. padahal di Al-Qur’an udeh dikasih tau tuh. Inna Sholati wa Nusuki Wa mahyaya wamamati lillahi robbil alamin. mati dan hidup hanya untuk Allah, bukan untuk kyai apalagi kyai stress pro zionis.
Kiyai dihormati dan diikuti karena ilmunya saya nda yakin ada orang yang menyembah kepada kiyai. saya bersyukur masih ada orang belajar ttg agama islam (kiyai) kemudian mensyiarkan kepada orang lain.
Dalam kitab klasik TA`LIMUL MUTA`ALLIM karya Imam Az-Zarnuzi, berisikan etika agar dalam menuntut ilmu, mendapatkan ilmu yang berkah, adalah memuliakan guru. tentu saja guru yang benar-benar guru.
Ali bin Abi Thalib,salah satu sahabat nabi,mengatakan saya adalah budak orang yang telah mengajariku, walau cuma satu huruf. Jika ia mau maka ia dapat menjual atau memerdekakanku.
Keteladanan para ulama dulu dalam memuliakan guru bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi bangsa ini. Imam syafei adalah orang yang sangat menjaga etika didepan gurunya, Imam Malik. Hingga saat membuka lembaran-lembaran kertas kitabnya, Imam Syafei membukanya dengan pelan-pelan agar tidak terdengar oleh gurunya, karena rasa hormat yang luar biasa kepada gurunya. Walaupun mereka berbeda pendapat dalam hal doa qunut,tapi mereka tidak pernah saling mencaci atau membidahkan amalan masing-masing. Tapi saling memuji antara guru dan muridnya.
Imam Ahmad bin Hambal tidak kalah dahsyatnya mencintai dan memuliakan gurunya,yaitu Imam Syafei. Imam Ahmad bin Hambal ernah mengaku bahwa selama empat puluh tahun, dia tidak pernah lupa mendoakan gurunya ketika bersujud dalam salatnya. karena kemuliaan etikanya itulah, Imam Ahmad bin Hambal memperoleh keberkahan ilmu yang bisa dirasakan kita sampai saat ini.
Ada kisah menarik ketika Khalifah Khalifah Harun Al Rasyid mempercayakan kedua putranya, Al-Amin dan Al-Ma`mun kepada seorang guru bernama Imam Al kisa`i untuk menuntut ilmu.
suatu ketika sang guru hendak berdiri dari duduknya, dan keluar, pergi dari sisi kedua muridnya. Kemudian kedua muridnya, anak Khalifah Harun Al Rasyid, saling berlomba menuju kedua sandal Al Kisa`i, untuk dihaturkan dan disiapkan kepada sang guru. Akhirnya masing-masing mendapat satu sandal, dan mempersilahkan sang guru untuk memakainya.
Ketika hal ini diketahui oleh sang Khalifah Harun Al Rasyid, ia bertanya kepada Al kisa`i, siapahkah manusia yang paling mulia ?. Ammirul mukminin jawab Al Kisa`i. Bukan jawab Khalifah Harun Al Rasyid. Teatapi orang yang paling mulia adalah putra Ammirul Mukminin yang terlebih dahulu menang saat menyiapkan sandal gurunya. Karena jawaban itu, membuat Al Kisa`i merasa bersalah, akhirnya Al-Kisai` melarang kedua muridnya untuk melakukan hal yang sama.
Namun ternyata hal tsb membuat sang Khalifah marah.
Jika kamu melarang kedua putraku utk hormat dan berbakti kpd mu maka aku akan mencelamu, kata Khalifah harun Al Rasyid. karena sesungguhnya mereka berdua tidak tidak melakukan sesuatu yang menjatuhkan harga diri mereka. Bahkan perbuatan itu menambah kemuliaan mereka. Aku akan memberi mereka hadiah sebesar dua puluh ribu dinnar atas budi pekerti mereka. Aku juga akan memberibu sepuluh ribu dirham atas didikanmu terhadap anakku, tegas sang Khalifah.
Hilangnya penghormatan kepada guru/ulam/kyai, menyebabkan hilangnya barokah ilmu. Hilangnya barokah suatu ilmu menyebabkan hilangnya barokah suatu umat. Karena hidup tanpa ilmu yang barokah ibarat, mayat hidup bejalan tanpa nyawa.
salah satu bentuk kita menghormati guru/kyai adalah tetap mengakui jasa-jasanya dalam mendidik dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada kita. karena tidak ada istilah bekas guru. Tetap mengakui guru kita sebagai guru. Mendoakannya, menghormatinya layaknya orang tua kita sendiri.
Itulah sekelumit catatan, agar kita tidak terjebak oleh pemikiran yang sempit, karena sesungguhya kemusyrikan itu banyak sekali dihadapan kita. Tapi kita yakin menghormati guru/kyai seperti kisah-kisah tsb, bukan berarti kita menyembah mereka. wassalam
Kepada semua pemberi komentar, rahimakumullah, hendaknya membaca artikel dengan lengkap dahulu.
Yang dimaksud menyembah kyai disini bukanlah selalu artinya bersujud dihadapan kyai, namun seseorang yang lebih membela perkataan kyainya meskipun perkataan sang kyai bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah,
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bukankah mereka mengharamkan yang Alloh halalkan kemudian kalian ikut mengharamkannya, dan mereka menghalalkan yang Alloh haramkan kemudian kalian ikut menghalalkannya?” Kemudian sahabat Adi bin Hatim rodhiyallohu ‘anhu menjawab, “Ya!” Rosululloh berkata, “Itulah bentuk peribadatan (penyembahan) kalian kepada mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Assalamulaikum, afwan, coba antum melihat artikel ini sekali lagi, dan mengganti seluruh kata KYAI menjadi USTADZ, antum baca sekali lagi, dan antum merenung sambil mohon hidayah Alloh. – Sesungguhnya manusia itu merugi, kecuali mereka yang nasehat-menasehati dalam kebaikkan –
alhamdulillah…ana telah menemukan (kembali) fitrah ana yang terkena brain storming. saudara/i-ku,doakan ana ya…
ana mengenal salafy sejak SMA,trus dilarang sama ortu,trus “dimotivasi” kakak2 yang aktifis partai dakwah dan ditempatkan di garda depan siyasah thulabbiyah.ternyata…bagaimanapun memang fitrah ana hanya bisa menerima kebenaran…alhamdulillah…
jgn saling memaki sesama muslim ente bicara begitu berarti ente sdh menyembah nafsunya sendiri apa ente tdk sadar , memang jk org krng ilmu slalu ngotot ,kata : sembah : berasal dari hindu seharusnya terjemahan al-qur’an dari kata : ibadah diartikan taat,patuh,tunduk,menghambakan diri,kepada allah , karna ibadah terdiri dari huruf ain. ba , dal seperti ; *a’bud dan ‘ibadillah dan laa ta’budu dan lain lainnya , ingat bangsa ini berasal dari hindu sebelum islam masuk , kemusyrikan zaman sekarang lebih berbahaya dari kemusyrikan zaman dulu maka berhati hatilah apalagi menyangkut kuburan orang shaleh.
he…he…
kalau dilarang menyembah kyai memang benar karena Allah yang patut disembah,,,,begitu juga kami tidak menyembah kyai…salah paham mas…tabayyun dulu deh….
btw menyembah ustadz juga tidak boleh loh…termasuk ustadz salafi dan syaikh2 salafi…
ini baru adil….
sebaiknya tabayun dulu dan jangan terpengaruh tulisan ‘provokatif’ semisal dalam buku seorang wartawan ustadz hartono ahmad jaiz….
setiap apa yang dituduhkan akan menuntut pertanggungjawaban….
@Dody Kurniawan
sebaiknya antum yang harus tabayun :)..
di dalam manhaj salaf, jika seorang ustadz atau ulama menyampaikan sesuatu, maka para murid harus mengetahui landasan yang di ucaokan oleh ustadz atau ulama tersebut…
bukankah di masyarakat kita banyak menyebar kalimat2 semisal “kiai kita ini pasti benar,maka kita ikut aja” atau “wong mbah2 kita dari dulu sudah begini,ya kita jangan menyelisihi mbah2/kiai2 kita”…
Setahu saya, dalam ilmu ushul fiqih taklid dibolehkan bagi kalangan awam. “Fas’alu ahla dzikra ingkuntum la ta’lamun”. Apakah di sini maksudnya dilarangan taklid?
Pada beberapa kasus ketika ilmu yg kita miliki terbatas/kemampuan kita untuk menelaahnya terbatas maka memang kita boleh ta’lid, tapi yg perlu diperhatikan menuntut ilmu agama yg sifatnya fardhu ‘ain itu wajib sehingga kita terus berusaha mencari yg benar diantara pendapat2 ulama/ustadz. Yg jadi masalah adalah skr banyak orang2 yg ta’lid kepada satu ustadz/ulama kemudian dia menutup diri (menolak mentah2/tidak menelaah dulu) dari pendapat2 ustadz/ulama yg lain. Seharusnya dia menelaah dulu dari pendapat2 ustadz/ulama yg ada tersebut dan mengambil pendapat dengan dalil yg kuat.
Iya, sekarang banyak orang yang hanya merujuk ulama tertentu…kalau gak syeikh fulan tidak mau….
Menghormati kyai yang merupakan guru pembimbing dalam bidang agama memang merupakan kewajiban kita, yang menjadi masalah adalah menganggap bahwa mereka tidak pernah salah dan dan mengiyakan semua perkataan mereka tanpa merujuk ulang quran dan hadits..nah maka hal ini akan masuk ke dalam permisalan di ayat At Taubah:31. Dan memang hal ini sering terjadi di pesantren2 kita, sehingga perkataan kyai adalah sabda pandita ratu yang harus ditaati benar atau salah, dan kita tidak boleh tutup mata dengan kenyataan ini.
Sehingga terdapat salah paham pada saudara2 kita yang kontra terhadap artikel di atas dengan menangkap kesan pelarangan penghormatan terhadap kyai. Bukan penghormatan yang dilarang tapi taqlid buta itu yang berbahaya dan punya potensi kesyirikan..dan bahkan disamakan dengan menuhankan nabi Isa pada ayat tsb. Sehingga tak ada bedanya kita dengan orang kristen…
abu muhammad
6th February 2009 pada waktu 9:37 am
@Dody Kurniawan
sebaiknya antum yang harus tabayun :)..
di dalam manhaj salaf, jika seorang ustadz atau ulama menyampaikan sesuatu, maka para murid harus mengetahui landasan yang di ucaokan oleh ustadz atau ulama tersebut…
….
Pada prakteknya ada loh mas yg gak seperti itu… kadang2 ustadz salaf ada yg cuma bilang menurut syaikh fulan begini begitu tanpa menjelaskan dalilnya (mungkin sih karena pengen praktis aja kali ya)
Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa ada juga pihak yang hanya membatasi belajar kepada masyayikh tertentu, dan menganggap kebenaran hanya ada pada masyayikh mereka.
kita perlu mewaspdai gejala yang dinamakan dengan “foedalisme agama” yaitu ditandai dengan munculnya rasa ke’ningratan’ di kalangan orang-orang tertentu dalam kehidupan beragama. mereka merasa diri mereka adalah golongan kelas satu dalam agama, seperti yang terjadi di kalangan sebagian habaib, gus (anak kyai),utadz, kyai dll. mereka dalam aktifitas keagamaan mereka melakukan yang dinamakan ‘pembodohan agama’, mereka membuai masyarakat dengan ceramah-ceramah mereka yang mengajak ke bid’ah dan khurafat dengan dibungkus dengan dalil-dalil syar’i. ceramah mereka bersifat pembodohan, bukan pencerahan, penulis berkali-kali menjumpainya dalam acara-acara perayaan yang ada di kampung penulis.
tidak bisa dipungkiri bahwa kita memang wajib menghormati ‘ulama’, akan tetapi kita tidak boleh taqlid pada mereka. jangan sampai kita mengatakan: “pokoknya kata habib, atau ustadz, atau kyai fulan begini ya begini”. kita hanya wajib untuk ber”taqlid” pada al qur’an dan sunnah saja, wallahu a’lam.
nah gitu dong.. seharusnya ga hanya Ibnu Taimiyah & Syeich Albani saja yg dijadikan panutan..
sebaiknya memang dioelajri secara tuntas, bukan setengah2. antara syirik dan tidak jaraknya sangat tipis. makanya kita harus saling mengingatkan.. dilain pihak guru dianggap sebagai seseorang yang dapat mengarahkan jalan kepada Allah. tapi jangan salah guru juga manusia biasa, bukan rosul. menurut saya yang baik dan benar kita ambil tapi yang salah atau tidak benar ya jgn diikuti. apa guru tidak bisa bersalah.. tidak pernah salah… mari kita kaji dan berebut jalan yang lurus dan diridhoi oleh Allah SWT.. amin…
Sementara ini banyak para kiayi,ustazd ,mubaligh dan para tukang khotbah Jum’at yang menganjurkan untuk mengadakan perayaan hari kelahiran/maulud Nabi Muhammad Shalalahu Alaihi Was’sallam dengan menyampaikan hadits “barang siapa yang menyumbang 1 dirham untuk perayaan hari kelahiranku …………. “,maka mereka yang melakukan/menyelenggarakan peringatan maulud tsb termasuk mereka yang menyembah kiayi.
@ abu ja’far & abu muhammad
Benar sekali. Jika berdebat dgn mereka tentang ibadah2 mereka yg tidak ada dasarnya itu ujung2nya mereka memberi cap pada lawan debatnya dengan sebutan yang wahabi lah, pemecah belah umat, ekstrim, yg muhammadiyah lah dll, setelah mereka tidak mampu menunjukkan dalil-dalil dari qur’an & sunnah selain perkataan dari kiai mereka yg tidak berdasar. Setelah saya telusuri ternyata hal ini dikarenakan dalam golongannya memang tidak dibiasakan untuk bertanya apa dasar (qur’an & sunnah) perkataan kiai-nya dan berfikir berdasar sunnah & qur’an. Menanyakan dasar (qur’an & sunnah) pendapat dari kiainya adalah hal yg tabu bahkan tidak sopan, bahkan sebagian mereka mengancam dengan kata ‘kualat’. Dengan demikian mereka memang dibiasakan untuk tidak menggunakan akal & pikirannya alias taqlid pada kiainya. Inilah kesalahan serius dalam golongan ini,yaitu mereka yg menyebut diri mereka islam tradisionalis. Mendebat mereka sia-sia saja.
Assalamu’alaikum.
Kpd Yth. Redaksi Muslim.or.id
Ana ingin mengirim tulisan (artikel). Mohon informasi bgm caranya.
Ana tunggu balasannya ke email ana.
Syukran jazakumullahi khairan katsiran.
Wa’alaikumus salam.
@ Nursanjaya
Silakan dikirim ke [email protected] dan di-CC ke [email protected]
Jelas. Kalau Orang Mekkah sana yang mendirikan kerajaan dan tidak sesuai serta tidak punya dasar dalam Al-Quran dan Hadis, maka kami juga menolaknya. Tidak hanya kyai. orang yang bajunya seputih salju pun serta sampai menjulur ketanah sekalipun kalau banyak bicara, menfitnah, provokatif, menebarkan kebencian, menghina ulama, menghina Nabi, dan Alloh. maka jelas kami menolaknya.
ALLAHU AKBAR
ada perbuatan ibadah harus ada dalilnya,jangan hanya modal niat baik saja, kalo bgitu orang yg menzinahi janda gak berdosa dong karna niatnya baik untuk menghilangkan kesepiannya.
“DAN JANGANLAH KAMU MENGIKUTI APA YANG KAMU TIDAK MEMPUNYAI PENGETAHUAN TENTANGNYA. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(Q.S. Al-Isra’ : 36)
Sudah jelas Alloh melarang kita untuk taqlid buta, adakah yang mau membantah Firman Alloh?
Sebutan Kyai itu untuk macam2 bahkan ngawur, tidak tepat. Ada sebutan Kyai yg untuk seorang ustadz/ulama, ada yg untuk seorang dukun, ada yg untuk menamai keris, tombak, perisai, kereta kuda dan bahkan di Solo sana ada kebo dikasi gelar Kyai. Jadi mohon, berilah sesorang yg berilmu agama tinggi & lurus sesuai ajaran Rosul dgn Ustadz. Bedakanlah Kyai dengan Ustadz, karen itu turut menjaga ajaran agama Islam.
Menghormati guru wajib,tapi kalau taqlid bisa-bisa jadi syirik