One Day One Juz, satu hari satu juz, suatu kiat yang sangat bagus dalam membaca Al Qur’an lebih-lebih lagi jika bisa dirutinkan ditambah dengan mentadabburi setiap ayat yang dibaca. Namun yang lebih baik adalah membaca Al Qur’an disesuaikan dengan kemampuan. Membacanya pun dilakukan secara diam-diam, tak perlu dengan menampakkan dan memamerkan pada orang lain.
Lihatlah contoh ulama salaf di masa silam. Budak perempuan Ar Rabi’ bin Khotsim berkata, “Ar Rabi’ biasa beramal secara sembunyi-sembunyi. Ketika ada seseorang datang menemuinya, ia segera menutupi mushafnya yang sedang dibuka.”
Ibnul Jauzi berkata, “Ibrahim An Nakha’i ketika membaca mushaf lalu ada yang masuk menemui beliau, beliau menutupi Qur’annya.”
Asalnya, amalan membaca Al Qur’an tidak ditampakkan pada orang lain. Membaca Al Qur’an One Day One Juz juga demikian kecuali jika ingin memotivasi orang lain. Namun tetap asalnya adalah amalan sunnah itu disembunyikan.
Abu Bakr Al Maruzi, murid dari Imam Ahmad berkata bahwa beliau pernah bersama Imam Ahmad selama empat bulan bersama pasukan tentara. Namun beliau tidak pernah luput dari shalat malam dan membaca Al Qur’an di siang hari. Akan tetapi, aku sendiri tidak mengetahui apakah beliau mengkhatamkan bacaan Al Qur’annya. Sifat beliau adalah selalu menyembunyikan amalan.
Ingatlah,
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
“Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.”( HR. An Nasa-i no. 3178. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sebagaimana dalam sedekah diperintahkan untuk sembunyi-sembunyi. Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, di antaranya,
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya. (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).
Para ulama katakan bahwa penyebutan tangan dan kiri di sini hanyalah ibarat yang menggambarkan sedekahnya benar-benar dilakukan secara diam-diam. Tangan kanan dan kiri, kita tahu begitu dekat dan selalu bersama. Ini ibarat bahwa amalan tersebut dilakuan secara sembunyi-sembunyi. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.
Nah … Sama halnya dengan membaca dan mengkhatamkan Al Qur’an lebih baik dilakukan sembunyi-sembunyi agar dijauhkan dari riya’ dan tidak ikhlas.
Dan memang kebiasaan para ulama rajin mengkhatamkan Al Qur’an.
Anak dari Al Hafizh Ibnu ‘Asakir yaitu Qasim pernah menceritakan tentang ayahnya, ia berkata, “Ayahku punya kebiasaan shalat berjama’ah dan membaca Al Qur’an, juga menghatamkan Al Qur’an setiap pekan pada hari Jum’at. Sedangkan di bulan Ramadhan, ia menghatamkan sehari sekali. Beliau juga rajin memperbanyak shalat sunnah dan memperbanyak dzikir. Beliau pun selalu instrospeksi diri terhadap amalannya yang jauh dari ketaatan.”
Subhanallah … Itulah contoh ulama salaf dahulu. Namun mereka tidaklah suka memamerkan amalan. Ketika mereka bisa menyelesaikan satu juz satu hari (One Day One Juz), mereka pun enggan menceritakan pada orang lain. Cukup amalan tersebut jadi amalan tersembunyi antara dirinya dengan Allah. Amalannya bisa ketahuan hanya dari orang-orang dekatnya saja.
Nasehat para ulama yang kami tahu, mereka memerintahkan membaca Al Qur’an sesuai kemampuan.
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ
“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran ” (QS. Al Muzammil: 20).
Abu Sa’id -sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya- menyebutkan bahwa yang dimaksud bacalah Al Qur’an walau lima ayat. Artinya, sesuaikan dengan kemampuan.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Shalahul Ummah fii ‘Uluwul Himmah, Dr. Sa’id bin Husain Al ‘Afani, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1417 H, 1: 116, 2: 65.
Diselesaikan menjelang Shalat ‘Isya, 13 Rabi’ul Awwal 1435 H di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id
Kayaknya tulisan d referensi salah! “Salahul Ummah” mungkin maksudnya “Salaful Ummah”
Memang benar demikian judulnya, silakan lihat di sini
http://www.waqfeya.com/book.php?bid=669
Afwan akh, ana mendapati sebuah situs yg dijadikan hujjah ODOJers. Akan tetapi judul tulisan tersebut tendensius : “Ketika ODOJ (One Day One Juz) Dikritik Salafi”. Padahal ustadz yang namanya dijadikan nama situs tersebut menulis di bagian komentar : “website ini memiliki admin. Penjudulan dari saya tidak seperti itu, tp dari adminnya. Dalam tulisan saya ini, tidak menyebut salafi dan tidak menyebut nama person-personnya.”
Ana pribadi, pernah mendapati metode ini ketka ana belum mengenal manhaj Salaf, yaitu dalam liqo yang dimotori oleh simpatisan sebuah partai berlabel Islam. Bagaimana sikap kita terhadap fenomena ini?
Lihat bahasan kami di sini: https://muslim.or.id/al-quran/one-day-one-juz-2.html
Dan ada fatwa ulama: https://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-metode-one-day-one-juz-dalam-membaca-al-quran.html
*ralat : Ana pribadi, pernah mendapati metode yang hampir mirip ini ketka ana belum mengenal manhaj Salaf
Ustadz,mbok komentar soal sekaten,mumpung dah mulai maulidan….mosok orang mau baca quran dikomentari…..atau masalah jalan di antara dua beringin di alun alun itu lho…
Kalau keliru apa tidak boleh dikomentari?
Misal, saudara Anda baca Al Qur’an salah dalam tajwid, apa mau dibiarkan?
Lalu….
Ana sblmnya jg berpikir sprt ust.
Tapi rasanya tdk adil memvonis sesuatu kslau blm tahu secara lengkap masalahnya. Jd tdk cukup dgn menrbak atau mendngar dr sumber lain.
Namun stlh ana coba mengikuti ODOJ. Rasanya kok g ada masalah. Cuma mmg ada bbrp perbaikan yg hrs dilkukukan.
1. Niatnya bkn stor amal ke odoj. Tp cuma skdr utk motivasi membr lain.
2. Khatam hanya bisa dilkukan oleh msg2 member. Tdk ada istilah lelang.
Kalau mslh tajwid itu bukan domain odoj. Jd msg2 cari solusi sendiri.
Akhirnya ana sarankan, kalau mmg ada yg krg dr program odoj agar bantu diperbaiki. Jgn dimusnahkan.
Yang sempurna itu hanya Allah.
saat ni umat Islam sangat jauh dr Al Qur’an (tlebh gnerasi muda)..bahkan
ada yg tdk tau istilah “juz” itu apa,. shg gerakan ODOJ ini bnar2
mngajak masyarakt tuk lbh dkt & mncintai Al Qur’an..jd prlu dberi
dukungan, mslh pmbenaran tajwid, mslh niat, mslh metode dll yg msh krg,
ya itu tgs kita smua (tlebh buat ahli agama) tuk mmbantu masy.
mmprbaikinya..bkn dgn mmbuat layu gerakan yg sdg akan mekar..
Penggunaan ayat tersebut bukan bab qiyas, namun sesuai kaidah al ibrah bi ‘umumil lafzhi laa bi khushushi as sabab.
Kritikan ini cukup proporsional, dan jawaban di http://www.ustadzfarid.com/2014/01/ketika-odoj-one-day-one-juz-dikritik.html juga proporsional. Taushiyah dalam Islam memang diperlukan. Semoga kritikan dalam artikel ini tidak dimaknai melemahkan orang yang berniat membaca Quran. Saya pribadi lebih mendorong ODOJ didukung dan diperbaiki jika masih ada kekurangan. Dan kritikan yang mempunyai potensi melemahkan lebih baik tidak dilontarkan. Lebih baik lagi kalau yang dikritik itu yang rajin membaca darmo gandul dan berpedoman pada dongeng2 syirik.
masyaallah sangat bermanfaat tad atas ilmunya.. mudah2an Alloh Ta’ala memberi kemudahan pada kita semua untuk dapat melakukan suatu amalanya yang sesuai dengan sunah Rasul.
salam’
http://www.aishagriyasyari.com