Oleh: Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili
Pertanyaan:
Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili ditanya: Apakah kami diperbolehkan merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan, seperti menghancurkan lokasi-lokasi pelacuran dan mabuk-mabukan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia?
Jawaban:
Ini tidak boleh! Bahkan ini termasuk kemungkaran tersendiri. Merubah kemungkaran dengan kekuatan tangan merupakan hak Waliyul Amr (umara). Tindakan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang terhadap tempat-tempat maksiat, (yakni) dengan menghancurkan dan membakarnya, atau juga tindakan melampaui batas seseorang dengan melakukan pemukulan, maka ini merupakan kemungkaran tersendiri, dan tidak boleh dilakukan.
Para ulama telah menyebutkan masalah mengingkari dengan kekuatan tangan, merupakan hak penguasa. Yaitu orang-orang yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya.”
Makna kemampuan yang disebutkan dalam hadits ini, bukan seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan fisik untuk memukul atau membunuh. Kalau demikian yang dimaksudkan, maka kita semua dapat memukul. Namun, apakah benar yang dimaksud seperti ini?
Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu, pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain. Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran.
Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran, hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki, sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
[Soal-jawab Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili di Masjid Kampus
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 27 Jumadil Akhir 1427H]
***
- Sumber: Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016 – website: www.bukhari.or.id
- Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id
akhi alkarim, saya telah membaca tulisan syaik Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili dengan seksama. saya melihat alur pemikiran yang benar tetapi masih kurang (belum sampai).
Begini, kalo kita melihat pemerintahan di Indonesia maka kita sepakat mengatakan bahwa pemerintahan di Indonesia bukan pemerintahan yang diajarkan oleh RAsulullah saw. artinya bukan pemerintahan islam. hal ini karena pemerintahan indonesia tidak menerapkan hukum islam di semua aspeknya, baik ekonomi, budaya, sosial sampai hukum nya.
Adakah hukum potong tangan pagi koruptor kelas kakap di indonesia??? jawabnya pasti tidak ada. Hal ini menjadikan korupsi dan pencurian serta perampokan dalam sekala besar selalu terjadi dan bahkan meningkat di indonesia.
Maka apakah umat islam tinggal diam???
Adakah hukum cambuk bagi orang berzina, pemerkosa di indonesia??? jawabnya tidak ada. Hal ini akan memperburuk indonesia, karena hal serupa akan selalu terjadi.
Adakah hukum cambuk bagi peminum khamr??? jawabnya sama dengan di atas begitu pula akibat2nya.
Maka ketika umat islam melakukan sweaping, menggerebek para musuh Allah yang akan mengaburkan islam dari para pemeluknya, kenapa malah dikatakan sebagai tindak anarkhis? dikecam oleh banyak orang?
bukankah yang harus dikecam dan dikucilkan adalah pelaku korupsi kelas kakap, pemerkosa dan pembunuh2 di indonesia…
umat islam hanya melakukan kewajiban saja…karena pemerintah tidak menunaikannya. ya pasti kerena pemerintah kita bukan pemerintah islam.
Saya kira malah harus ada satu umat yang selalu beramar makruf nahi mungkar sebagaiamna dianjurkan dalam AlQuran
Jadi saya serukan kepada semua pihak, jangan menyudutkan saudara sendiri. Mungkin mereka lebih baik dari kalian…..
Usman surakarta
“Maka apakah umat islam tinggal diam???”
Tidak sekali-kali tidak ya akhil kariim!!!! Umat Islam yang masih peduli dengan agama mereka tidaklah akan tinggal diam. Ada satu upaya yang mereka bisa lakukan, sebuah upaya yang menunjukkan betapa mulianya seorang hamba di hadapan Rabb-Nya, kita bisa berdoa…
Sebagaimana perkataan seorang salaf, “Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, niscaya akan aku sampaikan untuk kebaikan para penguasa”. Atau yang semakna dengan perkataan ini.
Apakah “hanya bisa” berdoa, berarti menunjukkan kelemahan umat Islam? Kalau yang dipikirkan masih demikian, marilah kita menyimak sabda Rasulullah berikut, “Sepeninggalku nanti akan muncul pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan (kamu melihat padanya) hal-hal yang kamu anggap mungkar.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rosululloh, apakah yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah haknya dan mohonlah kepada Alloh yang menjadi hakmu.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Selain itu, kita juga bisa melakukan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang kita miliki, dan itu juga memiliki aplikasi yang masih sangat luas, sebagai seorang kakak, banyak hal yang bisa kita perbaiki dari adik kita. Sebagai seorang kepala keluarga, juga banyak hal yang bisa kita perbaiki di tengah-tengah keluarga kita. Sebagai seorang guru, banyak hal yang dapat kita perbaiki kepada murid2 kita. Masih banyak lagi wewenang di sana yang kita miliki tanpa kita perlu mencampuri yang bukan wewenang kita di dalamnya.
Adapun terhadap pemerintah “Tetaplah mendengar dan taat kepada mereka! Sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajiban mereka dan kamu pun akan dimintai pertanggungan jawab atas kewajibanmu.” (HR. Muslim). Demikian sedikit yang ana ketahui, Wallahu a’lam.
NB: ada satu artikel yang cukup bagus di situs ini juga mengenai kewajiban taat kepada ulil mari, silakan dicek ke: https://muslim.or.id/manhaj-salaf/akankah-kita-memberontak.html
Assalamualaykum
Terkait dengan kasus pemukulan oleh FPI di monas pada hari ahad yang lalu, dari sini, ana melihat kelompok ini masih punya ghiroh terhadap islam, walaupun mungkin dalam cara pelaksanaannya memang tidak tepat. Karena demikianlah keadaannya di negara kita. Banyak kelompok2 lain yang mengatasnamakan islam dan ‘kebebasan beragama’ justru dengan terang2an mendukung Ahmadiyah yang kafir, dengan alasan2 seperti ‘yang penting jangan saling menyesatkan, masih banyak masalah lain, seperti kebodohan, kemiskinan, dan lain2’. Padahal tentu seorang muslim pasti yakin bahwa, ‘lebih baik miskin di dunia, dari pada harus mendukung kekafiran’.
Sekian unek2nya.
Mudah2an pemerintah kita dapat taufiq dari Allah sehingga, aliran2 sesat semodel Ahmadiyah dilarang kegiatannya di Indonesia.
Wassalam.
Akhi Usman, Akhil habib…
Bagaimana pendapatmu jika ada orang yang tiba-tiba saja memotong tanganmu? Sambil meringis kesakitan engkau bertanya mengapa. Ia ternyata menuduhmu telah mencuri. Belum sempat engkau menyangkal, namun ia telah ‘merasa’ menjalankan hadd (hukuman dalam syariat Islam).
Akhil habib, semoga Allah merahmatimu, coba renungkan jika setiap orang boleh menegakkan hudud? Boleh menghukum yang dirasa salah? Maka di jalan-jalan akan engkau lihat orang saling meng-qishash, saling memotong tangan, saling memenggal leher. Bukan itu yang kita inginkan bukan?
Akhil karim, sesungguhnya zholim itu menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, termasuk melakukan sesuatu yang bukan haknya. Termasuk pula melakukan apa yang seharusnya dilakukan ahlul ilmi dengan tanpa ilmu, padahal Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya“. (QS. Al Israa: 36)
Akhil Aziz…. jika kau yakin bolehnya menegakkan syariat dengan jalan yang melanggar syariat, apa dalilmu? Bolehkan si fulan mencuri untuk membangun masjid?
Akhil Karim… sibukkan dirimu dengan ilmi syar’i. Dalamilah kitab-kitab para ulama. Perhatikanlah dengan baik kitab-kitab fiqih para ulama, niscaya kau akan memamhami dengan jelas bahwa menegakkan hudud adalah tugas dan hak umara dan ulama (ahlul ilmi). Sedangkan engkau, umara atau ulama?
Barakallahu fiik…
bismillah,
betul sekali kita harus taat pemerintah, dan kelompok2 seperti FPI sebaiknya bubar atau menghentikan kegiatan2 “khas” nya.
disisi lain salafy jg berkewajiban memberi nasihat tanpa henti dan tanpa putus asa, kepada pemerintah.
pertanyaannya adalah “sudahkan usaha kita optimal dalam memberi masukan2, nasehat kepada pemerintah, yang dalam hal ini tentunya yang memiliki kapasitas yang tepat, misalnya Ulama/Ustad2”
tentunya dalam konteks silaturahmi dengan mereka (penguasa) dan menunjukan imej baik, dan niat baik akan menjadi sesuatu yang bernilai pahala untuk mereka yang melakukannya.
dan tentunya hal seperti ini perlu dilakukan konsisten, tanpa putus asa….
tetap semangat!
assalamualaikum,
klo menurut ust-ust salafi apakah sisi dakwah yang dijalankan saudara kita dari FPI salah secara total atau masih ada sisi baiknya ? trs bagaimana dakwah yang bijak untuk wilayah negara RI yang model pemerintahannya seperti sekarang ini ? bagaimana cara berdakwah kepada kelompok liberal radikal serta kelompok yang mengaku mempunyai nabi2 baru yang lagi gencar untuk merongrong islam ? mohon diberikan cara2 yang hikmah untuk menghadapi mereka
Subhanallah…sungguh kita melihat betapa pentingnya ilmu. Dalam segala hal manusia membutuhkan ilmu. Akhil kariim, termasuk pula dalam masalah amar ma’ruf dan nahi mungkar juga harus berlandaskan ilmu, yaitu ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hanya bermodalkan semangat, ghirah terhadap islam, akan tetapi yang tidak boleh kita lupakan adalah ilmu.. Jika ingin membela hukum-hukum Allah (syariat Islam), maka pelajarilah dahulu hukum-hukum Allah itu baru kemudian kita amalkan, kemudian kita dakwahkan dan kita bela. Jangan sampai kita mengklaim bahwa kita sedang membela hukum-hukum Allah yang dilecehkan, dihina, atau diinjak-injak, sementara di sisi lain kita mengesampingkan dan melanggar hukum-hukum Allah atau ketentuan syari’at Islam yang lainnya.. Semoga kaum muslimin sadar akan pentingnya mempelajari ilmu agama Islam yang haq, agar bisa membawa mereka pada kejayaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.
Barakallahu fiikum.
Betul, ilmu dulu sebelum bicara, sebelum bertindak dan semuanya….
Apakah menurut penulis FPI tidak melakukan prosedur dengan melaporkan kepada pemerintah segala kemaksiatan & kemungkaran di Indonesia ini?
Coba saudara muslim semua pelajari dahulu dr pihak FPI sendiri bagaimana prosedur aksi mereka, jangan kita hnya melihat dan mendengar dari media saja, coba ber-dialog langsung dengan Habib Riziq untuk meminta penjelasan mengenai FPI. Semua pendapat harus ada dasarnya.
masalah kekerasan yg terjadi di monas, menurut saya itu sebuah kondisi yg berbeda dengan kita yg saat ini hanya berada duduk sambil mengetikkan Keyboard sambil berkata “Jangan berbuat kekerasan & Jangan memukul” sedangkan kondisi yg di lapangan begitu mudah sekali terprovokasi, bisa dibayangkan ketika massa yg banyak dr FPI yg habis2an menentang Ahmadiyah lalu bertemu dengan masa AKKBB yg dengan sengaja mengusung dibebaskannya Ahmadiyah, serta meneriakan Laskar Setan & Kafir kpd massa FUI, Laskar Jihad & FPI, apa yg akan terjadi setelah itu? Apakah yg terjadi sebuah senyuman dr pihak yg dihina? Kondisinya berbeda dengan kita yg hanya menyaksikan lewat Media Televisi (dimana didalamnya tdk ditampilkan sebab-akibat dr kejadian tsb)
Menanggapi sikap FPI yg selalu bertindak tegas, saya hanya menyarankan jika muslimin di Indonesia ini berharap FPI dibubarkan, maka dengan mudah organisasi2 Liberal yg saat ini justru ingin menghancurkan ISLAM, akan sangat dimudahkan untuk terus bergerak (mengapa kita tdk juga menuntut mereka untuk dibubarkan?). Maka saran saya FPI jgn dibubarkan tetapi para anggota Laskarnya perlu dibina lagi, agar dlm sgl hal tindakannya tdk lagi diwarnai dengan aksi anarkis lagi.
Mudah2an saran saya dpt diterima.
Wassalam
Assalamualaykum
Akh, mari kita cermati fatwa syaikh Ibrahim, beliau berkata
”
Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan syar’iyah. Yang berhak melakukannya ialah orang yang memiliki kemampuan syar’iyah. Yaitu,
pengingkaran terhadap mereka tidak akan menimbulkan kemungkaran lain.
Dengan demikian, perbuatan melampaui batas yang dilakukan oleh sebagian orang, baik dengan memukul atau menghancurkan tempat-tempat maksiat yang dilakukan seperti pada sekarang ini merupakan pelanggaran
Orang yang melihat kemungkaran atau melihat pelaku kemungkaran, hendaknya melaporkannya kepada polisi, sebagai pihak yang bertanggungjawab, atau para ulama atau para da’i, untuk selanjutnya diserahkan kepada yang memiliki wewenang. Kemudian akan diselidiki, sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.”
Maksud beliau yang ana tangkap adalah bagaimana caranya supaya kemungkaran yang ada menjadi hilang, atau berkurang minimalnya. Nah, solusi yang beliau tawarkan adalah melaporkan ke polisi, Ulama, da’i, dan lain2nya, sehingga mendapatkan solusi yang tepat.
Ini idealnya, jadi idealnya, pemerintah itu memberikan solusi yang tepat terhadap kemungkaran yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan bersikap arif, dan mampu mengambil kebijakan. Hanya saja, sulit sekali mencari tipe pemerintah yang adil seperti ini saat ini.
Nah, dengan kenyataan seperti ini, mashlahat manakah yang harus didahulukan, membiarkan kegiatan ormas2 “ekstrem” seperti ini beraksi memberantas tempat2 maksiat , atau “memberantas” ormas-ormas “ekstrem” ini. Karena seperti pada kejadian-kejadian yang telah lalu, ada beberapa kejadian penggerebekan yang dilakukan FPI terhadap tempat2 maksiat, dibiarkan saja oleh para aparat polisi. Diamnya aparat, seolah merupakan pembenaran terhadap aksi mereka, jadi seolah-olah, jika polisi tidak mau turun memberantas maksiat, maka “silahkan” dikerjakan oleh FPI.
Bagaimana pula seandainya sebelum melakukan penggerebekan tempat2 maksiat, pihak FPI telah meminta perizinan kepada aparat polisi, dan diizinkan?
Memang, ada banyak hal yang harus dibenahi dalam metode-metode dakwah seperti ini. Karena umumnya para anggotanya tidak dibina dengan ilmu syar’i yang cukup. Ana terus terang bukan ingin mendukung kegiatan ormas-ormas ekstrem seperti ini, karena memang jalan dakwah seperti ini bukan seperti jalan yang dilaksanakan oleh rasulullah. Akan tetapi, ana kira selayaknya semangat yang ada untuk membela islam ini mendapatkan penyaluran yang tepat.
Seorang muslim yang benar dalam imannya PASTI memiliki rasa kecemburuan jika terjadi kemaksiatan didepannya, apalagi terjadi penghinaan terhadap Allah, dan rasulNya. Perasaan ini harus tetap ditumbuhkan, berkenaan dengan maraknya penistaan terhadap agama, seperti yang dilakukan JIL, ahmadiyah, dan serentetan Nabi-nabi palsu lainnya, belum lagi sekte2 menyimpang dari kalangan ahli Bid’ah seperti Syiah dan lainnya. Perlu dikobarkan semangat agar setiap muslim memiliki kecemburuan terhadap Allah dan rasulNya, disetiap mimbar-mimbar jum’at, disetiap majlis, disetiap pertemuan, karena inilah yang paling mungkin dilaksanakan. Akan tetapi sementara itu, diperingatkan juga agar masyarakat tidak bersikap main hakim sendiri. Ana kira, dengan hal ini, ditambah dengan imbauan kepada pihak polisi, dan tentunya doa kita disetiap sujud, disetiap malam, lama kelamaan, hati pemerintah akan luluh juga, pada akhirnya, Insya Allah.
Yah begitulah kira-kira. Intinya, yang ingin ana sampaikan, janganlah kita membenci orang-orang yang memiliki ghiroh terhadap agama ini, akan tetapi, bencilah sebatas perbuatan mereka yang salah. Karena inilah keadilan.
Wassalam
=========
subhanalloh.. sungguh perintah taat kepada umaro termasuk assunnah, yang jadi pertanyaan: umaro kategori yang seperti apa yang kita taati..??? apakah umaro sekuler..??? umaro munafikin…??? ataw umaro yang amirul mukminin..???
Yaa aba zahro… Wafaqokallah ‘ala khoirin
Cukuplah apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menjadi jawaban bagimu:
“Dari Adi bin Hathim ra. berkata : Kami bertanya :Ya Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang (ketaatan) kepada (amir) yang bertaqwa, akan tetapi bagaimana yang berbuat (demikian) dan berbuat (demikian) (Adi bin Hathim menyebutkan perbuatan yang jelek) ? Maka Rasulullah SAW bersabda : Bertaqwalah kepada Allah dan (tetaplah) mendengar dan taat (kepada mereka).” (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ad-Dhilal hal 493 no. 1069)
“Akan ada sepeninggalku nanti pemimpin (yang) kalian mengenalnya dan mengingkari (kejelekannya), maka barangsiapa mengingkarinya (berarti) dia telah berlepas diri, dan barangsiapa membencinya (berarti) dia telah selamat, akan tetapi barangsiapa yang meridhoinya (akan) mengikutinya. Mereka para sahabat bertanya : Apakah tidak kita perangi (saja) dengan pedang ? Beliau menjawab : Jangan, selama mereka masih menegakkan shalat ditengah-tengah kalian.” (HR. Muslim 6/23)
Assalamu ‘alaykum
Pada beberapa kasus yang sering diangkat di media, FPI adalah pengacau keamanan. Tapi bila dicermati lebih dalam, keamanan yang dikacaukan adalah di tempat-tempat maksiat atau tempat berkumpulnya orang bejat.
Secara legal formal, keberadaan dan kegiatan di tempat maksiat itu telah dilindungi oleh undang-undang, alias ada izin dari Pemerintah (sebagai tempat hiburan). Hal tersebut sama halnya ketika pemerintah memperbolehkan berdirinya pabrik khamr di Indonesia serta memberikan izin untuk mengedarkan khamr. Kalau mau dilaporkan ke polisi, tidak ada yang bisa dituntut, karena tidak ada undang-undang yang dilanggar.
Kalaulah niat FPI untuk menghancurkan, maka alat yang digunakannya adalah senjata api, bom rakitan dan bahan peledak lainnya yang kini lazim digunakan.
Tapi yang selama ini terlihat, sebenarnya mereka sekedar mewakili suara hati ummat Islam, bahwa ummat Islam tidak berdiam diri ketika melihat kemungkaran sudah di depan mata.
Dalam berdakwah, sudah sepantasnya kita berbagi peran. Tingkat intelektualitas setiap orang berbeda. Bila tidak semua orang mengerti dengan ilmu dan kata-kata, setidaknya kita berharap orang lebih mampu mengerti dengan perbuatan nyata. Saya tidak senang kekerasan, tapi kini saya sadar bahwa dalam batas-batas tertentu kadang kekerasan memang diperlukan, utamanya ketika aturan yang berlaku tidak memungkinkan ditegakkannya keadilan.
Saya beri contoh kasus.
Akhir April hingga awal Mei 2008, selama 6 hari kami ada acara pelatihan berskala nasional yang dihadiri 700 orang di Hotel Golden Boutique, Jl. Gunung Sahari, Jakarta. Dari lobby, parkir, depan lift serta setiap lorong dan belokan ternyata bertebaran patung-patung dan gambar wanita tanpa busana dengan ukuran menyerupai aslinya. Kita berusaha menunduk, tetapi tetap saja sekilas terlihat. Bayangkan, ribuan orang yang lewat setiap hari hanya bisa diam! Tidak ada keberatan ataupun aksi sama sekali, termasuk dari saya.
Dalam hati, kalau mau ikut contoh Nabi Ibrahim, akan saya ambil kapak, saya hancurkan semua patung, saya bakar lukisan porno. Tapi nanti saya akan ditangkap polisi, lalu di pengadilan pasti saya yang dituduh bersalah karena melakukan pengrusakan. Cepat, tapi tidak smart!
Kalau mau kita adukan lebih dulu ke kepolisian, apa yang mau diadukan? Adakah peraturan atau undang-undang yang dilanggar? Polisi kan tidak kenal hukum syar’i. Bagi polisi, hukum syar’i hanya berlaku untuk individu mereka sendiri, bukan sebagai dasar hukum lembaga dalam bertindak.
Bukankah pemilik hotel akan berdalih bahwa yang mereka tampilkan adalah karya seni? Berapa banyak pengacara yang akan mereka hadirkan? Kita sudah belajar dari kasus majalah Playboy di Indonesia kan?
Cara praktis yang mungkin lebih besar peluang berhasilnya, kita minta saja FPI melakukan peninjauan lalu mengirim surat peringatan kepada pemilik hotel. Mengapa FPI? Karena nama FPI sudah dikenal sebagai Front Pembela Islam yang tegas dan tidak tawar-menawar dengan kemaksiatan. Mungkin cukup dengan sepucuk surat, patung dan lukisan itu akan lenyap. Mengapa? Karena hotel tersebut tentu tidak ingin ada keributan, tidak ingin ada image jelek di masyarakat.
Saya bukan siapa-siapa. Tapi untuk kasus kali ini, saya mengajak, marilah kita bersatu di jalan dakwah, membela FPI dan laskarnya, karena mereka hanyalah korban perang pemikiran yang dilontarkan JIL dengan kedok AKKBB.
ASSALAMUALAIKUM. saudara-saudaraku,apa yang dilakukan FPI niatnya bagus ingin menghancurkan kemaksiatan dan kemungkaran tapi perlu diingat caranya yang salah dan bukan cara yang terbaik,karena seharusnya mereka(FPI)menimbang manfaat dan madhorotnya dalam pandangan syar`i untuk melakukan kekerasan.karena beramar ma`ruf nahi mungkar ada batasannya,dan batasan-batasannya itu harus sesuai dengan Quran dan sunnah serta pemahaman salafussholeh.
memang ahmadiyyah adalah sesat dan bisa dikatakan agama baru sedangkan JIL dan AKKBB merupakan kelompok yang membela kesesatan yang sebanarnya harus dibubarkan.
ane walupun bkn org FPI, tp ane mendukung mereka. yg harusnya kita ributkan itu bkn FPI tp ahmadiyah. bodoh sekali kalo kita malah mengecam FPI yg jelas2 melawan kemunkaran, harusnya yg kita kecam adl ahmadiyah yg sdh merusak agm islam dari dalam. Ane bingung dg umat islam knp tdk bersyukur ada FPI yg dgn keberanianya melawan kemaksiatan & kemunkaran. menyuruh kebaikan itu mdh, sgt mudah. tp yg namanya melawan kemunkaran & kemaksiatan itu bth keberanian & pengorbanan yg ekstra. bgm kita melapor polisi utk menertibkan pelacuran & kemaksiatan, org mrk sj bgtu lambat menanganinya malah terkesan menutup mata. byk kyai2 yg dibantai di poso & yg bergerak menangani itu dulu adl FPI. dimalaysia FPI dihargai, andai saja dimalaysia ad FPI seperti diindonesia, salah satu org terpenting dimalasia berkata bgtu, masa kita org indonesia malah mengecam FPI yg sdh jelas2 membela islam. dan kasus kejadian di monas aliansi kebangsaan mengatasnamakan kebebasan beragama, tp didlm acr itu tdpt antek2 ahmadiyah. pertanyaanya knp mrk mengadakan acr tsb, apkh ingin mengilegalkan ahmadiyah dari yg tdk sesat mjd seolah-olah tdk sesat.knp kita tdk bersatu bersama FPI utk melawan aliran sesat yg salah satunya ahmadiyah. apk kita rela agama islam yg kita cintai dirusak oleh AHMADIYAH. demi allah ane bkn org FPI tp ane mendukung mrk(ORG FPI).ane berdoa mg kelak lahir FPI-FPI lainnya yg menegakan kebenaran & berani melawan kemunkaran. Met berjuang Sdr2ku yg ada di FPI, ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR
Assalamualaikum Wr Wb,
Subhanallah umat Islam di Indonesia banyak yah, terbukti dari komentar2nya yang luarrbiasa semua. Saya setuju dengan kata “berbagi peran”. Sudah bukan saatnya lagi umat Islam saling menjelekan saudaranya sendiri. Paling mudah menyalahkan daripada membenarkan. Paling mudah menghancurkan daripada membangun. Jikalau persatuan umat hanya wacana maka Tirani Setan akan tertawa terbahak-bahak. Musuh kita adalah syaithon dan konco2nya. Sampai saat ini juga. Setiap manusia pasti bebeda perannya. tinggal bagaimana cara mensinergikan perbedaan tersebut. Mari kita berfikir obyektif dan positif terhadap saudara kita dimana saja. Setiap tindakan seseorang pasti ada alasannya. Obyektif tanpa prasangka, sudah lelah rasanya umat Islam hanya jadi kerumunan tanpa menjadi kekuatan. Membanggakan firqah sendiri dengan menyalahkan firqah yang lain. Musuh kita masih berdiri mengangkangi kita. Jangan sibuk berperang dgn saudara sendiri. Mari berbagi peran dan bersinergi. Hilangkan kebangan firqah, berbaik sangka dengan saudara dan BERKATALAH YANG BAIK ATAU DIAM. Allah bersama para mujahid dan muslimin. Amin
Na’am…Wallahi
Berbagi peran? Wahai saudaraku sibukkan dirimu dengan ilmu syar’i, niscaya kau akan mengerti bahwa ISLAM SETUJU DENGAN BERBAGI PERAN. Menghukum orang salah, memvonis salah atau tidak salah, memvonis kriminal atau tidak, menyegel, merusak tempat yang tidak layak, itu PERAN ULIL AMRI. Baik yang shalih maupun dzalim, itu tetap peran mereka. Nah, maka ayo kita berbagi peran dengan tidak mengambil peran yang bukan peran kita. Adapun peran kita sebagai ummat Islam adalah belajar, beramal dan berdakwah. Adapun berdakwah, ialah menasehati kepada yang benar. Jika mau, itu yg diharapkan, jika tidak, ya sudah…kita sudah menjalankan kewajiban kita. Maka, ayo berbagi peran dengan baik!
Adapun saya melihat di sini tidak ada yang mencerca FPI sambil membangga-banggakan dirinya atau kelompoknya. Saya melihat sebagian saudara kita sedang menjelaskan kesalahan yang dilakukan sebagian ummat Islam dalam nahi mungkar, tidak hanya FPI. Dan menjelaskan kesalahan adalah bentuk nasihat dan pembelaan terhadap agama. Kita tahu bersama banyak kesalahan dan penyimpangan yg terjadi di tengah ummat Islam, apakah kita tega melihat orang awam mengira kesalahan tersebut sebagai hal yang benar?? Saya tidak tega. Maka, perlu kita jelaskan. Dengan ilmu tentunya.
Benar apa yang disampaikan saudaraku di atas. Rasulullah bersabda yang artinya “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah). Dan menjelaskan kesalahan dalam beragama serta menjelaskan cara yang benar sesuai Qur’an dan Sunnah adalah termasuk perkataan yang baik. Wallahu’alam.
“Adapun saya melihat di sini tidak ada yang mencerca FPI sambil membangga-banggakan dirinya atau kelompoknya. Saya melihat sebagian saudara kita sedang menjelaskan kesalahan yang dilakukan sebagian ummat Islam dalam nahi mungkar, tidak hanya FPI.”(Kata Akhi Aswad)
Assalamualaikum wr Wb,
Mohon maaf sebelumnya, tulisan antum diatas berlawanan dengan Judul yang dibuat di web ini yaitu:
“Penegakan Syari’at Islam ala FPI
Kekerasan dengan kemasan Penegakan Syari’at Islam yang dilakukan oleh FPI, telah berhasil dengan sukses menampakkan wajah Islam yang garang dan haus darah. Apakah dengan cara demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umatnya ber-amar ma’ruf nahi mungkar? simaklah beberapa artikel berikut:”
Apakah ini yang anda maksud tidak menyebutkan FPI atau siapapun? Saya hanya ingin apabila ada saudara kita yang berbuat salah ada baiknya diingatkan tanpa harus membuat berita tentang pandangan yang TIDAK OBYEKTIF di website ini. Diskusi dan musyawarah, apabila FPI salah ingat kan mereka dengan cara yang santun dan silahkan bertabayun dahulu sebelum membuat Headline WEB seperti ini. Apa benar FPI melakukan kekerasan atas dasar amar ma’ruf nahyi munkar? Setelah ada tindakan dialogis yang berdasarkan persaudaraan barulah Website ini boleh melakukan pemberitaan yang OBYEKTIF tidak hany melihat di media massa saja. Belajar ILmu Syar’i itu memang penting wahai saudaraku. Namun apabila disamping rumah antum ada tempat maksiat lantas saudara2 kita seiman berbondong-bondong kesana memenuhi panggilan maksiat lantas kita hanya mengandalkan Ulil Amri yang tidak jelas seperti di Indonesia, lantas apa tanggung jawab kita? Apa terus menerus mengandalkan Ulil Amri? Apa selamanya keadaan Darurat? Marilah kita bersama-sama saling memperbaiki dengan santun dan mulia. Afwan bila tidak berkenan, AlHaqqu Mirrabbik. Wa’Allahu A’lam bishowab.
Mengingatkan dengan cara yang santun, sungguh ajakan yang mulia. Dan ini berlaku bagi siapa saja termasuk di dalamnya saudara-saudara kita di FPI. Cara yang santun tentu saja yang diajarkan oleh syari’at. Salah satu ajaran syari’at ialah menyerahkan segala urusan kepada ahlinya, bukan kepada sembarang orang. Menggerebek tempat maksiat, menyita barang-barang, menangkap orang-orang; tanyakanlah kepada pemerintah dan para ulama apakah ini wewenang setiap orang ataukah wewenang penguasa beserta jajarannya? Taruhlah ini adalah hak semua orang, Maka yang akan terjadi adalah keributan besar-besaran, kekacauan dan kesimpangsiuran. Setiap pihak akan dengan seenaknya menyesatkan, menggerebek kelompok lain yang dipandang bermaksiat dan melakukan kemungkaran. Maka hasil semangat nahi mungkar seperti ini adalah kemungkaran yang lebih besar! Padahal merubah kemungkaran diperbolehkan selama tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar. Lantas siapakah yang menempuh cara yang santun, apakah saudara-saudara kita yang gemar berdemonstrasi, melakukan mobilisasi massa untuk menakut-nakuti kelompok lain? Ataukah mereka yang dengan tenang dan bijak mengingatkan masyarakat dan penguasa melalui mimbar-mimbar Jum’at, kajian ilmiah dan tulisan ilmiah yang mereka sebarkan di media massa dengan mengajak umat merenungkan kandungan ayat dan hadits dengan akal sehat dan pikiran yang jernih? Aduhai, berhati-hatilah saudaraku, jangan sampai ucapan kita menjadi hujjah yang akan melawan kita di akhirat kelak. wallahul musta’an…
Akhi Mulyana, semoga Allah merahmati antum, semoga Allah senantiasa menjaga antum dan kita semua
Jazakumullah khair…
Dari tulisan antum tersebut, maka bahasan kita adalah, bagaimana hukum kesalahan seseorang dengan sekaligus menyebutkan namanya?
Ketahuilah sebagian ulama membolehkannya, karena Rasulullah shallallhu’alaihi wasallam, orang yang paling hati-hati dalam agama, yang paling mulia akhlaqnya pun kadang melakukannya. Rasulullah memberitahu para sahabat, fulan dan fulan itu termasuk golongan orang munafik. Rasulullah pun bercerita tentang laki- bernama Dzul Khuwaisirah bahwa akan datang dari pengikutnya yang cirinya demikian dan demikian, yaitu kaum khawarij yang Rasulullah memerintahkan membunuhnya (HR. Muslim)
Namun para ulama memberi syarat2 untuk penyebutan nama orang dalam menasehati dari kesalahan. Diantaranya, handaknya hal ini dilakukan untuk membela agama, agar orang awam tidak terjerumus ke dalam kesalahan tersebut karena menganggapnya benar. Syarat yang lain, ini dilakukan jika khawatir pembaca/orang awam masih sangat samar atau belum bisa membedakan pelaku kesalahan yang disebutkan. Dan fakta di lapangan mengatakan bahwa sebagian orang awam menyangka kelompok seperti FPI misalnya berada di atas manhaj salaf, karena pakaiannya, jenggotnya, dll. Maka perlu kita jelaskan bukan?
Apabila maksiat terjadi di sebelah rumah. Apakah kita akan mengumpulkan warga lalu mengeroyok , menggerebek, membakar? Jika yang disebelah rumah itu anak saya, tentu saya dapat menggunakan tangan saya untuk menngingkarinya. Jika saya seorang RT, maka saya menjalankan tugas saya dengan memberinya peringatan dan nasehat agar bertaubat, jika mereka bersikeras, saya laporkan polisi. Jika Polisi tidak bergeming, saya ambil jalur hukum, jika sulit saya minta bantuan LBH. Jika tetap tidak bisa maka akan saya tempuh jalan lain yang tidak melanggar syar’i. Jika tidak bisa maka saya teringat firman Allah, fattaqullah mastatho’tum.
Dimana para penyeru dakwah hikmah?
Dimana orang-orang yang sering menuduh ahlussunnah berdakwah dengan cara keras?
Ataukah mereka sekarang justru pendukung dakwah keras itu?
Orang-orang Munafik yang memperjuangkan Syariat Islam & Menegakan Amar Maruf Nahi Mungkar, Mereka lebih MULIA dari pada Orang Alim yang Menentang Syariat Islam & Membiarkan Kemungkaran……….
#Akhi Taurus
kok bisa keluar statemen seperti ini? statemen ini TIDAK TEPAT..
maksud munafik disini apa? munafik i’tiqod atau amal? kalau yang dimaksud munafik amal saja seperti sabda Rasulullah ttg sifat orang munafik, diantaranya berdusta, berkhianat maka bisa jadi lebih baik dari orang yang menentang syariat.. akan tetapi jika munafiknya i’tiqod? maka TIDAK ADA KEBAIKAN PADANYA, kalau ia terlihat memperjuangkan islam, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka itu hanya tampilannya saja, akan tetapi sebenarnya ia adalah orang yang paling besar permusuhannya terhadap islam. Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada dalam neraka yang paling dalam dan engkau tidak akan mendapatkan satu penolong pun bagi mereka.” (QS. An Nisa: 145).
Adapun jika ada orang yang ALIM akan tetapi malah menetang islam dan tdk berdakwah maka hakikatnya ia adalah JAHIL (bodoh) karena orang yang alim hakiki adalah orang yang berilmu dengan benar kemudian ia mengamalkan ilmunya, maka jangan sebut orang yang pertama itu ALIM, bagaimana mungkin dikatakan alim kalau ia malah menentang syariat islam, tidak beramar ma’ruf nahi munkar..
Assalammu’alaikum wr.wb.
Kita sebagai umat Islam tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist karena apapun bentuk masalah yang tidak dapat diatasi perlu feedback the problem dan bila hal itu tetap tidak dapat dipecahkan maka kita lakukan dengan sholat dan zikirullah dan berpositif thingking bahwa dengan Kekuasaan Allahlah masalah dunia bisa diatasi.
Insya Allah dengan menggalang Ukuwah Islamiah dan menegakkan kaidah-kaidah Islam di muka bumi Indonesia ini maka problem kita dapat diatasi.
Mungkin ini PR bagi Pemimpin negara kita yang akan dipilih nanti 8 Juli 2009 y.a.d. dan jangan salah dalam memilih karena semua pemimpin pasti ada kelemahan dan kelebihan maka carilah orang yang bisa menegakkan tiang agama Allah Swt yakni Islam.
Wassalammu’alaikum wr.wb
lha kalau pemerintah tetep diam aja gimana pak ustad/????????
#subuh
Bertaqwalah semampu anda, jika hanya mampu sebatas lisan, maka itulah yang diusahakan.
Sahabat yang budiman,yang mudah-mudahan diberi taufik oleh Allah, tahukah anda-anda semua yang berkomentar disini.
Ketika saya membaca komentar di web ini sesaat kepala saya menjadi pusing dan hati saya menjadi sesak,karena hal ini terus berulang di berbagai web yang memuat konten-konten Islami dan yang menyajikan pendapat demi pendapat,kebanyakan alhasil selalu terjadi perdebatan demi perdebatan, apakah kita tidak mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu dari sejarah-sejarah kelam dimasa lalu, baik itu sejarah kaum muslimin maupun nonmuslim, ketika mereka saling bertikai maka alhasil merekapun binasa, kerena pada hakikatnya itulah tabiat manusia,selalu mau menang sendiri,rakus,dan lain sebagainya, lihatlah betapa banyak pertempuran dan pertumapah darah yang terjadi hanya karena keserakahan,bahkan sesama saudarapun saling berperang, ingat siapa yang tertawa diatas itu semua sudah barang pasti kita semua tahu yaitu Setan..
Jika kita merunut dan mau mempelajari sejarah dengan lebih seksama maka kita akan terkejut bagaimana akhlak Rasulullah dalam berdakwah beliau tidaklah mendahulukan kekerasan sekalipun beliau kuasa akan hal itu, karena beliau yakin pasti kekerasan, peperangan dengan segala macam bentuknya hanya akan menimbulkan kerugian demi kerugian ,tangisan demi tanigasan dan perpecahan yang lebih besar sebagai mana kita lihat sampai hari ini , dan tidak heran hal itupun terjadi dalam tubuh kaum muslimin sendiri.
Satu hal yang perlu dicermati bahwa ketika Rasulullah berperang dan mengunakan kekuatanya untuk menegakkan Agama Allah itu adalah dalam keadaan yang mendesak dan bukan dalam keadaan mencari-cari peperangan maupun berupaya membuat keonaran,karena Islam tidak akan pernah sampai keberbagai penjuru bumi jika Islam disebarkan dengan pedang.Jika kita lihat lagi sejarah bagaimana bangsa Mongol membantai Jutaan kaum muslim di bagdad, subhanallah Islam tidak kalah secara ideologi bahkan hati bangsa mongol pun tahluk kepada Islam dengan jalan dakwah bukan perang, dan akhirnya merekapun dapat melihat keindahan Islam.
Memang kita pasti akan kesal jika ketika kita berdakwah kita ditolak, ketika kita menasihati kita diabaikan, tapi itulah apa yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya, agar bersabar pada Agama ini, karena dakwah ini butuh kesabaran bukan kekerasan,dan sabar itu tidak ada batasnya,dan ingatlah Allah beserta orang-orang yang sabar.
Memang ada kalanya perang itu menjadi ibadah yang bernilai jihad, tapi lihat dulu perang yang bagaimana,dalam kondisi apa dan siapa yang diperangi ?
sudah barang tentu pasti dalam kondisi kita diperangi, misal : seperti saat indonesia di jajah belanda,dan kondisi bangsa saat itu jelas ter dzolimi dan jelas pula yang perangi para kaum Kufar belanda……
Nah sekarang bagaimana pendapat anda jika kita saling berperang sesama bangsa,atau sesama suku,atau sesama saudara atau bahkah seagama , Astaghfirullah, istighfar kawan istighfar … mungkin niat anda mulia membela agama tapi ternyata SETAN berkecamuk dihati anda…dan menguasai diri Anda… Ingat betapa ketika Ali ingin membunuh musuhnya di medan perang kemudian musuhnya meludahinya maka tatkala itu Alipun tidak jadi membunuhnya lantaran setelahnya niatnya bukan lagi karena Allah tapi karena nafsu amarahnya.
jadi coba fahami benar-benar bahwa seandainya jalan yang penuh dengan damai itu masih bisa dilakukan kenapa mesti dengan kekerasan, kenapa mesti dengan berorasi, kenapa mesti dengan pemboman,kenapa mesti dengan berbagai pertikaian demi pertikaian ????> … yang semua itu tidak lepas dari hasutan setan untuk selalu membuat manusia saling bertikai satu sama lain hingga akhirnya Allah mengazab semua yang beritakai itu…
Cobalah renungkan Bukankah kita Islam bukan kerena dipaksa, dan bukankah kita bisa menerima kebenaran Islam kerena Islam itu Indah, Bahkan Rasulullah ketika berdakwah kepada peradaban Jahiliyah tidaklah dengan kekerasan, banyangkan ahklak yang begitu mulia,begitu penyantun, penuh kasih sayang,dan penuh dengan dengan kesabaran mampu mengubah wajah Jahiliyan kewajah yang penuh Kehormatan dan ketinggian dimata Allah,
sebagai contoh Umar ibn Khotob yang begitu memusuhi Islam dan begitu keras perlawanannya kepada Rasulullah akhirnya tahkluk tanpa sebuah pertikaian.. indah bukan, Itulah Islam agama yang penuh kedamaian , keselamatan, dan kemuliaan.Lalu apakah kita akan mengorbankan nilai nilai luhur Islam itu hanya atas nama nai mungkar yang tak jelas kemana rimbanya, masak kita kalah dengan umat buda yang penuh welas asih, dimana martabat Islam, ingat tidak ada orang yang rela jika dipaksa, artinya seluruh hukum-hukum syar’i itu tidak akan tegak sebelum Islam itu hidup dihati tiap-tiap kaum muslimin, dan disampaikan kepada yang belum menerimanya,maka sampaikan-sampaikan-sampaikan dengan cara yang bijak, bukan dengan membajak….dan sabar jika ditolak itulah dakwah,,lihat begitu banyak para nabi yang ditolak umatnya , apakah lantas mereka pergi dengan membawa pedang mereka lalu mereka menebas batang leher siapapun yang menolak mereka? tidak…. tapi mereka bersabar dan merekapun berdoa, karena bukan hak mereka untuk mengakhiri perkara,,,dan meraka yakin pertolongan Allah pasti datang…
Para pembaca yang budiman lihat sekali lagi betapa sikap kekerasan itu telah banyak memakan korban yang tidak sedikit dalam sejarah peradaban umat manusia,bahkan bukan hanya yang berbeda agama saja bahkan yang sesama agamupun ketika mereka telah saling bertikai akhirnya Allah binasakan juga….dan sejarah telah membuktikan …’Maka jelaslah ketika tindak kekerasan itu dilakukan jika tidak semata-mata kerena mencari keridhoan Allah maka hanya akan menimbulkan malapetka di muka bumi ini’ dan akhirnya merekapun binasa…dan Hanya Allah saja yang tau atas niat yang ada pada tiap-tiap hati mereka.
“Jadi kesimpulannya Stop kekerasan dalam berdakwah utamakan penyampaian yang penuh dengan Hikmah,dan beri solusi kepada umat,bukan mengintimidasi….’kerena tiap umat manusia semuanya punya kesempatan yang sama untuk masuk surga dan kewajiban kita yang berIlmu adalah membimbing dan menyampaikan Agama yang mulia ini , bukan menghakimi mereka, kalau saja dulu Rasulullah egois, pasti tidak ada manusia setelah beliau yang selamat dari api neraka,,karena begitu cintanya beliau kepada Umatnya maka beliau menempuh jalan yang begitu penuh cobaan,yang begitu menguji kesabaran yang tidak akan pernah ada manusia yang dapat menyamai kesabaran beliau,maka beliaupun menyampaikan Agama ini dengna HIKMAH…bukan dengan ONAR….
Dan ingat tidak perlu khawatir tidak bisa perang dengan pembuat maksiat,pemerintah dzolim atau apalah semisalnya, tenang saja Kumpulkan saja kekuatan,tingakatkan Ilmu Syar’i dan Ilmu pengetahuan Anda-anda semua,dan juga jangan lupa bekali dengan ketaqwaan yang benar dengan sebenarnya.. karena yakinlah suatu hari nanti Kita pasti berperang melawan musuh kita yang sesungguhnya, yaitu Setan,Dajjal,Yahudi,Kafir dan Musyrikin, tapi nanti kalau sudah tiba waktunya,sabar aja sekarang ma dakwah aja dulu dengan cara yang santun, lah sekarang pikir saja kalau semua orang dikit-dikit kita antemin entar lama-lama jamaah bukan tambah banyak malah tambah kabur…………….terus siapa yang mau jadi pasukan …jihad.. heee