Alhamdulillaah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in
Seperti telah kita ketahui bersama, Thailand adalah negara yang sering dikenal sebagai negeri gajah putih. Negara ini juga terkenal sebagai tujuan wisata para turis dari seluruh dunia. Bidang pertanian juga merupakan salah satu andalan dari negeri ini. Hampir seluruh hasil pertanian dan perkebunan yang berasal dari Thailand merupakan produk unggulan.
Secara umum, penduduk Thailand beragama Budha. Menurut sensus penduduk pada tahun 2000, mayoritas warga Negara Thailand beragama Budha (94,6%), kemudian Islam (4,6%), dan sisanya adalah Kristen dan Katolik [1]. Namun saat ini angka pemeluk agama Islam dipercaya melebihi angka 10%, atau sekitar 7,4 juta dari 67 juta jiwa penduduk Thailand [2]. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pemeluk agama Islam di negeri ini terus meningkat.
Gambaran Umum Kehidupan Islam
Sebagian besar muslim di negeri ini tinggal di Thailand bagian selatan, yang banyak berada di provinsi Yala, Narattiwat, dan Pattani. Secara budaya dan penampakan fisik, mereka lebih dekat kepada masyarakat Melayu. Jika kita melihat sejarah yang telah berlalu, wilayah-wilayah tersebut tadinya bukan merupakan bagian dari Thailand. Namun sejak tahun 1808, Thailand menjajah wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya. Tentu saja banyak pertentangan yang terjadi karena Thailand merupakan negeri Budha yang menganggap raja sebagai keturunan dewa. Sehingga banyak ritual syirik yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Pemberontakan pun pernah terjadi, dan hingga saat ini pun masih ada pertentangan-pertentangan yang terjadi karena perbedaan prinsip tersebut [3].
Walaupun mayoritas muslim ada di bagian selatan Thailand, namun bukan berarti di bagian lain Thailand tidak ada muslim. Katakanlah Bangkok, ibukota Thailand. Di Bangkok, kita dengan mudah dapat menemui masjid. Walaupun mayoritas muslim di Bangkok adalah pendatang dari bagian selatan Thailand (secara fisik dapat dikenali dengan mudah, karena berdarah melayu), namun cukup banyak juga muslim yang berdarah Thailand asli (biasanya berkulit putih). Hal ini menunjukkan dakwah Islam berjalan dengan baik di Bangkok.
Apabila kita mendatangi masjid-masjid di Thailand, kita akan menyadari bahwa banyak kemiripan kehidupan muslim di Thailand dan Indonesia. Mayoritas muslim di Thailand adalah sunni bermazhab Syafi’i. Dan secara umum, mereka mirip sekali dengan kaum Nahdliyin yang ada di negeri kita. Dengan mudah kita temui acara dzikir berjama’ah , nasyid, dan berbagai macam shalawat. Setiap masjid pun biasanya memiliki kyai yang diagungkan di situ.
Namun Alhamdulillah, dari kalangan pemuda (kebanyakan mahasiswa) banyak yang rajin menuntut ilmu di manhaj salaf yang mulia ini. Mereka cukup rajin mengadakan kajian-kajian ilmiah di masjid walaupun terkadang bertentangan dengan pengurus masjid itu sendiri. Meskipun mereka berhadapan dengan terbatasnya pustaka yang dapat mereka akses (karena tidak semua bisa berbahasa Arab), namun mereka sangat bersemangat untuk menegakkan Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salafus shalih. Mereka pun menampakkan ke-Islam-an mereka dengan terang-terangan. Mereka memelihara jenggot, tidak isbal, bahkan di kampus pun kita terkadang bisa menemui saudari kita yang bercadar. Dan qadarullah, mereka pula-lah yang menjadi salah satu penyebab penulis mendapatkan hidayah untuk istiqomah di manhaj yang mulia ini.
Dukungan Kerajaan Thailand terhadap Islam
Meskipun Thailand merupakan negeri Budha, namun kerajaan cukup mendukung kehidupan Islam para penduduknya. Tanggungjawab urusan mengenai agama Islam di Thailand diemban oleh seorang mufti yang mendapat gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini berada di bawah kementerian dalam negeri dan juga kementerian pendidikan dan bertanggungjawab kepada raja. Mufti bertugas untuk mengatur kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal dan akhir bulan hijriyah.
Mufti membawahi dewan provinsial Islam yang beranggotakan 26 orang dari tiap provinsi. Dan dewan tersebut membawahi sekitar 3494 masjid yang ada di Thailand [2]. Pusat dari kegiatan tersebut berada di Bangkok, yaitu Islamic Center yang terletak di daerah Ramkhamhaeng. Selain itu, di setiap Universitas biasanya terdapat Muslim Student Club. Biasanya kelompok tersebut mendapat tempat khusus yang juga dapat digunakan untuk melaksanakan shalat.
Secara umum, masyarakat Thailand juga sangat toleran terhadap muslim. Mereka cukup peduli dengan makanan yang dapat kita makan, dan mereka juga sangat mudah memberi izin untuk melakukan shalat. Namun karena Thailand merupakan Negara Budha, sehingga hari besar kaum muslimin (Idul Fitri dan Idul Adha) tidak mereka liburkan. Hal ini terkadang menjadi kendala bagi para pelajar atau pegawai yang ingin melaksanakan sholat Ied berjama’ah. Namun biasanya tiap institusi memberikan keringanan untuk “membolos” pada waktu-waktu tersebut.
Makanan
Banyak orang mengira bahwa mencari makanan halal di Thailand merupakan perkara sulit. Namun kenyataannya, makanan halal merupakan hal yang mudah didapatkan di mana saja. Katakanlah jika kita pergi ke kantin kampus. Biasanya di tiap kompleks kantin ada satu kios makanan halal. Jika kita pergi ke pasar, biasanya ada penjual daging halal yang disembelih secara syar’i. Jika kita ingin makan di warung halal sekalipun, kita cukup mencari masjid yang terdekat. Biasanya di dekat masjid ada perkampungan muslim dan juga penjual makanan halal. Di mall-mall sekalipun biasanya kita dapat menemukan rumah makan halal.
Namun salah satu hal yang membuat muslim di Thailand merasa aman akan ketersediaan makanan halal adalah adanya badan sertifikasi halal yang sangat kuat [4]. Dengan mengakses www.halal.or.th saja kita sudah dapat menemukan list produk dan restoran halal yang ada di Thailand. Bahkan produk-produk kemasan yang ada di supermarket pun sudah banyak yang bersertifikat halal yang dikeluarkan oleh badan tersebut. Sehingga muslim di Thailand dapat dengan leluasa memilih mana yang bisa dimakan dan tidak.
Salah satu orang yang berjasa di bidang sertifikasi halal ini adalah Winai Dahlan, seorang associate professor di Chulalongkorn University. Beliau merupakan cucu dari KHA Dahlan. Beliau saat ini adalah direktur dari Halal Science Center di universitas tersebut. Beliau sangat giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh dunia. Bahkan bisa dikatakan kemajuan mengenai makanan halal di Thailand sudah selangkah lebih maju dibandingkan Indonesia karena promosi gencar yang mereka lakukan.
Menjadi seorang Muslim di Thailand
Paparan di atas menunjukkan berbagai macam gambaran kehidupan muslim di Thailand. Namun secara umum, hidup menjadi seorang muslim di Thailand penuh dengan perjuangan yang berat.
Seperti kita ketahui bahwa Thailand merupakan negeri yang bebas. Mayoritas penduduknya menyukai kehidupan malam, pergaulan bebas, dan minum minuman keras. Selain itu dentuman musik dapat kita temui di mana saja. Para pemudi pun berpakaian sangat minim. Bagi seseorang yang sedang lemah imannya, tentu saja serbuan kemaksiatan yang ada di lingkungan merupakan tantangan yang berat.
Secara kepercayaan pun, kita dapat menemui praktik syirik tersebar di mana-mana. Hampir di setiap rumah ada kuil kecil di mana mereka meletakkan sesaji. Bahkan biasanya para pedagang pun meletakkan sesaji itu di toko mereka. Pengagungan mereka pada kerajaan pun sudah melampaui batas. Raja dianggap sebagai keturunan dewa sehingga mereka menjadikannya sesembahan. Biksu pun mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa. Mereka akan memberikan apapun jika bertemu biksu, hanya untuk mendapatkan berkat dari mereka. Tentu saja praktik syirik yang bertebaran di seluruh bumi Thailand ini terus bertentangan dengan hati kaum muslimin.
Karena itu, biasanya kaum muslimin di Thailand hidup berkelompok supaya dapat saling menjaga. Di dekat masjid biasanya ada perkampungan muslim. Selain itu, ada juga beberapa daerah di Bangkok yang memiliki persentase penduduk muslim yang cukup besar. Mereka berusaha membuat lingkungan yang baik supaya dapat hidup di luar gelimang kemaksiatan tadi.
Terkadang kelompok-kelompok yang hidup di beberapa daerah tersebut berkumpul karena kesamaan suku. Ada daerah di Bangkok yang bernama Kampung Jawa. Di daerah tersebut, penduduknya merupakan keturunan jawa yang sudah turun temurun tinggal di sana. Di kampung tersebut terdapat Masjid Jawa. Selain itu ada juga Masjid Indonesia. Ada cukup banyak warga keturunan yang berasal dari banyak negara dan membentuk komunitas sendiri. Hal itu tidak lain adalah upaya mereka untuk saling menjaga dari kehidupan budaya yang sangat berbeda dengan nilai Islam. Biasanya mereka sudah lupa dengan bahasa dari negeri mereka masing-masing. Seperti Winai Dahlan yang telah disebutkan sebelumnya, juga tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia sama sekali.
Alhamdulillah, demikianlah kehidupan Islam di Negeri Gajah Putih. Barangkali kita tadinya tidak menyangka bahwa kita memiliki saudara-saudara yang terus berjuang hidup sambil mempertahankan aqidahnya di negeri kafir ini. Semoga hal ini membuat kita semua untuk senantiasa bersyukur dan juga semakin bersemangat menuntut ilmu. Mereka dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada, masih terus berusaha mencari kebenaran dalam memahami dinul Islam ini. Semoga Allah selalu menjaga saudara-saudara kita ini. Dan semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua.
—
Penulis: Fikri Waskito (mahasiswa Chulalongkorn University, Thailand)
Artikel www.muslim.or.id
—
Referensi:
- http://en.wikipedia.org/wiki/Religion_in_Thailand, diakses pada 8 April 2011
- http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Thailand, diakses pada 8 April 2011
- History and Politics of Muslim in Thailand, Thanet Apornsuvan, Thammasat University
- http://www.halal.or.th/en/main/index.php, diakses pada 8 April 2011
- http://halalscience.org/en/main2010/index.php, diakses pada 8 April 2011
Mantap Mas Fikri.. barokallohufiik, ditunggu tulisan2 beikutnya…:)
Luar biasa.. mas Fikri… ditunggu artikel artikel yang lainnya…
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Sudah 3 minggu saya bertugas di Thailand. Sejak 10 April 2011, saya tinggal di sebuah hotel di Bangkok, tidak terlalu jauh dari Stasiun BTS Victory Monument.
Sungguh tepat gambaran mengenai Thailand yang diceritakan saudaraku Fikri. Baik mengenai makanan, lingkungan, kuil kecil yg ada hampir di setiap bangunan, maupun keadaan para pemudinya.
Keadaan disini memang sangat berat. Sungguh sangat berat. Benar2 saya ingin bertemu dengan saudara2ku di sini yang bermanhaj salaf.
Alhamdulillah, sudah 2 kali saya sholat jum’at di sebuah masjid yg ada di Bangkok. Disana saya pernah berpapasan dengan seorang akhwat bercadar, dan juga ketika sholat jum’at saya pernah melihat seorang Ikhwan yang berpakaian tidak isbal.
Saya lupa nama masjidnya, dari kantor saya di Exchange Tower (dekat stasiun BTS Asok) saya menuju masjid tersebut menggunakan BTS, dan turun di stasiun BTS Ratchathewi.
Mungkin antum bisa membantu saya:
1. Dimanakah biasanya kajian bermanhaj salaf diadakan di Bangkok? Kalau bisa yg berbahasa Melayu atau Inggris, dan yg mudah dijangkau dari Stasiun BTS.
2. Bagaimana cara menuju Islamic Center yang terletak di daerah Ramkhamhaeng?
3. Bagaimana cara menuju Perguruan tinggi yg terdapat Mahasiswa bermanhaj salaf di Thailand (Chulalongkorn University)?
Mungkin dikesempatan hari2 libur saya akan menuju tempat2 tsb Insyaa Allah.
Jazakallah khoiron katsiro.
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh
Saudaraku Andi, yang semoga selalu berada dalam lindungan Allah.
Benar, memang berpegang pada Sunnah di masa ini bukan merupakan perkara yang mudah. Namun semoga kita selalu diberi petunjuk dan kekuatan untuk berpegang teguh pada Sunnah, baik saat kita berada di Indonesia, Thailand atau di manapun kita berada.
Untuk Masjid yang ada di dekat BTS Ratchathewi, kemungkinan besar Masjid itu adalah Masjid Darul Aman. Masjid itu terletak di Soi 7 (gang ke 7) Petchaburi Road, di mana di gang tersebut terdapat cukup banyak muslim (kebanyakan berasal dari Thai selatan). Sehingga di sana cukup mudah mencari makanan halal.
Dan karena letaknya yang cukup dekat dengan KBRI, ada cukup banyak orang Indonesia (termasuk mahasiswa dan pegawai KBRI) yang Jumatan di sana. Insya Allah tidak akan sulit mengenali mereka. Pak Winai Dahlan yang saya sebutkan dalam artikel tersebut juga sering sekali Jumatan di sana.
Dan di gang itu, cukup banyak mahasiswa muslim Thailand yang tinggal di sana. Dan sebagian dari mereka sudah mengenal manhaj salaf.
1. Walau saya katakan sudah ada muslim di Thailand yang sudah mengenal manhaj salaf, namun bukan berarti sudah banyak kajian yang membahas manhaj salaf ini. Muslim di sini sudah merupakan minoritas, dan kita ketahui sendiri di antara muslim sendiripun belum semuanya bisa menerima dakwah ini. Karena itu, saya katakan kajian mereka masih sangat terbatas (sejauh yang saya ketahui).
Para pemuda itu biasa mengadakan kajian di Masjid Darul Aman pada Kamis Malam, Ba’da Isya’. Selain itu Jumat malam mereka juga ada kajian hadits di tempat lain (kalau tidak salah di daerah Latprao). Sedang untuk kajian akhwat saya belum memiliki informasinya.
Untuk bahasa, tentu saja mereka menggunakan Bahasa Thailand.. Walau ada sebagian dari mereka yang bisa berbahasa Inggris, Melayu, ataupun Arab, namun mereka mengatakan tidak mampu menerangkan kajian dalam ketiga bahasa tersebut. Kalau ada informasi lagi, akan saya kabari lagi. Barangkali kalau untuk berkunjung saja, itu masih bisa.
2. Untuk ke Islamic Center, ada beberapa cara. Namun mungkin yang paling mudah, naik airportlink (dari BTS Phayathai) dan turun di stasiun Ramkhamhaeng. Kita cari Ramkhamhaeng Soi 2, insya Allah sudah tampak. Daerah Ramkhamhaeng itu juga daerah yang banyak Muslimnya. Atau bisa juga dari BTS Ratchathewi, naik bus 113 atau 99 yang ke arah KBRI, dan turun di Ramkhamhaeng soi 2.
Karena Islamic Center ini sifatnya umum, sehingga akan terlihat berbagai macam jamaah yang tampak di sana. Selain itu pada saat Ramadhan, Islamic Center akan sangat ramai dengan kegiatan.
3. Untuk ke Chulalongkorn University, cukup turun di BTS Siam atau National Stadium. Kampus tersebut terletak sangat dekat dengan MBK. Jika ingin bertemu dengan muslim di sana, bisa ke gedung Salaphrakiaw lantai 4. Di sana ada muslim club yang juga berfungsi sebagai Mushola.
Namun pada hari libur, biasanya tidak banyak mahasiswa yang ada di kampus. Namun mahasiswa tersebut kebanyakan tinggal di dekat Masjid Darul Aman, sehingga akan lebih mudah bertemu dengan mereka di masjid tersebut. Saat Maghrib atau Isya, biasanya mereka jama’ah di Darul Aman.
Semoga Allah selalu menjaga kita semua,
Jazakallaahu khoiron.
Assalamualaikum Wh Wb,
Mas Fikri, saya ingin berbagi pengalaman selama di Bangkok. Benar sekali apa yang telah diterangkan dalam artikelnya mengenai negeri gajah putih ini.
Pengalaman saya sewaktu ke Bangkok bersama teman-teman 4 orang dalam rangka seminar, kami tinggal di hotel kecil di Rama Road, yang tidak jauh dari Bangkok Convention Center dan mall MBK.
Memang u/ urusan makan halal, agak sulit. Membeli makanan kecil di Seven Eleven, harus lihat2 dulu ingredients-nya, kebanyakan ada b2 nya. Jadi selama di Bangkok, kami hanya makan Indomie, beli roti tawar dan aqua.
Kami juga sempat puasa karena menu yang tidak cocok, dan malamnya baru buka dengan buah mangganya yang kuning manis itu.
Urusan sholat pun susah, sewaktu di Bangkok Convention Center, kami minta tempat sedikit u/ sholat, dan untungnya diberikan di business center dimana banyak pemuda2 yang sedang main warnet, jadi kami hanya jadi bahan tontonan saja.
Pada saat acara seminar, kebetulan kami memang bertemu dengan muslim Thailand yang bisa berbahasa melayu dan mereka bilang bahwa kami dari Thailand selatan yang berdekatan dng Malaysia. Mereka senang sekali bisa bertemu dengan sesama muslim dari Indonesia.
Begitulan Thailand, selain panas sekali cuacanya, hampir di setiap mall terdapat kuil2 kecil patung gajah dimana di sore hari, warga Thailand yang baru pulang kerja menyempatkan diri u/ beribadah sebentar ke sana.
Sampai-sampai, saya bercanda dengan salah satu teman saya seorang dokter gigi dari Thailand “Hi Eka, I have already prayed just now in the mall…he..he..he..”, dan dia hanya tertawa mendengar candaan saya tetapi samasekali tidak marah dikarenakan dia juga suka sekali dengan keramahan dan adat orang Indonesia.
Dari pengalaman tsb, di pesawat saya hanya merenung, bersyukur kita muslim dari Indonesia yang punya agama, ternyata masih lebih enak tinggal di negara sendiri, makanan lebih enak di Indonesia dan cuacanya juga tidak sepanas di sana.
Wassalammualaikum Wh Wb
Wah, pengen uy jalan-jalan ke Thailand. Buat ketemu saudara kita disana :-)
Semoga Allah memberi kemudahan kepada muslim dan muslimah di negara gajah putih, ternyata agak berat ya
perkongsian yang sangat menarik dan teruskan usaha anda…barakallah wa jazakallah.
tapi nkenapa orang islam di thailand di lecehkan sepertinya
Mas bgus bgt tulisannya,,saiia tw blog ini Dr teman saya sesama anggota mesjid
Smg qt smw mndapatkan kekuatan aqidah utq brjuang mjd lbh baik..amiin
Assalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Jika Alloh sudah menakdirkan sesuatu maka tiada yang tidak mungkin bagi-Nya dan semuanya akan berjalan dengan baik yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Itulah janji Alloh dalam Al-Qur’an bahwa segala sesuatunya apabila telah tiba saatnya maka pasti akan terjadi dan tidak ada pengelaan atasnya. Ketahuilah kawan, islam akan berjaya sesuai dengan yang telah dijanjikan Alloh dalam Al-Qur’anul karim. Semoga dakwah As-Salaf di negeri-negeri minoritas islam terus berkembang pesat sehingga islam mayoritas meski diwilayah kaum kafir sekalipun. Aamiin
Salam dakwah untukmu saudara-saudaraku yang kucintai karena Alloh.
Assalamualaikum.wr.wb,
Mas Fikri,cukup menarik artikelnya. Kebetulan mulai tahun ini setiap bulan saya rutin berkunjung ke Bangkok untuk menemui customer. Biasanya satu minggu stay di Bangkok disetiap bulannya.
Alhamdulillah, beberapa kali ketemu saudara kita muslim Thailand yang menempati posisi penting di perusahaan. Jadi lebih semangat kala presentasi dan promosi produk.
Saya biasa menginap di Marriot Executive Apartment, Shukumvit 24. Alhamdulillah, ada petunjuk arah kiblat di kamar kita. Cukup memudahkan. Dan semoga kita yang sedang dinegeri orang ini tetap istiqamah menjalankan sunnah.
Salam dakwah.
Wassalamualaikum,wr,wb
Assalamualaikum wr wb,
Mas Fikri, terima kasih atas sharing artikelnya.
Kebetulan saya sedang ada tugas di Bangkok cukup lama, dan saya ingin sekali shalat Jumat disini.
Tolong beritahu dimanakah alamat masjid dekat dengan BTS stasiun dan dekat dengan daerah Soi Langsuan.
Apakah di KBRI mengadakan shalat Jumat?
Wassalamualaikum wr wb
Wa alaikum salam wa rahmatullah.
Kalau di dekat Stasiun BTS, bisa dari Chitlom naik BTS ke Ratchathewi, di situ ada Masjid Daarul Aman. Dan di sana di laksanakan Jumatan. Atau mudah juga ke KBRI. Turun di BTS Siam, lalu tembus ke jalan belakang sampai KBRI. Di sana juga diadakan Jumatan.
Baarakallaahu fiikum.
asllmlkm wr.wb, kak.. sya ingn brtnya bagaimna keadaan kk saat menjalani kuliah di universitas chulalongkorn thai? dan adakah mahasiswi disana yang menggunakan jilbab secara syar’i disana? karena sya ada keingnn untuk kuliah disana namun masih ada perasaan hawatir tntang kehidupan muslim disna..
mhon blsannya, jzklh, asslmlkm wr.wb
assalamualaikum wr.wb
kak Fikri, saya mau bertanya tentang kehidupan kakak saat masih menjalani kuliah di thailand, pada tahun berapa kk belajar disana? bagaimana mahasiswi disana? apa banyak yang menggunakan jilbab dan kerudung? karena saya ada niatan ingin belajar disana juga, tapi saya masih merasa takut dan ragu tentang kehidupan islam disana.
mohon blsannya,
jazakallah khoir…
Wa alaikum salam wa rahmatullah.
Saya kuliah di sana pada tahun 2009-2012. Untuk pakaian mahasiswi, tidak ada larangan dari Universitas untuk berpakaian syar’i. Saya memiliki beberapa teman (orang Thailand) yang suami istri sama-sama kuliah di Chulalongkorn University, dan istri-istri mereka berpakaian secara syar’i di kampus.
Namun jumlah mereka tentu tidak banyak, karena muslim menjadi minoritas di sana.
Sekarang sudah tidak kuliah di sana. Dahulu menggunakan Bahasa Inggris.