Tahukah anda bahwa mengikuti manhaj salaf itu banyak manfaatnya? Simak penjelasan manfaat mengikuti manhaj salaf berikut.
[lwptoc]
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه أجمعين، أما بعد
Prolog
Manhaj salaf adalah satu-satunya manhaj yang diakui kebenarannya oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena manhaj ini mengajarkan pemahaman dan pengamalan islam secara lengkap dan menyeluruh, dengan tetap menitikberatkan kepada masalah tauhid dan pokok-pokok keimanan sesuai dengan perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:
{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs. At Taubah: 100)
Dalam ayat lain, Allah ta’ala memuji keimanan para sahabat radhiyallahu ‘anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam firman-Nya:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا
“Dan jika mereka beriman seperti keimanan kalian, maka sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk (ke jalan yang benar).” (Qs. Al Baqarah: 137)
Dalam hadits yang shahih tentang perpecahan umat ini menjadi 73 golongan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Semua golongan tersebut akan masuk neraka, kecuali satu golongan, yaitu Al Jama’ah“. Dalam riwayat lain: “Mereka (yang selamat) adalah orang-orang yang mengikuti petunjukku dan petunjuk para sahabatku.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimy dan imam-imam lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyyah, Asy Syathiby dan Syaikh Al Albany. Lihat “Silsilatul Ahaaditsish Shahihah” no. 204)
Maka mengikuti manhaj salaf adalah satu-satunya cara untuk bisa meraih keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana hanya dengan mengikuti manhaj inilah kita akan bisa meraih semua keutamaan dan kebaikan yang Allah ta’ala janjikan dalam agama-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik umatku adalah generasi yang aku diutus di masa mereka (para sahabat radhiyallahu ‘anhum), kemudian generasi yang datang setelah mereka, kemudian generasi yang datang setelah mereka.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam menjelaskan hadits di atas: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan (dalam hadits ini) bahwa generasi yang terbaik secara mutlak adalah generasi di masa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (para sahabat radhiyallahu ‘anhum), dan ini mengandung pengertian keterdepanan mereka dalam seluruh aspek kebaikan (dalam agama ini), karena kalau kebaikan mereka (hanya) dalam beberapa aspek (tidak sempurna dan menyeluruh) maka mereka tidak akan dinamakan (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai) generasi yang terbaik secara mutlak”. Maksud terbaik secara mutlak yaitu kebaikan yang ada pada mereka adalah kebaikan yang sempurna dan menyeluruh pada semua aspek kebaikan dalam agama. (Lihat Kitab I’laamul muwaqqi’iin, 4/136- cet. Daarul Jiil, Beirut, 1973)
Untuk lebih jelasnya pembahasan masalah ini, berikut ini kami akan menyebutkan dan menjelaskan beberapa contoh/poin penting yang menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan yang bisa kita capai dengan berusaha memahami dan mengamalkan manhaj salaf dengan baik dan benar, serta mustahilnya mencapai semua itu dengan mengikuti selain manhaj yang benar ini.
Keteguhan iman dan keistiqamahan dalam agama di dunia dan akhirat
Allah ta’ala berfirman:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)
Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: {Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat}.”. (HR. Al Bukhari dalam Shahih Al Bukhari, no. 4422- cet. Daar Ibni Katsir, Beirut, 1407 H. Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 2871- cet. Daar Ihya-it turats al ‘araby, Beirut)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa keteguhan iman dan keistiqamahan dalam agama hanyalah Allah ta’ala anugerahkan kepada orang beriman yang memiliki ‘ucapan yang teguh’, yaitu dua kalimat syahadat yang dipahami dan diamalkan dengan baik dan benar.
Maka berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bagi kita salah satu keutamaan dan manfaat besar mengikuti manhaj salaf, karena tidak diragukan lagi hanya manhaj salaf-lah satu-satunya manhaj yang benar-benar memberikan perhatian besar kepada pemahaman dan pengamalan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar, dengan selalu mengutamakan pembahasan tentang kalimat Tauhid (Laa Ilaaha Illallah), keutamaannya, kandungannya, syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, hal-hal yang membatalkan dan mengurangi kesempurnaannya, disertai peringatan keras untuk menjauhi perbuatan syirik dan semua perbuatan yang bertentangan dengan tauhid.
Demikian pula perhatian besar manhaj salaf terhadap kalimat syahadat (Muhammadur Rasulullah), dengan selalu mengutamakan pembahasan tentang keindahan dan kesempurnaan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai peringatan keras untuk menjauhi perbuatan bid’ah dan semua perbuatan yang bertentangan dengan Sunnah.
Berkata Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Al Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat dari ancaman azab Allah ta’ala / orang-orang yang mengikuti manhaj salaf) adalah orang-orang yang (sangat) mengutamakan Tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, seperti berdoa, meminta pertolongan, memohon keselamatan dalam keadaan susah maupun senang, berkurban, bernazar, dan ibadah-ibadah lainnya, serta keharusan menjauhi syirik dan fenomena-fenomenanya yang terlihat nyata di kebanyakan negara Islam… Dan mereka adalah orang-orang yang selalu menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ibadah, tingkah laku dan (semua sisi) kehidupan mereka, sehingga jadilah mereka sebagai orang-orang yang asing di tengah masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menggambarkan keadaan mereka: “Sesungguhnya islam awalnya datang dalam keadaan asing, dan nantinya pun (di akhir jaman) akan kembali asing, maka beruntunglah (akan mendapatkan surga) orang-orang yang asing (karena berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain: “… Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebaikan ketika manusia dalam keadaan rusak”. Berkata Syaikh Al Albani: Hadits ini diriwayatkan oleh Abu ‘Amr Ad Daani dengan sanad yang shahih.” (Minhaajul Firqatin Naajiyah, hal. 7-8 – cet. Daarush Shami’i, Riyadh)
Meraih Kenikmatan tertinggi di Surga, yaitu Melihat Wajah Allah ta’ala yang Maha Mulia dan Maha Tinggi
Dalam hadits shahih dari seorang sahabat yang mulia Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala Berfirman: “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga)? Maka mereka menjawab: Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka? Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai dari pada melihat (wajah) Allah ta’ala”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat berikut:
للذين أحسنوا الحسنى وزيادة
“Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah ta’ala)” (QS Yunus: 26). (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, no. 181)
Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam kitab beliau “Ighaatsatul lahafaan” (Hal. 70-71, Mawaaridul amaan, cet. Daar Ibnil Jauzi, Ad Dammaam, 1415 H) menjelaskan bahwa kenikmatan tertinggi di akhirat ini (melihat wajah Allah ta’ala) adalah balasan yang Allah ta’ala berikan kepada orang yang merasakan kenikmatan tertinggi di dunia, yaitu kesempurnaan dan kemanisan iman, kecintaan yang sempurna dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya, serta perasaan tenang dan bahagia ketika mendekatkan diri dan berzikir kepada-Nya. Untuk lebih jelas pembahasan masalah ini, silakan baca tulisan kami yang berjudul “Indahnya Islam Manisnya Iman”. Dalam sebuah ucapannya yang tersohor Ibnu Taimiyyah berkata: “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti.” (Al Waabilush Shayyib, 1/69)
Beliau menjelaskan hal ini berdasarkan lafazh doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih: “Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu (sewaktu di dunia)…” (HR. An Nasa-i dalam “As Sunan” (3/54 dan 3/55), Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (4/264), Ibnu Hibban dalam “Shahihnya” (no. 1971) dan Al Hakim dalam “Al Mustadrak” (no. 1900), dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hakim, disepakati oleh Adz Dzahabi dan Sykh Al Albani dalam “Zhilaalul Jannah Fii Takhriijis Sunnah” (no. 424))
Dari keterangan di atas juga terlihat jelas besarnya keutamaan dan manfaat mengikuti manhaj salaf. Karena kemanisan iman, kecintaan yang sempurna dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah ta’ala merupakan buah yang paling utama dari ma’rifatullah (pengenalan/pengetahuan yang benar dan sempurna tentang Allah ta’ala dan sifat-sifat-Nya), yang mana ma’rifatullah yang benar dan sempurna tidak akan mungkin dicapai kecuali dengan mempelajari dan memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah ta’ala dalam Al Qur-an dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan metode pemahaman yang benar, yang ini semua hanya didapatkan dalam manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah/manhaj Salaf.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah ideologi golongan yang selamat dan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala sampai hari kiamat, (yang mereka adalah) Ahlus Sunnah wal jama’ah (orang-orang yang mengikuti manhaj salaf), yaitu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, (hari) kebangkitan setelah kematian, dan beriman kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk.
Termasuk iman kepada Allah (yang diyakini Ahlus Sunnah wal jama’ah) adalah mengimani sifat-sifat Allah ta’ala yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur-an dan yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam hadits-hadits yang shahih), tanpa tahriif (menyelewengkan maknanya), tanpa ta’thiil (menolaknya), tanpa takyiif (membagaimanakan/menanyakan bentuknya), dan tanpa tamtsiil (menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk). Ahlus Sunnah wal jama’ah mengimani bahwa Allah ta’ala:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs. Asy Syuura:11)
Maka Ahlus Sunnah wal jama’ah tidak menolak sifat-sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, tidak menyelewengkan makna firman Allah dari arti yang sebenarnya, tidak menyimpang (dari kebenaran) dalam (menetapkan) nama-nama Allah (yang maha indah) dan dalam (memahami) ayat-ayat-Nya. Mereka tidak membagaimanakan /menanyakan bentuk sifat Allah dan tidak menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk. Karena Allah ta’ala tiada yang serupa, setara dan sebanding dengan-Nya, Dia ta’ala tidak boleh dianalogikan dengan makhluk-Nya, dan Dia-lah yang paling mengetahui tentang diri-Nya dan tentang makhluk-Nya, serta Dia-lah yang paling benar dan baik perkataan-Nya dibanding (semua) makhluk-Nya. Kemudian (setelah itu) para Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam orang-orang yang benar (ucapannya) dan dibenarkan, berbeda dengan orang-orang yang berkata tentang Allah ta’ala tanpa pengetahuan. Oleh karena itulah Allah ta’ala Berfirman:
{سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين}
“Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai kemuliaan dari apa yang mereka katakan, Dan keselamatan dilimpahkan kepada para Rasul, Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” (Qs. Ash Shaaffaat: 180-182)
Maka (dalam ayat ini) Allah menyucikan diri-Nya dari apa yang disifatkan orang-orang yang menyelisihi (petunjuk) para Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Allah menyampaikan salam (keselamatan) kepada para Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam karena selamat (suci)nya ucapan yang mereka sampaikan dari kekurangan dan celaan. Allah ta’ala telah menghimpun antara an nafyu (meniadakan sifat-sifat buruk) dan al itsbat (menetapkan sifat-sifat yang maha baik dan sempurna) dalam semua nama dan sifat yang Dia tetapkan bagi diri-Nya, maka Ahlus Sunnah wal jama’ah sama sekali tidak menyimpang dari petunjuk yang dibawa oleh para Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena itulah jalan yang lurus; jalannya orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah ta’ala, yaitu para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh.” (Kitab “Al ‘Aqiidatul Waasithiyyah” (hal. 6-8))
Menggapai taufik dari Allah ta’ala yang merupakan kunci pokok segala kebaikan
Berkata Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah: “Kunci pokok segala kebaikan adalah dengan kita mengetahui (meyakini) bahwa apa yang Allah kehendaki (pasti) akan terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi. Karena pada saat itulah kita yakin bahwa semua kebaikan (amal shaleh yang kita lakukan) adalah termasuk nikmat Allah (karena Dia-lah yang memberi kemudahan kepada kita untuk bisa melakukannya), sehingga kita akan selalu mensyukuri nikmat tersebut dan bersungguh-sungguh merendahkan diri serta memohon kepada Allah agar Dia tidak memutuskan nikmat tersebut dari diri kita. Sebagaimana (kita yakin) bahwa semua keburukan (amal jelek yang kita lakukan) adalah karena hukuman dan berpalingnya Allah dari kita, sehingga kita akan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar menghindarkan diri kita dari semua perbuatan buruk tersebut, dan agar Dia tidak menyandarkan (urusan) kita dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan kepada diri kita sendiri.
Telah bersepakat al ‘Aarifun (orang-orang yang memiliki pengetahuan yang dalam tentang Allah dan sifat-sifat-Nya) bahwa asal semua kebaikan adalah taufik dari Allah ta’ala kepada hamba-Nya, sebagaimana asal semua keburukan adalah khidzlaan (berpalingnya) Allah ta’ala dari hamba-Nya. Mereka juga bersepakat bahwa (arti) taufik itu adalah dengan Allah tidak menyandarkan (urusan) kita kepada diri kita sendiri, dan (sebaliknya arti) al khidzlaan (berpalingnya Allah ta’ala dari hamba) adalah dengan Allah membiarkan diri kita (bersandar) kepada diri kita sendiri (tidak bersandar kepada Allah ta’ala)…”
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari hal ini dalam doa beliau yang terkenal dan termasuk doa yang dianjurkan untuk dibaca pada waktu pagi dan petang: “… (Ya Allah!) jadikanlah baik semua urusanku dan janganlah Engkau membiarkan diriku bersandar kepada diriku sendiri (meskipun cuma) sekejap mata.” (HR. An Nasa-i dalam “As Sunan” (6/147) dan Al Hakim dalam “Al Mustadrak” (no. 2000), dishahihkan oleh Al Hakim, disepakati oleh Adz Dzahabi dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahihah (1/449, no. 227)) (Kitab Al Fawa-id (hal. 133- cet. Muassasah ummil Qura, Mesir 1424 H))
Dari keterangan Imam Ibnul Qayyim di atas jelaslah bagi kita bahwa kunci pokok segala kebaikan adalah memahami dan mengimani bahwa apa yang Allah kehendaki (pasti) akan terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi, yang ini merupakan kesimpulan makna iman kepada takdir Allah ta’ala yang baik maupun yang buruk. Dan sekali lagi ini menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mengikuti manhaj salaf, karena pemahaman yang benar terhadap masalah takdir Allah ta’ala hanya ada pada manhaj salaf. Untuk lebih jelasnya, baca keterangan Ibnu Taimiyyah dalam Al ‘Aqiidatul waasithiyyah (hal. 22) tentang lurusnya pemahaman Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam masalah iman kepada takdir Allah dan sesatnya pemahaman-pemahaman lain yang menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah wal jama’ah.
Mendapatkan semua kemuliaan yang Allah Ta’ala sediakan di akhirat
Imam Ibnu Katsir ketika menjelaskan kewajiban mengimani keberadaan Al Haudh (telaga milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat nanti) yang merupakan bagian dari iman kepada hari akhir, beliau berkata: “Penjelasan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –semoga Allah Memudahkan kita meminum dari telaga tersebut pada hari kiamat– (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan (diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul bid’ah yang bersikeras kepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini. Mereka inilah yang paling terancam untuk dihalangi (diusir) dari telaga tersebut (pada hari kiamat) (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Al Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.), sebagaimana ucapan salah seorang ulama salaf: “Barangsiapa yang mendustakan (mengingkari) suatu kemuliaan maka dia tidak akan mendapatkan kemuliaan tersebut…” (Kitab An Nihayah Fiil Fitani Wal Malaahim (hal. 127))
Ucapan yang dinukil oleh Imam Ibnu Katsir ini menunjukkan bahwa semua kemuliaan yang Allah ta’ala sediakan di akhirat, seperti kenikmatan di alam kubur, meminum dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendapatkan Syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang diizinkan Allah ta’ala untuk memberikan syafaat bahkan termasuk kenikmatan di dalam surga, hanyalah Allah ta’ala anugerahkan kepada orang-orang yang tidak mengingkari dan mengimaninya dengan benar. Ini juga menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mengikuti manhaj salaf, karena hanya dengan mengikuti manhaj salaflah kita bisa memahami dan mengimani hal-hal tersebut dengan baik dan benar, sehingga orang-orang yang memahami dan mengimani hal-hal tersebut berdasarkan manhaj salaf merekalah yang paling diutamakan untuk meraih semua kemuliaan tersebut dengan sempurna. Adapun orang-orang yang tidak memahami dan mengimani hal-hal tersebut dengan benar karena tidak mengikuti manhaj salaf, maka mereka sangat terancam untuk terhalangi dari mendapatkan kemuliaan-kemuliaan tersebut, minimal akan berkurang kesempurnaannya, tergantung dari jauh dekat pemahaman tersebut dari pemahaman salaf.
Penutup
Contoh-contoh di atas jelas sekali menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan yang bisa kita raih di dunia dan akhirat dengan mengikuti manhaj salaf, masih banyak contoh lain yang tidak mungkin kami sebutkan semua. Semoga dengan contoh-contoh ini kita semakin termotivasi untuk lebih giat mengkaji dan mengamalkan petunjuk para ulama salaf dalam beragama, agar kita semakin sempurna mendapatkan manfaat dan kebaikan yang Allah ta’ala sediakan bagi hamba-hambanya yang menjalankan agamanya dengan baik dan benar.
Sebagai penutup, alangkah indahnya ucapan seorang penyair yang berkata:
Semua kebaikan (hanya dapat dicapai) dengan mengikuti (manhaj) salaf
Dan semua keburukan ada pada perbuatan bid’ah orang-orang khalaf
Khalaf adalah orang-orang yang menyelisihi manhaj salaf.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 5 Dzulqa’dah 1429 H
***
Penulis: Abdullah bin Taslim Al Buthoni
Artikel: Muslim.or.id
assalamu’alaykum. Ustadz, bagaimana contoh aplikasi dari metode manhaj Salaf dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin dengan contoh, orang yang awam bisa memahami dengan lebih mudah. Afwan kalo ada salah kata. Jazakumullah khoir,
Perkenankan saya untuk urun rembug, kaum muslimin di dunia ini tidak bisa menjalankan islam kecuali dengan manhaj salaf. Sebab manhaj salaf ya ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sendiri. Misalnya dalam hal sholat, manhaj salaf mengajarkan kepada kita agar mengikuti tata cara sholat Nabi, tidak membuat tata cara sendiri. Demikian juga masalah pembayaran zakat, manhaj salaf mengajarkan agar mengikuti tuntunan Nabi, demikian seterusnya. jadi nggak ada yang aneh, cuma orang mengira manhaj salaf itu Islam tiban. Wallahu a’lam.
Manhaj Salaf adalah manhaj yang haq dalam beragama. Dan manhaj Salaf mengajarkan pentingnya beragama dengan Islam yang hakiki, masih murni dan belum tercampuri noda syirik dan kotoran bid’ah serta merujuk kepada pemahaman salaf (para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka). Karena Syirik itu suatu perbuatan zhalim yang tak termaafkan. Bid’ah pun perbuatan jelek yang harus dijauhi. Karena para ulama menyampaikan bahwa bid’ah bisa lebih berbahaya daripada perbuatan maksiat. Mengapa? Karena orang yang fanatik terhadap bid’ahnya sangat sulit mengharapkan dia taubat dari perbuatan bid’ahnya. Sebab dia menganggap, dia tidak melakukan perbuatan yang dicela dalam Islam. Dia menganggap apa yang dia lakukan adalah perbuatan baik, yang ia niatkan pun baik.
Jadi ambillah Islam dari mana ia datang. Rasulullullah mengajarkan seluruh ajaran Islam ini kepada para sahabat. Para sahabatlah yang paling mengerti maksud setiap ayat Al-Qur’an yang turun. Jadi belajarlah Islam kepada para pemegang tongkat estafet Islam yang murni sejak dari sahabat Nabi hingga ulama-ulama yang dikenal berada di atas aqidah dan manhaj Salaf.
Apakah aplikasi manhaj Salaf ini dalam kehidupan seorang muslim?
Jika harus diterangkan secara rinci sungguh akan panjang sekali. Namun kita bisa mengambil contoh beberapa perkara saja. Mulai dari dua kalimat syahaadat. Dari kallimat sederhana namun bersifat asasi ini, seorang muslim mestinya bertanya-tanya. Apakah selama ini pemahamannya tentang kalimat ini sesuai pemahaman Salaf? Sesuai seperti apa yang diinginkan oleh Rasulullah dan dipahami oleh para sahabatnya serta diterangkan oleh ulama-ulama sepeninggal mereka? Ataukah kita hanya ikut-ikutan? Kemudian masalah sholat. Apakah sholat yang kita lakukan sudah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah kita hanya ikut-ikutan? Dan seterusnya.
Sehingga setiap muslim dalam beragama hendaknya ilmiah, jelas sumbernya, yaitu mengambil kepada sumber yang asli dan masih murni. Dan manhaj salaf tidak mengajarkan fanatik kepada kelompok tertentu ataupun orang tertentu. Tapi yang diikuti adalah Rasulullah ‘alahish sholatu was salam.
Demikian, wallaahu a’lam
manhaj salaf memang satu2nya jalan yg lurus, akan tetapi yg disayangkan ada beberapa orang yg dalam prakteknya lebih cenderung menganggap salaf merupakan suatu kelompok/golongan bukan manhaj/metode beragama.
as,wr.wb
mohon maaf, kalau nggak salah saya melihat secara
implisit, admin ingin mengatakan, bahwa dari 73 golongan ummat, hanya 1 yang selamat, yakni manhaj salaf adalah golongan yang dimaksud oleh Rasulullah?
saya kurang sependapat,
sabda rasul disitu, tidak menitik beratkan pada manhaj..
atawa aliran dalam islam.
yang selamat itu, adalah al’jamaah.
jadi bukan manhaj salaf…
(mungkin, orang bilang, ahlusunnah wal jamaah)..ini ya?
maaf kalau salah.
alasan pertama:
info tentang manhaj salaf, tidak/belum sinergi dalam alquran. seperti yang anda uraikan.
kedua, hadits rasulllah, menitik beratkan pada al jamaah,
mengandung banyak persfektif..
mereka yang berjamaah disini, artinya mereka yang memegang teguh alquran dan hadits.
jadi bukan sekedar simbol jamaah, dengan corak dan identitas khusus.
(mohon, jangan naif, dan tersinggung)
salam
@ Adi Isa: Mas Adi Isa, mbo ya artikelnya dibaca secara detail dan tuntas…
Antara Al Jama’ah dan Manhaj Salaf itu tidak bisa dipisahkan loh mas..
Gini aja, saya terangkan definisinya masing-masing, biar ndak salah paham..
Manhaj Salaf itu adalah cara/metode pemahaman para salaf.
Siapakah yang dimaksud dengan SALAF? yang dimaksud adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Itulah para Salaf kita..
Jadi, Manhaj Salaf adalah manhajnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya…
Siapakah Al-Jama’ah? pada artikel di atas sudah disinggung, siapakah yang dimaksud dengan Al-Jama’ah, yaitu:
“Mereka (yang selamat) adalah orang-orang yang mengikuti petunjukku dan petunjuk para sahabatku.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimy dan imam-imam lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Taimiyyah, Asy Syathiby dan Syaikh Al Albany. Lihat “Silsilatul Ahaaditsish Shahihah” no. 204)
Kriteria Al-Jama’ah di atas sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri loh! pada hadits yang lain juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan siapakah yang masuk kriteria Al-Jama’ah, yaitu: “maa ana ‘alaihi wa ash haabiy” yaitu yang artinya: “…siapa saja yang sehaluan dengan aku dan para sahabatku.”
Jadi, kesimpulannya, Al-Jama’ah adalah siapa saja yang menempuh manhaj salaf. Siapa saja menunjukkan yaa siapa saja! termasuk mas Adi Isa pun bisa masuk Al-Jam’ah jika memenuhi kriterinya..
Jadi, Ahlussunnah wal Jama’ah atau Al-Jama’ah sudah didefinisikan kriterianya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kriterianya sangat jelas dan tegas!
Artikel di atas insya Allah sudah banyak menjelaskan tentang manhaj salaf. Sudah jelas insya Allah, walaupun belum lengkap.. Baarokallahu fiik..
Menjawab pernyataan Akh Adi Isa dan sebagai pelengkap silakan baca juga artikel:
Siapakah Ahlus Sunnah Wa Jama’ah?
ahlus sunnah wa jama’ah
bukan aliran atau manhaj.. apalagi, ada sekelompok orang yang
menpatenkan istilah tersebut sebagai alirannya,..
nehi..nehi..nehi…
jangan mimpi…
semua muslim jika dia masuk kategori yang dikatakan oleh nabi
tentu selamat, seperti ucapan beliau. islam itu bukan sebatas
jenggut, gamis, dan hitam dahi..
islam adalah rahmatan lil alamin….
salam
@Adi Isa: Mudah-mudahan anda tidak salah mengartikan antara “manhaj” dan “ahlussunnah wal jama’ah”. Memang ada organisasi Islam di Indonesia yang mengklaim merekalah ahlussunnah wal jama’ah, dan bahkan mereka membuat pengertian ahlussunnah wal jama’ah sendiri sesuai dengan versi mereka.
Ya memang benar bahwa Islam tidak hanya sebatas jenggot, gamis, hitam dahi, atau celana cingkrang. Islam lebih luas dari itu, yaitu mencakup hal-hal yang lainnya, akan tetapi tidak menyepelekan hal-hal yang (dianggap kecil) tadi. Seorang ahlussunnah yang punya jenggot maka dia memanjangkan jenggotnya karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkannya. Ahlussunnah wal jama’ah yang laki-laki juga memendekkan celananya di atas mata kakinya (tidak Isbal) karena mengikuti perintah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang ahlussunnah juga berpakaian syar’i, tidak harus gamis lohh… dll… intinya ahlussunnah berusaha untuk mengikuti rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perkara yang dianggap kecil dan sepele, hingga kepada perkara yang besar. kan tidak mungkin kita mampu mengerjakan perkara yang besar2 kalo perkara yang kecil kita sepelekan atau malah tidak dikerjakan. kata seorang da’i: mulai dari yang kecil, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri kita sendiri….
Akhi Adi Isa : Misalkan antum tidak mau terikat golongan ini itu, namun antum beribadah dan beramal sesuai contoh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat, maka otomatis antum di sebut ber-manhaj salaf, krn istilahnya memang demikian. Seandainya ada istilah lain misal manhaj X , tentu antum juga di katakan bermanhaj X.
Spt Jenggot, celana cingkrang, adalah di contohkan oleh rasulullah dan sahabat.
Masalah baju gamis memang tidak ada keutamaannya, malah dalam dakwah lebih baik kita ikuti kebiasaan masyarakat setempat dalam berpakaian, misalkan yg umum baju koko dan sarung.
Akhi Adi Isa, semoga Allah menjaga anda…
Anda berkata:
Anda benar. Maka saya mengajak anda untuk mari kita bersama-sama berusaha agar masuk ke dalam kategori tersebut agar selamat dunia-akhirat. Oiya, kategorinya itu apa?
Nah, maka saya mengajak anda untuk bersama-sama berusaha menjadi orang yang beragama dengan mengikuti cara beragama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya agar masuk ke dalam kategori tersebut.
Setuju?
Kepada saudara adi isa
Salaf adalah pendahulu kita. Dalam hal ini yang dimaksud adalah rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat, para tabi’in, para tabiut tabi’in dan yang mengikuti pemahaman mereka dengan baik. Jadi manhaj salaf adalah manhajnya rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan para pengikut beliau.
Manhaj salaf tidak mengajak kepada hizbiyyah (kekelompokan) bahkan membenci hizbiyyah,manhaj salaf tidak mengajak untuk menjadi anggota partai tertentu, manhaj salaf tidak mengajak untuk memasuki organisasi tertentu.
Jadi siapapun kita dan dimanapun kita berada kalau kita konsisten mengikuti rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya maka kita telah mengikuti manhaj salaf walaupun kita tidak ikut kelompok-kelompok yang ada sekarang ini. InsyaAllah.
Jadi saudara Adi Isa jangan salah paham. Jangan kita menyamakan antara manhaj salaf dengan kelompok-kelompok yang muncul pada masa belakangan ini apalagi menyamakan dengan sebuah aliran sempalan karena manhaj salaf adalah ajaran Islam itu sendiri.
Allahu a’lam
kpd saudara taufiq
akh antum bilang tidak mengikuti organisasi tertentu..
maksudnya apa? apakah organisasi islam itu g boleh??
kepada saudaraku yang sering beralasan ‘islam adalah rahmatan lil alamin’ seyogyanya memahami bahwa yang rahmatan lil alamin adalah nabi Muhammad ( tidak Ku utus engkau Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam), berarti kita harus meneladani Nabi jika ingin rahmatan lil alamin , juga meneladani sahabat karena merekalah yang paling baik meneladani Nabi dan seterusnya ….., berarti manhaj Salaf inilah yang akan bisa mewujudkan rahmatan lil alamin sebagaimana generasi terbaik umat ini , wallahu alam
manhaj artinya cara beragama
Assalamualaikum
Dari komentar adi isa keliatan sekali menganggap remeh janggut, gamis, dll, bagaimana anda bisa ingin dikategorikan muslim yg selamat kalau anda menyepelekan sunnah Rosululloh Shalallahu alaihi wasallam, padahal seperti memelihara janggut hukumnya wajib bagi laki laki ..
Wassalamualaikum
alhamdulillah washalatu wassalamu ‘ala rasulillah sholallahu’alaihi wassalam, amma ba’du
nasehat yang bermanfaat.
semoga Allah memberi keistiqomahan pada penulis dan pembacanya, amin
Kepada saudara Deki
Maksud ana, manhaj salaf tidaklah bertujuan menghimpun manusia untuk memasuki organisasi tertentu kemudian menjadikannya sebagi landasar al wala’ wal baro’.
Allahu a’lam
Artikel yang bagus… :D
Jazaakumullaah khair ustadz Taslim
ALHAMDULILLAH WA SHALATU WASSALAM ‘ALA RASULILLAH, AMMA BA’DU.
MOHON PERHATIAN IKHWAH SALAFIYIN INDONESIA, TERKHUSUS YG DI SAUDI.
INFO ; UNIVERSITAS AL-AZHAR SEDANG PROSES PROYEK
UTK PEMBANGUNAN ASRAMA KHUSUS UNTUK 5000 MAHASISWA INDONESIA, YG NANTINYA TENTU AKAN DA’WAH DINEGERI KITA .
KITA TAHU TENTUNYA TENTANG UNIVERSITAS AL AZHAR.
HARAPAN KAMI PIHAK-PIHAK YANG SEKARANG DISAUDI BISA SAMPAIKAN KE PEMERINTAH SAUDI ATAU YANG BERKAIT, AGAR MENJADI PERHATIAN BAGI DA’WAH SALAFIAH DI INDONESIA KARENA NEGERI MAYORITAS MUSLIM.
HARAPAN BEASISWA BISA DIPERBANYAK, BUKAN HANYA DI UNIVERSITAS TAPI JUGA MA’HAD-MA’HAD DI SAUDI ATAU TEMPAT MULAZAMAH PARA MASYAIKH.
SEHINGGA SEMAKIN BANYAK YG BISA MENIMBA ILMU PADA PARA MASYAIKH LANGSUNG SEHINGGA SEMOGA NANTINYA MENJADI DAI-DAI DI INDONESIA.
BEGITU BANYAK IKHWAN YG INGIN KE SAUDI TAPI TERKENDALA.
DEMIKIAN.
JAZAKUMULLAH KHAIRAN.
@deki: mngkin maksud dr saudara taufiq adlh salaf ini bukanlah suatu organisasi. salaf ini adlh suatu manhaj dlm mempelajari dan memahami agama islam
mengenai berorganisasi,mnrt ana,dr yg ana tahu,itu prlu dicermati trlbih dahulu mngenai org tsb
wallahu a’lam
wah, banyak sekali tanggapan atas komentar saya,
saya ucapkan terimakasih, saya mencoba untuk meresponnya.
@abdul jabar
saya sepakat dengan anda, islam bukan hanya penampilan/kulit luar. soal kebiasaan rasullullah,
mungkin benar sekali baik untuk diikuti.
tapi kembali kesubstansi islam lagi,..
islam itu bukan apa yang terlihat…
@Is
saya paham maksud anda, its oke…
cuman, setau saya, jaman rasulullah, belum ada tuh istilah manhaj…karena jaman itu, islam adalah islam.
kalau sekarang orang istilahkan dengan nama manhaj salaf..
boleh berikan dalilnya?
tks.
@kang aswad
insyaallah…
@taufiq
saya cukup paham, komentar anda.
kalau saya boleh simpulkan:
manhaj salaf=berislam yang benar.
bukan aliran, tapi islam yang rahmatan lil alamin.
@ddik
kalau gitu saya boleh tanya om,
bagaimana perlakuan atau sikap anda kepada orang nasrani dan atheis.
@abu abdur razaq
sebaiknya jangan terburu2 menafsirkan demikian.
muslim yang selamat, bukan dari penampilannya semata,
saya yakin anda bisa tau arah pembicaraan saya.
wassalam.
Assalamualaikum
Manhaj adalah sekedar bahasa yg berarti jalan ( cara memahami), tentu saja jaman Rosululloh tidak mempermasalahkan jalan karena jalannya masih satu yaitu dibimbing langsung oleh Rosululloh Shalallohualaihi wasallam tapi untuk generasi yg jauh dari jaman Rosul terlalu banyak penyimpangan, semua mengaku berdasarkan alquran dan hadist tapi memahaminya dengan sendiri2, biarpun Syiah jg mengatakan demikian padahal jauh berbeda antara syiah dan islam, nah dari situ kita harus tegas atas jalan siapa kita memahami Alquran dan hadist, disitulah jawabannya atas jalan/ metode salaf/ metode sahabat dalam memahami alquran dan hadist.
Kalau anda mengatakan memahami/ menafsirkan alquran sendiri atau liat tafsir qurais sihab atau sayid qutub misalnya , lebih pandai manakah anda atau qurais sihab atau sayid qutub dengan Abdullah ibnu abbas, tentu kami memilih tafsir Ibnu abbas Rodiallohuanhu, nah disitulah bedanya salafi dan yg lain.
Untuk dalil mengikuti salaf sebaiknya anda baca lagi dengan baik tulisan diatas dan artikel yg lain tentang salaf di situs ini ..
Penampilan adalah suatu ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala yg tentu saja dapat pahala setidaknya ikut andil dalam menuju muslim yg selamat. setidaknya kita udah bisa menilai bahwa orang yg berpenampilan jenggot dan tidak isbal, dia lebih taat kepada Allah dalam penampilan dari pada yg mencukur jenggot, padahal dia tahu perintah Allah, maka setidaknya dia sudah berdosa/bermaksiat kepada Allah.
Hilangkanlah hawa nafsu anda kemudian baca lagi pelan pelan semua artikel tentang salaf semoga Allah memberi petunjuk kepada anda …
@ Admin: terlepas dari paham ato tidak paham ato tidak mau paham-nya sodara adi isa; dalam membahas suatu masalah yang baru/tidak dikenal orang awam, baik istilah maupun isinya, senbaiknya disediakan link khusus yang menuju kesuatu artikel yang merupakan pembahasan detilnya. misalkan pembahasan materi ini, maka sebaiknya disediakan link yang menjelaskan istilah salaf, manhaj dll. sehingga orang awam ketika baca bisa langsung paham dan tidak salah persepsi..
@Adi isa: islam bukan hanya kulit luar, saya katakan: Anda benar. islam mencakup: perbuatan batin, perkataan dan perbuatan lahir.. jadi tidak cukup perbuatan batin saja… mungkin jika disini saya sampaikan dalil “wajibnya laki-laki untuk memelihara jenggot” atau “wajibnya laki-laki untuk mengangkat kainnya diatas mata kaki” maka anda akan beralasan sebagaimana banyak orang beralasan bahwa “itu adalah perkara khilafiah.. nyatanya banyak KYAI yang memotong jenggotnya dan celananya tidak ngatung” (note: ucapan ini tidak hanya diucapkan oleh orang awam, tetapi juga oleh “ikhwan” pergerakan)
Namun disini saya akan katakan: “apakah anda akan meninggalkan solat 5 waktu, haji & kurban (jika mampu)?” bukankah itu adalah perbuatan lahiriah? apakah anda akan katakan:”saya tidak solat, tidak haji dan tidak umroh saja, yang penting saya percaya bahwa Alloh itu Tuhan saya” apakah itu cukup?
Lalu buat apa orang kafir masuk islam, kemudian disyariatkan baginya bersyahadat di depan umum/orang banyak? bukankah yang penting syahadat saja sudah cukup?
Anda sudah nikah? apakah anda menyelenggarakan walimah? buat apa walimah? apa esensi walimah? bukankah untuk memberitahu khalayak/tetangga/temen bahwa anda sudah menikah? kenapa tidak cukup pergi ke penghulu saja?
masalah manhaj, jangankan istilah manhaj, pada jaman raosululloh juga belum ada Al Qur’an yang dibukukan, apakah anda tidak mau menerimanya juga? cobalah belajar sejarah.. mungkin ADMIN bisa memposting artikel tentang kenapa ada istilah ahlussunnah wal jama’ah…
Terakhir, saya tau arah pembicaraan anda, saya tau anda juga bukan orang awam… tapi saya berharap semoga komentar anda adalah karena anda benar-benar ingin tau… semoga Alloh memberikan hidayah dan taufiq nya kepada kita semua, amin…
Assalamu’alaikum
Buat akhi adi isa, ana menduga ada beberapa hal yang menjadi dasar pendapat antum. diantaranya:
1. Bahwa manhaj salaf adalah sebuah kelompok/aliran, sama halnya NU, Muhammadiyah, Persis, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir dll. Manhaj salaf adalah sebuah aliran yang dikepalai oleh tokoh2 saudi, dan markasnya adalah saudi.
Tanggapan: Tidak benar ya akhi, bahwa yang kami ajak adalah mari kita berIslam dengan dasar Al Qur’an dan sunnah dengan pemahaman para sahabat, para imam madzhab, para imam hadits dan fuqaha dari zaman ke zaman. Bahwa kemudian banyak kami nukil pendapat para ulama saudi, banyak dari asatidz kami yang menuntut ilmu disana, adalah karena memang bertepatannya cara beragama mereka dengan orang2 yang saya sebutkan diatas. Alangkah indahnya perkataan salah seorang ustadz pengisi muslim.or.id bahwasanya seandainya Syaikh Abdullah bin Abdul Wahab hidup kembali, dan menarik semua perkataannya niscaya kami tidak akan mengacuhkannya, dan bahkan tidak segan untuk mencelanya, karena kami mengkaji kitabnya semata-mata bertepatannya dengan cara beragama orang2 yg saya sebut diatas. Jika antum masih sulit menerima bahwa salaf bukan aliran, maka tunjukkan kepada kami siapakah imam aliran ini? yang kami ikuti 100% perkataannya, dan kami bela mati2an walau terlihat nyata kesalahannya? adapun yg lain yg ana sebutkan diatas, insya Allah antum tahu dan jika tidak tahu, kami bisa dengan mudah menyebutkannya kepada antum.
2. Bahwa pandangan antum dibangun diatas bacaan-bacaan yang bersifat retoris, bukan bukti secara nyata. Hal ini tercermin dari tanggapan-tanggapan antum yang terkesan global dan retoris. Maka alangkah baiknya jika kita membahas secara mendetail, hujjah2Nya, dalil2Nya karena dlm tataran retoris, akal lebih banyak bicara, sedang dalam tataran detail hadits, perkataan sahabat dan para imam akan lebih banyak bicara, sehingga akan terlihat mana yang berdalil mana yang berdalih.
Sekali lagi ini hanyalah dugaan, maka sebagai saudara ana mohon koreksi antum jika ana salah.
Antum mengatakan yang penting dalam berislam itu adalah esensi bukan yang terlihat. Maafkan saya jika saya tidak paham, mungkin memang kelemahan saya karena itu sudilah kiranya antum menjelaskan secara gamblang maksud antum. Karena jika dikatakan esensi itu batin/hati, ternyata keimanan Abu Talib akan Islam yang tidak dinyatakan dg lisannya tidak menyelamatkannya dari neraka, dan sebaliknya keislaman Abdullah bin Ubay di dhahir tidak menyelamatkannya dari neraka pula. Lalu apakah esensi Islam menurut antum? Adapun yang saya tahu esensi Islam adalah kepatuhan total terhadap apa-apa yang dibawa Rasul baik secara batin, maupun amal (amal hati, fikiran dan anggota badan)
Antum mengatakan manhaj tidak dikenal dizaman Rasulullah. Klaim antum diatas tidaklah berarti bahwa hal itu benar, karena antum adalah manusia biasa seperti ana, yg bisa benar atau salah. Jika yg antum maksud perkataan secara jelas, memang tidak ada seperti halnya kitab hadits, mustalah hadits, ushul fiqh, kitab sunan, hadits shahih, dhaif, maudhu dll. Lalu apakah karena kata itu tidak pernah diucapkan nabi maka berarti kita harus tinggalkan semua itu? Akan tetapi jika yg antum maksud esensi, maka manhaj salaf artinya cara beragama seperti Rasul dan para sahabatnya. Membenarkan apa yg mereka benarkan, memahami seperti apa yg mereka pahami, membesarkan apa yg besar menurut pandangan mereka, melakukan amal sebagaimana mereka melakukan. Dan kalaupun tidak mampu, maka meyakini itu kelemahan diri kita. Maka jika antum berpegang pada esensi, maka inilah esensi manhaj salaf. Apakah masih perlu saya sampaikan dalil? karena sunggu diweb ini sangat2 banyak dalil jika antum bersedia untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca dan memahaminya.
Kalaulah boleh ana menyarankan, marilah kita bicara dalam tataran dalil, bukan pemikiran. Karena memperdebatkan logika tidak akan pernah habis, dan justru bisa mematikan hati, akan tetapi mendiskusikan dalil jika ikhlas insya Allah akan mencapai kebenaran dan memperdalam ilmu
Semoga ikhwah semua tidak bosan membaca artikel diweb ini. Mungkin artikel disini banyak yang asing menurut sebagian kita. Maka ini tidaklah mengapa, karena menerima kebenaran itu memang berproses, bukan instan. Semoga Allah menganugrahi kita ketabahan dalam menuntut ilmu
Wallahu A’lam
Mungkin yang menjadi keberatan sdr Adi Isa adalah karena menganggap manhaj salaf adalah kelompok bukannya suatu metode, dan melihat metode ini hanya sebatas meniru sahabat, sehingga fokus kita hanya melihat sahabat Nabi, bukannya ke Nabinya sendiri. Sehingga memang di jaman Nabi tidak ada istilah manhaj salaf, karena sahabat tentunya bukan penganut manhaj salaf karena mereka adalah salaf itu sendiri, apalagi Nabi tentunya juga bukan penganut manhaj salaf. Semoga sdr Adi Isa bisa memahami
@akh adi isa
cb kita perhatikan apa yg ditulis akh abu abdur razaq:
bagaimana anda bisa ingin dikategorikan muslim yg selamat kalau anda menyepelekan sunnah Rosululloh Shalallahu alaihi wasallam, padahal seperti memelihara janggut hukumnya wajib bagi laki laki ==>disitu dsbutkan sunnah rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam spt memelihara jenggot. cb kita prhatikan:dr kata2 itu dpt kita pahami sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ada lbh dr 1 dan slh satu diantaranya adl memelihara jenggot
dan disebutkan bahwa muslim yg selamat adlh yg melaksanakan sunnah rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Apakah sunnah rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hanya mncakup lahiriah saja?
sbg ilustrasi: bola itu bulat,misal bola basket. Apkah berarti yg bulat hanya bola basket saja?dan apakah yg dimaksud bola hanyalah bola basket thok??
wallahu a’lam
ya mungkin ini semua bisa jadi pelajran buat kita, supaya kedepannya lebih intensif menjelaskan “manhaj salaf”, soale banyak kaum muslimin yg blom paham, bahkan orang yg udah menisbatkan diri ke manhaj salaf juga ada loh yg blom bener2 paham (ada loh yg orang yg menisbatkan diri ke manhaj salaf pada prakteknya dia menganggap salaf itu kelompok), ada loh yg ngucapin salam cuma ke orang2 yg udah “ngaji salaf” sedangkan ke muslim yg lain diem aja meski kenal dll.
@ saudara adi isa (atau sapa aj yg pengen tau ttg manhaj salaf):
Saya sarankan anda untuk membaca buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”, karya ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas. InsyaAlloh di situ dibahas lengkap. Walloohul Musta’an
Baarokalloohu Fiik… :-)
teruslah berkarya para ustadz ahlussunnah, teruslah berikan pencerahan kepada umat dengan ilmu dan hikmah agar kembali kepada al-quran wa as-sunnah fahmi salaf.
barakallahufik
Bagoooss..!!!
assalamu ‘alaikum
klo di lihat2 di kampus saya yg sudah bermanhaj salaf itu tidak suka lagi dengan acara organisasi dakwah kampus…
yang tadinya aktif menjadi tidak aktif lagi…
saya lom ngerti, knp mereka bisa tanya seperti itu,,,
dulunya saya adalah orang yang aktif di organisasi dakwah kampus..
setelah mengenal manhaj salaf yang baru saya dapat…kemudian sayapun hanya ikut2an keluar dari organisasi tersebut..
dan dgn komentar ini pun saya ingin bertanya,,emangnya knp org yang sudah bermanhaj salaf meninggalkan organisasi seperti itu???
agar saya tidak memikirkan,dan bertanya-tanya sendiri
wajib bagi kita mengikuti generasi salaf.
tapi tidak wajib bagi kita mengatakan sayalah generasi salaf / salafi. karena manjhaj salaf merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang muslim agar dalam beramal terjaga sebagaimana generasi salaf yang mereka kaffah dalam amalannya. sedangkan kita generasi akhir ini hanya bisa berjalan di atas salah tapi tidak bisa menjadi generasi salaf. so don’t say we are salafi apalagi mengklaim golongan yang lain yang bukan salafi sesat.
wallahu’alam bisowwab.
fastabiqul khoirot
assalamualaiykum
sdr deki, mestinya anda sudah tahu jawabannya krn anda sendiri yang mengatakan bahwa ‘saya juga sudah mulai keluar dari organisasi dakwah kampus’.
baik, mungkin diantara teman-teman kita yang sdh mulai mengenal dakwah salaf, mereka sudah mengetahui beberapa dalil dari syariat yang menyebabkan mereka tidak tertarik lagi mengikuti dakwah kampus. beberapa kemungkinan diantaranya:
– HADITS: lebih kurang berbunyi: “diantara hal yang menunjukkah baiknya keislaman sesorang adalah meninggalkan hal yg TIDAK BERMANFAAT buat dirinya”. mungkin saja dalam dakwah kampus tsb banyak ditemui hal yang tidak sesuai dengan syariat.
– meninggalkan IKHTILAT : campur baur pria-wanita, dimana hukumnya adalah haram. tidak syak lagi dibanyak kampus organisasi dakwah seakan sudah ‘terbiasa’ dengan campur baur ini.
– menghindari dakwah yang menyimpang. mungkin saja disana terdapat penyimpangan2 dakwah yang tidak sesuai dengan syariat Islam, apalagi dengan banyaknya terdapat bermacam-macam pemahaman terhadap Islam.
– Terdapat perkara syirik, bidah atau maksiat. mungkin saja di organisasi dakwah tsb terdapat perkara2 atau pemahaman yang masih berbau syirik, bidah atau maksiat.
– menjaga diri agar tetap istiqomah. dengan menghindari hal-hal spt diatas, diharapkan keistiqomahan lebih kuat dan kokoh.
dan masih byk kemungkinan lainnya. wallahua’lam.
@abun yg semoga dirahmati Allah Ta’ala
memang benar kita tidak bisa mengklaim diri kita sudah benar2 menjadi salafi sejati..namun untuk menjadi seorang salafi sejati terdapat kiat2 atau ciri2nya..salah satunya yaitu tujuan utama dakwahnya adalah menegakkan tauhid dan memberantas kesyirikan sebagaimana tujuan utama dakwah para Nabi dan Rosul -alaihi sholatu wa sallam-,serta menegakkan sunnah dan menjauhi bid’ah..
sekarang kita bisa lihat dan perhatikan dari jama’ah2 islam yg ada (saya tidak menyebut individu per orangnya) ..apakah bisa dikatakan pengikut salaf sejati,jama’ah yang tujuan utamanya menegakkan khilafah,atau menguasai pemerintahan,atau berjihad namun tanpa ilmu..ada lagi yang tujuan utamanya adalah akhlaq namun aqidah sangat jarang diperhatikan..memang itu semua adalah hal yang penting dalam islam,baik akhlaq,adab,pemerintahan,dan jihad(bahkan jihad adalah amalan yg sangat2 mulia),itu semua adalah perkara yang pokok..namun itu semua bukanlah tujuan utama kita diciptakan..tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah HANYA kepada Allah..alias menmentauhidkan Allah Ta’ala.
maka mari kita tinggalkan jama’ah2 baru yang ada,dan kembali menempuh jalan para Nabi dan para Sahabat serta jalan salafussoleh..
barakallahu fiekum
assalamualykum
sdr abun yg dirahmati Allah.
anda mengatakan bahwa kita harus mengkuti generasi salaf, tetapi jangan mengatakan “saya salafi”.
Ulama besar abad 4 Hijriyah Ibnu thaimiyyah (lebih kurang) pernah mengatakan bahwa orang yg mengatakan dirinya ahlussunnah waljamaah, itu belumlah cukup. karena betapa banyak golongan/kelompok dalam islam mengatakan bahwa dirinya ahlussunnah waljamaah, padahal pemahaman ISlam mereka berbeda-beda. jadi, pertanyaannya, ahlusunnah mana yg benar? yg benar adl mereka yang menisbatkan diri kpd generasi awal/terdahulu, yakni para salaf. siapa mereka? mereka adl para sahabat rasulullah salallahualaihiwasallam. tidaklah tercela mengatakan bahwa saya adalah salafy, yakni menisbatkan metode beragamanya sebagaimana beragamanya para salaf/sahabat.
kita tidak mengatakan bahwa saya adl salaf (tanpa ‘y’), tetapi salafy (dg ‘y’). krn para salaf sudah meninggal, tetapi mengatakan ‘salafy’ (org yg menisbatkan dirinya kpd ajaran salaf) mereka msh ada sampai akhir zaman. tlg dipahami makna ini.
tentang wajibnya mengikuti generasi salaf sgt byk dalilnya diantaranya Surat Attaubah: 100, dimana Allah ridho kpd mereka, dan menyediakan bagi mereka syurga, yakni kpd mereka yg mengikuti generasi salaf dengan baik.
wallahua’lam.
Subhanallah…. Jazzakallahu khairan. Terus berjuang akhi untuk menegakan manhaj yang mulia ini, semoga Allah azza wa jalla merahmati kita semua dengan mengamalkan manhaj ini. Syukron
@ abun : bacalah dengan teliti, tidak ada yg mengatakan saya generasi salaf, yg ada saya mengikuti jalan salaf dalam beragama, atau disingkat salafi
bagi yang penasaran dengan dalil kata “SALAF”, ada riwayat dari Imam Muslim, bhw Rasulullah salallahualaihiwasallam bersabda kepada Fatimah,
“….Sebaik-baik SALAF diantara kalian adalah aku”.
assalamu’alaykum warahmatullah…
saya sudah membaca artikel di link berikut:
http://buletin.muslim.or.id/manhaj/salah-paham-tentang-salafi
akan lebih mudah memhami jika saya membaca bahwa, “Salaf secara bahasa arab artinya ‘setiap amalan shalih yang telah lalu; segala sesuatu yang terdahulu; setiap orang yang telah mendahuluimu, yaitu nenek moyang atau kerabat’ (Lihat Qomus Al Muhith, Fairuz Abadi)”.
dan bahwa, “secara istilah, yang dimaksud salaf adalah 3 generasi awal umat Islam yang merupakan generasi terbaik, seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Sebaik-baik umat adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya” (HR. Bukhari-Muslim)”.
saya hanya berharap karena kami hidup dan besar di negeri ini maka adalah kekurangan kami dalam banyak istilah-istilah dalam bahasa arab, sudilah kiranya atas kekurangan kami, saudara-saudara kami semua memberi pengertian supaya tidak terjadi kesalah-pahaman. beberapa diantara kami mungkin masih ada yang sekedar mengucapkan ayat al-Quran dalam shalat atau ibadah lain.
terima kasih
Assalamu ‘alaikum
Dulu pada saat saya belum mengenal manhaj salaf saya merupakan simpatisan PKS,mengikuti paranormal,dan mengikuti pemahaman Islam yang masih awam,tetapi pernah terbersit di hati saya ini untuk memahami Islam secara baik&benar secara murni,saya gak mau shalat hanya kata kyai atau ustadz saja tapi harus langsung dari Rasulullah. Nah saat mengenal manhaj salaf inilah saya katakan gerakan inilah berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunnah yg baik dan benar karena saya belum pernah langsung mendengar bahwa kita harus mengikuti Sahabat Rasulullah dlm beragama terutama dari PKS
Alhamdullah semoga artikel antum bermanfaat n memberikan hikmah kepada umat.
Bismillah..
Subhanaallah,
mudh2an Allah mmbls kbaikan penulis dan yg ikt serta mmbntu, mudh2an jg dpt untk memotifasi kita agar lbih teguh dan tegar d atas pemahaman yg bersumber pada,
Alqur’an yg mulia, Sunnah yg mulia, dan pemhman sahabt yg d ridhai..dgn ijin Allah ta’ala
Mudah2an Allah membrikan keistiqomhan kpd kita semua,, dn mghilgkn kergu2an yg ada dlm hati..
“I am a Muslim who is upon the Qur’aan and the Sunnah and upon the methodology of the Salaf As-Saalih [Pious Predecessors]. And that can be said in short by saying, “I am a Salafee.” Shaykh Al-Albaanee [d.1420H]
assalamu’alaikum dalam hadist nabi adalah terpecah menjadi 73 golongan dan satu nya masuk ke surga yaitu yang menganut beliau dan sahabat nya, nah di sini ketika yang mengikuti nabi dah sahabat adalah manhaj salaf. bukankah itu suatu golongan? karena nabi sendiri yang bilang umat nya akan terpecah 73 GOLONGAN